part 41

1.2K 41 0
                                    

Semua berlalu dengan cepat semenjak hari itu hari ini memasuki tahun kedua Naka menggunakan ventilator nya. Awalnya semuanya terasa sulit tapi seiring berjalannya waktu semua menjadi mudah selalu ada Kanaya, keluarga juga para sahabat yang memberikannya semangat ditambah dengan kehadiran si kecil yang kini membuat Naka merasakan bahagia yang lebih dari cukup hal yang dulu terasa mustahil untuk dirasakannya nyatanya kini sudah didapatkannya.

Ingatan Kanaya tiba-tiba memutar kejadian waktu itu

"Jadi Naka apa Lo mau bertahan?" Saat itu Kanaya tidak pernah mengira Naka akan menjawabnya sesuai dengan keinginan mereka. Ia sudah penuh tekad mempersiapkan mental untuk jawaban Naka, jika nanti Naka tetap ingin pada keputusannya di awal Kanaya berjanji bahwa ia akan kuat supaya Naka percaya bahwa ia mendukung nya sepenuhnya.

tapi ternyata hal yang tidak pernah diduganya sama sekali terjadi, Naka memejamkan matanya untuk waktu yang lama sebagai jawaban 

"Sekali lagi Naka, kedipin mata Lo satu kali kalau iya dua kali untuk tidak" perintah Steven sedikit menunduk. Mereka semua yang ada di ruangan itu merasakan debar yang sama.

"Apa Lo mau bertahan?" Tanya Steven

Kanaya Sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari Naka ia dengan sangat jelas melihat mata Naka terpejam satu kali sesuai dengan perintah Steven tadi.

Rasa bahagia haru sekaligus lega bercampur menjadi satu. Dengan spontan Kanaya memeluk Naka meskipun agak susah karena alat yang terpasang ditubuhnya "terimakasih mas" lirihnya

"Aku janji akan buat kamu gak nyesel udah mau bertahan" ucapnya lalu mencium kening Naka dari sudut mata Naka keluar airmata yang langsung di hapus Kanaya. 

Auryn sama harunya dengan Kanaya ia turut Ikut menangis menyaksikan betapa tulusnya kedua orang ini saling mencintai dan betapa besarnya cinta yang mereka punya.

Saat itu ingin sekali Naka mengucapkan terimakasih pada Auryn dan Steven karena kebaikan hati mereka.

Naka sebenarnya ingin menyerah, membayangkan sesulit apa hidupnya setelah ini jika dia tetap bertahan membuat Naka tidak ingin melakukannya tapi pengorbanan Auryn juga raut bahagianya Kanaya saat mendengar keputusan auryn membuatnya ingin berjuang sekali lagi untuk bertahan.

Ia ingin merasakan bagaimana menjadi ayah meskipun ia akan menjadi ayah yang paling tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa-apa.

"Terimakasih" ucap Steven tanpa suara yang dilihatnya dengan jelas 

Naka memejam sesaat lalu melihat kearah Kanaya yang tersenyum bahagia kearahnya 

"Kita lewatin ini sama-sama ya" satu kalimat yang selalu diucapkan Kanaya, dan kalimat itu selalu dilakukannya dengan baik. Tanpa Kanaya ada disampingnya mungkin Naka sudah dari dulu menyerah.

"Selamat pagi papa" sapa istrinya, Kanaya. Wanita cantik itu datang dengan menggendong anak kecil yang sekarang umurnya sudah kurang lebih 1,5 tahun entahlah berapa umur pastinya Naka tidak bisa lagi menghitungnya dengan cermat. Karena kemampuan otaknya mulai menurun.

"Selamat pagi papa" Naka hanya bisa melirik sekilas kearah Kanaya dan Kenan ia andai bisa ingin sekali Naka mencubit pipi tembam Kenan.

Naka mulai menggerakkan pipinya, salah satu dari sedikitnya kemampuan yang dimiliki saat ini

Setelah merangkai kata lewat gerak pipinya yang tersambung dengan alat yang ditempel dipipinya suara komputer yang ada di depannya mengeluarkan suara "selamat pagi juga kesayangan papa" Naka lalu melirik kearah Kanaya yang mendekat kearahnya lalu mencium pipinya hal yang sama juga dilakukan oleh Kenan.

Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang