part 22

1.2K 49 0
                                    

Malam ini adalah malam pertama Kanaya dan Naka, tidak ada yang terjadi. Malam pertama mereka tidak seperti malam pertama orang lain di luar sana Kondisi Naka yang tidak mampu menggerakkan sebagian tubuhnya membuatnya tidak bisa melakukan hal yang lebih dari sekedar berciuman dan berpelukan namun meskipun begitu Kanaya tetap menikmatinya, Kebahagiaannya tidak berkurang sama sekali.

Kanaya merebahkan kepalanya diatas dada Naka menikmati detak jantung Naka hal ini akan mulai menjadi sesuatu yang disukai Kanaya.

"Bahagia gak nikah sama aku?" Tanya Kanaya tanpa melihat Naka ia fokus memijit pelan tangan kiri Naka yang ada di genggamannya

Kanaya tidak melihat kening Naka yang mengerut ia hanya merasakan usapan di kepalanya terhenti "pertanyaan macam pa itu Nay?"

Naya tidak menoleh ia hanya bergumam pelan "cuman buat ngebahagiain diri sendiri" Naka tertawa Kanaya memang selalu punya cara untuk menyenangkan dirinya. Lengan kanan Naka turun lalu menarik hidung Kanaya "selain bahagia karena lahir dari rahim mama dan menjadi anak papa kebahagiaan terbesar ku adalah menikahi kamu Nay" jantung Kanaya berdetak cepat mendengarnya ada rasa hangat yang menyebar keseluruh tubuhnya bahkan Kanaya rasa ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya padahal dia sudah sering mendengar ini tapi rasanya tetap sama seperti saat pertama kali ia mendengarnya

"Kalau Kamu gimana Nay?" Gantian Naka yang bertanya, ia sudah tau jawabannya tapi ia tetap ingin mendengar nya

Sejenak Kanaya diam lalu berbalik menghadap Naka tangannya terulur membelai wajah Naka dimulai dari dua alis tebal laki-laki itu lalu hidung mancungnya kemudian mata lalu berakhir di bibirnya.

"Ketemu kamu aja menjadi hal yang paling membahagiakan dan selalu ku syukuri apalagi dinikahi kamu aku gak tau lagi deh mau terimakasih dengan cara apalagi sama tuhan sangking baiknya karena udah ngasih kamu buat aku" dua ujung sudut bibik Kanaya membentuk senyuman yang paling disukai Naka.

"Meskipun dengan kondisi aku yang seperti sekarang?"

Tanpa pernah ragu dan berpikir ulang Kanaya selalu dengan yakin menganggukkan kepalanya tidak ada rasa ragu dan dia tidak akan pernah ragu untuk itu "mau bagaimanapun kondisi kamu di mata aku kamu itu sempurna, aku gak pernah berkeinginan atau sekedar membayangkan buat ninggalin kamu, jadi Naka Rivaldo jangan merasa kecil karena kondisi kamu yang sekarang"

"Kamu besar karena ketulusan hati kamu" sulit bagi Naka untuk menahan senyumnya, tiap kalimat yang dikatakan Kanaya selalu membuatnya merasa lebih baik saat ia merasa tidak pantas untuk Kanaya. Bersama Kanaya Naka tidak perlu takut untuk ditinggalkan, malah ia yang merasa takut untuk meninggalkan Kanaya.

"Nay,,"

Belum sempat Naka melanjutkan ucapnya Kanaya lebih dulu menutup mulut Naka dengan ciuman

"Aku gak mau denger kalimat yang bikin aku sedih, ini malam pertama kita jadi suami istri jadi jangan rusak kebahagiaan yang ada" kalimat panjang serta raut teduh penuh permohonan itu menjadi alasan Naka menarik Kanaya Pelan kedalam pelukannya. Gadis ini, istrinya yang dari dulu selalu dimintanya pada tuhan dan sekarang menjadi miliknya meskipun dengan kondisinya yang tidak seperti dulu.

Ia penuh dengan kekurangan tapi cinta yang diterimanya dari Kanaya tidak pernah kurang.

"Aku sayang, sayaaang banget sama kamu" ucap Kanaya

"Hmmm aku lebih sayang sama kamu"

"Aku lebih lebih lebih Sayang"

"Aku Nay" bantah Naka tidak ingin kalah

"Aku pak suami" sanggah Kanaya cepat membuat Naka melipat bibirnya kedalam. Ia menahan senyumnya dengan kuat. Naka rasa ribuan kupu-kupu sedang berterbangan di perutnya. Panggilan Kanaya terdengar sederhana tapi mampu menghadirkan ribuan kali rasa bahagia untuk Naka. Naka mendekat lalu mencium bibir Kanaya "iya buk istri"

***

Pagi harinya Kanaya membuka matanya mendapati Naka yang sudah bangun dan sedang menatapnya "selamat pagi istri" ucap Naka, pelan-pelan ia maju mencium kening Kanaya

"Selamat pagi suami"

"Udah dari tadi?" Tanya Kanaya tangannya membelai wajah Naka

"Hmm cukup lama sampai aku puas liat istri ku tidur" kalimat manis Naka menghadirkan tawa Kanaya

"Harusnya kamu bangunin aku" gumamnya setelah berhenti tertawa Kanaya maju memeluk Naka "kamu gak papa kan?" Tanya Kanaya tiba-tiba, Naka awalnya diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia menggeleng pelan berusaha mengukir senyum setulus mungkin

"Aku baik-baik aja" jawabnya berusaha meyakinkan

"Baguslah tapi kalau ada apa-apa bilang ya, kamu enggak boleh nyembunyiin apa-apa dari aku, hal sekeeecil apapun itu" Kanaya memperingati Naka, kedua matanya berbinar serius.

"Tentu kalau gak sama kamu sama siapa lagi aku mau berbagi? cuma kamu Nay"

"Baguslah,," Kanaya membenamkan kepalanya didada bidang Naka

"Berjuang bareng ya Ka" lirihnya.

Entahlah Kanaya rasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan Naka darinya tapi ia juga tidak ingin memaksa Naka untuk berkata jujur, cukup, untuk saat ini melihat Naka dalam kondisi baik dan sama seperti kemarin Kanaya rasa ia tidak perlu khawatir yang berlebihan.

"Aku siapin air buat kamu mandi dulu" ucap Kanaya lalu bangkit tapi sebelum itu ia lebih dulu membantu Naka untuk bersandar dikepala ranjang supaya Naka merasa nyaman Kanaya menaruh dua bantal di belakang punggung Naka sebagai penyangga kepala Naka.

Setelah selesai Kanaya membantu Naka untuk mandi tidak seperti kemarin saat pertama kal melakukannya kini Kanaya dan Naka sudah mencoba untuk terbiasa meskipun tetap saja Naka sedikit merasa malu saat bertelanjang didepan Kanaya dengan kondisi tubuh yang tidak bisa digerakkan.

"Tunggu disini ya" pesan Kanaya setelah selesai memakaikan pakaian Naka, tidak lama setelahnya ia datang dengan membawa hairdryer

"Mau sarapan disini apa di luar?" Tanyanya sembari mengeringkan rambut Naka

Mereka Masih di hotel sedangkan kedua orang tua Naka sudah pulang tadi malam, Ayumi berkata kalau ia ingin menyiap kamar spesial untuk Naka dan Kanaya. Sekarang yang tersisa di hotel hanya mereka berdua, Auryn dan Steven.

"Di kamar aja" jawab Naka lalu mendongak menatap Kanaya

"Okeh lagian Auryn juga pasti udah sarapan sama Steve" Tamba Kanaya setelah selesai ia menghubungi pihak hotel, meminta mereka untuk menyajikan sarapan untuk mereka dikamar HOTEL.

Kanaya menatap Naka setelah ia mensejajarkan tingginya "gantengnya, suaminya siapa sih?" Ucap Kanaya setelah itu Naka menjawil hidungnya

"Suaminya Kanaya Zivilia Morega" keduanya seketika terkekeh. Senang rasanya karena bisa saling memiliki seperti saat ini, Naka milik Kanaya begitupun sebaliknya.

Sarapan mereka datang dengan sigap Kanaya membantunya Naka untuk sarapan

Kali ini mereka sarapan dengan semangkok bubur kacang hijau dan teh hangat sesuai dengan pesanan Kanaya tadi

"Pelan-pelan ya jangan keburu masih panas soalnya" ujar Kanaya

Naka hanya mengangguk lalu meraih sendoknya tapi baru saja ia mengambilnya tiba-tiba sendok itu terjatuh. Baik Naka dan Kanaya hanya diam saling tatap sebelum akhirnya Nakalah yang lebih dulu memecahkan suasana tegang mereka

"Nay aku gak apa-apa" ucapnya berusaha meyakinkan Tapi tidak mudah Kanaya malah menatap tangan kanan Naka

"Nay,"

"Aku tau ka, kamu baik baik aja tapi lain kali pelan-pelan ya" Kanaya berpesan dengan raut wajah yang tenang setelah itu ia tersenyum manis seolah tidak pernah terjadi apa-apa dan dia sedang tidak merasakan takut.

Kanaya dan Naka kembali melanjutkannya sarapannya tapi kali ini Kanaya terus memperhatikan Naka.

Merasa di perhatikan Naka berusaha bekerja sama dengan tangannya ia tidak ingin menambah kekhawatiran Kanaya karena tangan kanannya yang mulai sedikit lemas sebisa mungkin Naka terlihat baik-baik saja istri cantiknya tidak boleh di buat khawatir. Setidaknya untuk saat ini. Naka belum siap.

Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang