part 44 (ending)

2.8K 82 19
                                    

Pagi harinya Kanaya mengukir senyum manisnya, ia pertahankan senyuman itu meskipun ada sesuatu yang terasa menyakitkan di hatinya. Kanaya mencoba bersikap biasa seperti tidak pernah ada apa-apa yang terjadi tadi malam.

Ia mulai menyeka tubuh Naka yang terasa hangat dengan handuk basah mengganti pakaian Naka dengan pelan juga menyuntikkan makanan ke tubuh Naka.

Semua Kanaya lakukan dengan tenang sesekali ia tersenyum manis saat tatapannya dan Naka bertemu. Kanaya juga sesekali bercerita tentang Kenan yang mulai cerewet ingin mengetahui banyak hal. Kanaya terkekeh pelan sedangkan Naka hanya diam menatapnya.

Setelah selesai Kanaya duduk di samping Naka menggenggam tangan Naka sambil mengusapnya. Sesak terasa didadanya airmata pun rasanya ingin menerobos keluar menghancurkan pertahanannya tapi sebisanya Kanaya menahan itu semua ia tetap mengukir senyumnya.

"Maafkan aku Nay" terdengar suara dari komputer, Kanaya terdiam ia hanya menggelengkan kepalanya, jemarinya tergerak mengusap airmata Naka

"Kamu enggak perlu minta maaf mas, semuanya memang sudah digariskan untuk seperti ini"

" Beberapa hal terkadang memang tidak sesuai dengan keinginan kita, tapi itu enggak apa-apa hal yang sangat wajar untuk terjadi" Kanaya mencoba untuk tetap kuat

"Kehilangan kamu adalah hal terberat yang akan aku alami, tapi mas melihat kamu hidup tapi menderita jugalah hal yang membuat aku terluka" dari awal, saat pertama kali Auryn menjelaskan penyakit ini Kanaya tentu sudah tau hari seperti ini akan datang.

Sama halnya dengan Naka saat dokter pandu mengatakan seberapa parah penyakit ini dan apa saja yang akan terjadi kedepannya padanya termasuk dia yang tidak akan pernah sembuh sekalipun dengan obat dan terapi Naka sudah tau pada akhirnya sekeras apapun ia berjuang ia tetap akan kalah dengan penyakit ini akan ada waktu dimana dia harus pergi.

Mereka semua tau tentang ini semua. Dari awal Naka, Kanaya juga kedua orang tua Naka sudah mendengar dengan baik penjelasan dokter pandu dan Auryn.

Akan tetapi ikhlas untuk melepaskan tentu tidak mudah meskipun waktu sudah berjalan lama semenjak mereka mendengar itu.

"Aku ikhlas mas, tapi jika nanti sedihku berlangsung lama Tolong mengertilah karena butuh waktu lama untuk membangun dunia ku kembali" Kanya menatap dalam mata Naka. Mungkin esok atau lusa ia tidak bisa lagi menatap mata coklat suaminya ini jadi Kanaya ingin menikmati waktu yang tersisa.

Naka tidak lagi menggerakkan pipinya untuk merangkai kata meskipun rasanya dadanya terasa nyeri, kepalanya terasa sakit ia diam menahan semuanya menikmati sentuhan usapan Kanaya di kepalanya.

Andai saja ia tidak mengidap penyakit ini Naka akan mewujudkan satu persatu mimpi Kanaya. Berjalan bersama Kanaya sampai tua dan menyaksikan anak-anaknya tumbuh besar.

Tapi semuanya hanya bisa terwujud dalam khayalan Naka, ia terkurung dalam tubuhnya tanpa bisa melakukan apa-apa untuk wanitanya bahkan sampai detik terakhirnya pun Naka hanya bisa membuat Kanaya bersedih.

Jemari lentik Kanaya menyusuri wajah Naka di mulai dar alis tebalnya lalu kedua matanya yang sontak membuat Naka terpejam setelah itu tangan Kanaya turun menyentuh bibir Naka yang yang terbuka.

"Aku bahagia mas," lirihnya penuh dengan ketulusan

"Menjadi istri kamu dan melayani kamu sampai akhir adalah keberuntungan untuk aku" Kanaya tersenyum manis ia tau di mata orang lain ia tidak beruntung karena memiliki suami seperti Naka yang kondisinya jauh dari kata baik tapi bagi Kanaya semua itu adalah anugerah terindah untuknya.

"Kalau seandainya kita udah gak sama-sama lagi nanti janji ya Dateng terus ke memimpi aku kalau aku rindu" air mata Kanaya mulai jatuh ia menggigit kuat bibirnya takut lirihanya lepas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang