part 23

1.2K 53 1
                                    

Hari Minggu ini jadwalnya pemeriksaan Naka di rumah sakit jadi pagu ini Kanaya akan membawanya ke rumah sakit ditemani Ayumi.

Kanaya sudah selesai membantu Naka bersiap kini giliran dirinya ia masuk kedalam walk in closet tangannya meraih dress putih polos yang menjuntai sampai mata kaki dengan ikat mutiara di pinggangnya.

Setelah selesai memoles makeup tipis Kanaya keluar dari kamar menghampiri Naka yang duduk di kursi roda sambil membaca beberapa berkas perusahaan bersama raga sedangkan Ayumi sesekali menyuapkan buah untuk Naka.

"Ayo" ajak Kanaya yang disetujui Ayumi dan Naka

Kanaya berjalan di samping Naka bersama Ayumi sedangkan Raga mendorong kursi roda Naka. Didalam mobil Kanaya hanya diam ingatannya memutar kejadian tadi pagi saat Naka beberapa kali kesusahan untuk mengangkat sendoknya, beberapa kali juga Naka menjatuhkan sendoknya melihatnya membuat hati Kanaya teriris namun ia berusaha untuk tenang karena Naka juga terlihat melakukan hal itu.

"Nay,"

"Hmm" Kanaya menoleh, matanya menatap Naka teduh

Usapan Pelan Naka ditangannya juga kalimat penenang laki-laki itu yang berusaha meyakinkannya belum cukup untuk menghilangkan kekhawatiran Kanaya

"Aku baik-baik aja Nay, tangan kanan aku emang mulai sedikit sulit di gerakin tapi semua masih aman kok" Kanaya tidak tau lagi bagaimana caranya untuk menahan supaya air matanya tidak jatuh, jauh sebelum hari ini Terjadi ia sudah meyakinkan diri untuk selalu siap dengan perubahan kondisi Naka yang sewaktu-waktu bisa terjadi tapi tetap saja Kanaya tidak bisa. Melihatnya menyakiti hatinya menghadirkan sesak di dadanya.

Ia sangat sedih melihat Naka yang berpura-pura biasa saja disaat ia tau suaminya itu pasti lebih terluka darinya.

"Jangan nangis Nay" ucap Naka sambil menggelengkan kepalanya Pelan

Kanaya berusaha untuk menahan semuanya tapi sulit hatinya terasa sakit bisakah ia yang menerima sebagian dari penderitaan suaminya ini? Kanaya menarik Naka masuk kedalam pelukannya ia terluka, dadanya sakit. Tuhan Kanaya belum siap melihat Naka kehilangan kemampuannya yang lain, bisakah jangan secepat ini? Tolong hentikan penyakit ini.

"Hey, it's okay" gumam Naka sedangkan Kanaya tetap menangis.

Didepan bukan hanya Kanaya yang merasakan sakit tapi juga Raga dan Ayumi bahkan wanita berusia 43 tahun itu sekuat tenaga meremas tangannya berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan isaknya ia tidak ingin putranya semakin merasa sedih dan bersalah.

"Kalau Kamu nangis gini aku jadi ngerasa bersalah Nay, umur pernikahan Kita baru tiga Minggu tapi aku Udah bikin kamu nangis aja"

"Gimana kedepannya, kayak nya,,,"

"Shhhttt" kepala Kanaya menggeleng dengan tangannya yang menutup mulut Naka. Ia tidak ingin mendengar dugaan-dugaan Naka yang lain.

Keduanya saling tatap untuk waktu yang lama, Naka tidak mengalihkan tatapannya dari sorot mata teduh itu.

"Jangan ngomong lagi atau nanti aku gak tidur di kamar" ancam Kanaya yang malah menghadirkan kekehan Naka tangan laki-laki itu terangkat dengan pelan yang disambut langsung oleh Kanaya. Kanaya membawa tangan Naka untuk membelai pipinya

Sorot mata Kanaya Masih terkunci pada sorot teduh nan hangat milik Naka. Untuk waktu yang lama Naka dan Kanaya tetap pada posisi itu sampai mobil mereka berhenti di depan rumah sakit medica.

Naka turun diikuti Kanaya dan Ayumi setelahnya mereka langsung menuju ruang dokter pandu yang ada dilantai dua.

Di ruangan itu sudah ada Auryn yang juga menyambut kedatangan mereka gadis dengan sneil putih itu langsung memeluk Kanaya.

Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang