part 7

1.4K 64 4
                                    

Semua berlalu dengan terlihat baik oleh retina orang lain padahal yang terlihat baik belum tentu baik bisa jadi dia hancur didalamnya, itulah yang dialami Kanaya. Dia berusaha menjalani semuanya seperti biasa, seperti hari-hari sebelum hari itu, dia terlihat baik-baik saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa pada hatinya. didepan semua orang Kanaya dengan baik memerankan perannya tapi dibalik itu semua, dibalik pintu kamar mandi yang tertutup dengan kran wastafel yang menyala, juga di balik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya Kanaya hancur. Tidak pernah ada kata baik yang dirasakannya setelah hari itu. Tapi tidak ada yang tau karena dia menyembunyikan semuanya dengan baik di balik tawanya.

"Hari ini cukup sampai sini Nay, semua nya udah selesai tinggal besok pagi kita berangkat ke Bandung" Alina menjelaskan dengan baik semua rangkaian jadwal kegiatan Kanaya tidak ada satupun yang terlewat.

"Bangunin gue kalau udah sampai apart" ucapnya lalu menutup mata dan telinganya.  Suara Bon Jovi dan lirik lagu thank you for loving me nya tidak pernah lagi berhasil membuat Kanaya tertidur tiap kali mendengarnya seperti dulu. Kini tiap untaian lirik lagu itu membuat Kanaya merasa sesak di dadanya

"Ternyata sulit ya buat lupa"

"Lo enggak harus lupain dia Nay, Lo hanya perlu terbiasa" terbiasa adalah bagian paling sulit untuk dilakukan

Kanaya membuka penutup mata pandanya mata coklatnya menatap jalan raya kota jakarta yang ramai "gue bahkan belum bisa terbiasa saat gak lagi liat pesannya di pagi hari"

Sudah lama Kanaya tidak pernah lagi menerima pesan dari Naka setiap paginya tapi sampai tadi pagi dia tetap menunggunya untuk waktu yang lama. setiap paginya Kanaya hanya diam melihat layar handphonenya menunggu pesan dari Naka tapi nihil sampai Kanaya sadar Naka sedang memintanya untuk menjauh.

"Wajar sih Nay, karena sebagian besar hidup Lo, Lo habisin bareng dia" Alina membenarkan semua yang dilakukan Kanaya selama apapun waktu yang diperlukannya untuk sembuh Alina selalu mendukung nya karena ia tau tidak mudah bagi Kanaya untuk bangkit saat yang menjauh darinya adalah semestanya.

"Nay, Lo boleh nangis sekencang yang Lo mau, tapi jangan pernah ngelukain diri Lo sendiri Nay" sadar akan kalimat itu tertuju pada arah mana Kanaya menutup lengannya menyembunyikan luka yang dibuatnya sendiri demi mengalihkan rasa sakitnya.

"Nay" panggil Alina saat Kanaya akan keluar dari mobil

"Kalau Lo butuh waktu buat menyendiri kabari gue, biar gue kosongin jadwal lo, dan kalau lo butuh teman kabarin gue juga oke" pesan Alina hanya bisa diangguki Kanaya saat ini. Ia masuk memeluk dirinya karena udara dingin malam hari terasa menusuk nya

Sesampainya di apartemen Kanaya tersenyum miris saat hal pertama kali yang dilihatnya ketika membuka pintu adalah sepatu Naka yang ada disamping pintu. Dulu setiap pulang kerja Naka akan juga langsung ke apartemennya sebelum pulang ke rumah, mengecup pelan pipi Kanaya lalu memeluknya Naka melakukan itu untuk menambah tenaganya yang katanya terkuras habis.

Kanaya ingin biasa saja saat melihat semua tentang Naka yang tertinggal tapi sulit sekali untuk dilakukan, airmata nya tetap jatuh, rindunya terasa semakin menggebu Kanaya ingin bersama Naka, memeluknya, menciumnya, tidakkah Naka ingin mencarger tenaganya setelah seharian bekerja? Melakukan hal biasa yang sering mereka lakukan?

"Drrrt, drrrt, drrrt"

"Halo Steven" sapa Kanaya setelah menerima panggilan video Steven. Laki-laki dengan setelan jas kantor itu menatapnya lekat lalu tersenyum manis membuat lesung pipi di pipi kirinya terlihat "baru pulang?" Anggukan kepala Kanaya menjadi jawaban

"Lo kok belum pulang?"

"Gue lembur"

"Oooh"

Sesaat hanya sunyi yang tercipta, meskipun ada hal yang ingin ditanyakannya tapi melihat raut lelah Steven Kanaya urung melakukannya membiarkan kesunyian menemani mereka

"Nay,," suara lembut Steven memanggilnya menarik atensi Kanaya

"Gue belum berhasil nemuin dia" kali ini Kanaya mengukir senyum tulusnya, tanpa pernah di jelaskan, tanpa perlu di beritahu Steven selalu tau apa yang ada di kepalanya. Tanpa sadar Selama ini kehadiran Steven menjadi pelindung nya, ia hadir saat Kanaya ingin mengakhiri hidupnya.

"Gak papa Steve pelan-pelan aja ya, jaga kesehatan Lo juga"

Steven tersenyum menganggukkan kepalanya "Nay, gue akan bantu Lo buat dapetin kebahagiaan Lo lagi meskipun itu ngelukain diri gue sendiri"

"Steve,," ada rasa bersalah yang mulai hadir

"Istirahat ya, malem ini jangan nangis dulu, seharian kerja Lo pasti capek, gue lanjut kerja dulu, bye"

"Bye"sambungan terputus tapi Kanaya belum juga beranjak dari tempat duduknya masih dengan menatap layar handphonenya yang masih menunjukkan foto Naka sebagai wallpapernya Kanaya tidak berniat menggantinya karena ia masih yakin suatu saat nanti mereka akan bersama lagi.

***

Semua terapi sudah dijalankan, sudah banyak obat-obatan yang diminumnya tapi ternyata usaha Naka untuk sembuh masih kurang dan mungkin akan gagal karena bukannya membaik kondisi Naka malam menurun, kaki kirinya sudah tidak bisa digerakkan lagi meskipun hanya untuk gerakan kecil. Bukan hanya kakinya bahkan tangan kirinya pun sama seperti kakinya, badannya semakin kurus dan entah berapa banyak berat badannya yang hilang Naka tidak lagi seperti yang dulu itu juga menjadi alasan kenapa Naka tidak ingin bertemu Kanaya meskipun beberapa kali Auryn dan raga memaksanya. Naka tidak ingin Kanaya melihat tubuhnya yang lemah, seperti saat ini saat dirinya terjatuh disaat dia baru mulai beberapa kali melangkah.

"Kita sudahi terapinya" putus Auryn lalu mendekati Naka, Naka menolak keras putusan itu "kita lanjut" ucapnya tegas lalu meraih tongkatnya mencoba berdiri namun kembali terjatuh Naka mengeram marah mencoba satu kali lagi untuk berdiri tapi hasilnya tetap sama ia kembali terjatuh kalai ini dengan posisi tengkurap ia tidak lagi bisa untuk bangun. Satu tetes air matanya jatuh menyiratkan betapa lelahnyanya dirinya juga betapa kecewanya ia pada takdir Tuhan ini.

"Stop Naka" perintah Auryn tegas kali ini ia dibantu Raga dan satu orang perawat untuk menaikkan Naka ke kursi rodanya.

"Jangan di paksa Naka, karena itu juga bisa bahaya buat tubuh lo"

Kepala Naka berpaling lalu menunduk menatap kedua kakinya yang tidak lagi bisa untuk sekedar berdiri tegak apalagi untuk berjalan bahkan sekarang ia harus menggunakan kursi roda karena kakinya tidak mampu melangkah lagi. Naka meremas kakinya "Lo tau apa yang gue rasain sekarang? Gue rasa gak ada yang lebih bahaya dari penyakit ini, apapun yang gue lakuin bukankah hasilnya akan sama?"

"Mau gue lelah atau enggak yang membedakan hasilnya cuma waktu, ketika gue lelah maka hasil akhirnya akan lebih cepat datang, tapi baik lelah atau enggak pada akhirnya gue akan tetap merasakan lumpuh seluruh badan"

Kedua mata Naka terlihat jelas menunjukkan kekecewaannya, sorot terluka juga kalimatnya membuat Auryn merasa gagal sebagai sahabat sekaligus dokter yang menemani Naka selama ini. Ternyata kehadirannya tidak bisa membuat Naka optimis.

"Naka" Auryn menunduk didepannya

"Kita nggak tau berapa lama tuhan bakal kasih Lo kesempatan jadi tolong, manfaatin waktu yang ada"

"Nikmati hidup Lo bagaimanapun kondisi Lo jangan nyakitin diri Lo sendiri kayak gini, untuk sisa hidup Lo gue mau Lo bahagia"

Selama ini tidak bisa Naka pungkiri kalau ia membutuhkan Kanaya dan kedua orang tuanya untuk ada disisinya menemaninya melewati semua ini tapi ia juga tidak ingin merepotkan mereka, ia tidak ingin Kanaya melihat ketidak berdayaannya. Meskipun ia sadar dan tau betul ia tidak bisa menyembunyikan semua ini selamanya tapi untuk saat ini Naka belum siap.

"Gue belum siap Ryn" balasnya

"Lo enggak akan pernah siap Naka kalau dalam hati Lo selalu menolak untuk merepotkan mereka padahal gue yakin mereka enggak akan pernah merasa direpotkan, mereka bakalan lebih terluka kalau Lo lebih lama lagi nyembunyiin ini"

Naka menatap Auryn dan Raga bergantian ia mulai goyah, dalam hatinya timbul banyak pertanyaan, haruskah ia jujur dengan kondisinya yang sekarang? Apa Kanaya masih mau menerimanya setelah ia meminta gadisnya itu untuk pergi? Apa Kanaya akan bahagia bersama nya yang lumpuh seperti sekarang? Naka tidak bisa memastikan jawabannya ia belum siap setidaknya untuk saat ini.

Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang