part 9

1.6K 64 4
                                    

Mobil Kanaya terus melaju membelah jalan raya jakarta di balik kemudi Alina masih bingung dengan apa yang terjadi sedangkan Kanaya dari tadi hanya diam dengan tatapan mengarah ke jalan raya airmatanya terus jatuh membasahi pipinya ada Isak pilu yang berusaha ditahannya melihat itu membuat Alina mencengkram kuat stir mobil. Kanaya kembali hancur setelah menemukan Naka, itu artinya kondisi Naka sedang tidak baik-baik saja.

"Kita udah sampai Nay" ucap Alina

Mobil mereka berhenti didepan gerbang rumah lantai satu yang terlihat besar  berulang kali Kanaya menekan bel sampai akhirnya pintu gerbang berwarna hitam itu terbuka Kanaya langsung berlari masuk tanpa memperdulikan pak satpam yang ingin mencegatnya

Didepan pintu kayu coklat yang menjulang Kanaya kembali menekan bel berulang kali sampai seseorang muncul di balik pintu itu jantung Kanaya menclos melihat sosok Raga berdiri dengan raut wajah kaget. Bukan ini yang dimau Kanaya tuhan.

"Nona Kanaya" sebut Raga pelan

Airmata yang dimiliki Kanaya terus jatuh sesak di dadanya membuatnya sedikit kesulitan untuk bernapas "Naka,,, Naka mana Raga?!" Tanya Kanaya dengan suara yang bergetar sedikit lebih keras

Belum sempat Raga menjawab suara barang jatuh terdengar keras Kanaya tidak lagi berdiri di depan Raga dia dengan cepat berlari menuju kearah sumber suara semakin dekat dengan ruangan itu membuat jantung Kanaya semakin berdetak menggila. Dalam hati ia berdoa semoga itu bukan Naka meskipun sepertinya kemungkinan nya akan kecil dan terbukti dengan pintu yang terbuka Kanaya tercekat langkahnya terhenti, harapnya pupus sudah. Itu Naka.

"Naka,," lirihnya dengan mulut yang tertutup tangannya

Kanaya melangkah mendekati laki-laki yang terjatuh dilantai itu rasanya Dunia Kanaya hancur melihat kondisi Naka yang seperti sekarang jauh dari kata baik-baik saja

"Naka,,"

"PERGI KANAYA!" teriak Naka berusaha menyeret tubuhnya untuk menjauh dari Kanaya namun bukannya menjauh Kanaya  malah semakin mendekat tidak peduli dengan air berwarna kuning yang ada dilantai, tidak peduli dengan bau Pesing yang dicium hidungnya. Bagi Kanaya yang tepenting saat ini adalah Naka

"Na,,"

"RAGA, RAGA!!"

"Biar aku,,"

"Aku bilang pergi Nay PERGI!" Kanaya menggeleng Naka belum melihatnya dan dia belum melihat wajah yang tertunduk itu

"Arrrgghh, SIALAN!!" teriaknya sambil memukul-mukul lantai dan kakinya yang tidak bisa digerakkan Kanaya ingin membantunya namun Naka dengan cepat menepis tangan itu sorot matanya kini terarah pada Kanaya, sorot mata penuh luka juga sedikit rindu yang terlihat nyata.

"Jangan mendekat Nay" pinta Naka kali ini dengan suara pelan yang terdengar menyakitkan ditelinga Kanaya. Kanaya tetap tidak menurut ia meraih tangan Naka yang memukul kakinya, Kanaya dan Naka saling tatap, tatapan yang sama-sama menunjukkan apa yang selama ini mereka pendam.

"Aku bantuin ya" lirihnya pelan senyuman manis terukir diwajah cantiknya kali ini Naka tidak menolak ia pasrah, dia hanya diam menatap celananya yang basah dari tadi tidak ada yang tidak tahu bahwa laki-laki ini sedang malu pada Kanaya karena kondisinya yang sekarang tapi Kanaya memang tidak peduli dengan itu.

Pelan-pelan Kanaya membantu Naka untuk kembali duduk di kursi rodanya Kanaya melakukan itu tanpa kesulitan karena tubuh Naka yang kurus. Satu bulan tidak bertemu dan sekarang Naka sudah kehilangan banyak berat badannya.

"Raga" panggil Kanaya pada Raga yang berdiri di depan pintu bersama Alina

"Dia mau kamu yang bantuin dia" jelasnya menunjuk kamar mandi dengan ujung matanya

Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang