part 28

1.1K 37 0
                                    

Satu Minggu berlalu begitu saja tapi Naka belum juga membuka matanya, selama satu Minggu ini Kanaya melewati setiap harinya dengan berat.

Rindu yang dirasakannya semakin menumpuk. Andai saja semuanya sesuai dengan rencana harusnya hari ini ia dan Naka kembali ke Indonesia tapi ternyata rencana tuhan lain dengan rencananya, Kanaya bahkan belum membawa Naka mengelilingi kota Hawaii.

"Selamat pagi suami aku, kok betah banget sih tidurnya, gak kangen ya sama aku?" Kanaya menyapa sambil mengusap pelan kepala Naka

Tidak ada balasan, karena kenyataannya mata itu tetap terpejam. Kanaya tersenyum getir, terlihat sangat menyakitkan saat senyum manis itu terukir bersamaan dengan bulir bening yang perlahan jatuh tanpa persetujuannya

Ia menghapusnya dengan cepat lalu mengambil alat Seko untuk menyeko tubuh Naka.

"Kamu udah seminggu loh mas tidurnya, kamu gak capek? atau kamu gak kangen aku?"

"Kalau aku mah kangen banget sama kamu"

"Bangun ya, jangan lama-lama tidurnya" gerakan tangan Kanaya terhenti pada pipi Naka, sudut mata Naka mengeluarkan airmata dan itu menarik garis bibir Kanaya untuk membentuk senyuman. Setidaknya Naka mendengarkannya.

Ia menghapusnya dengan lembut dan pelan "kamu gak kasian ya sama aku yang tidur sendirian terus?" Tanya Kanaya dengan airmata yang juga mulai jatuh

Tidak sanggup rasanya ia melihat Naka yang masih terbaring dengan selang ventilator yang di masukkan ke mulutnya itu. Wajahnya masih pucat, pipi tirus nya terlihat kering.

Kanaya terdiam kepalanya ia tundukkan sebentar dengan airmatanya yang jatuh Kanaya meminta dalam hati pada tuhan untuk berbaik hati mengembalikan suaminya.

Sudah satu Minggu Kanaya melewati hari-hari yang berat, hari-hari yang membuatnya terus Merasakan takut.

Ia sangat berharap bisa melihat mata itu terbuka secepatnya.

Kening Kanaya seketika mengerut saat melihat jari telunjuk Naka bergerak, matanya sedikit berbinar bahagia ia melihat dengan jelas mata Naka yang perlahan terbuka sontak Kanaya berdiri dari duduknya "mas,," panggil Kanaya lembut namun dengan Isak tangis penuh haru yang ditahannya.

"Terimakasih tuhan" gumam Kanaya lalu menekan tombol darurat yang ada disamping Naka

"Mas Naka" panggil Kanaya lagi namun Naka tidak juga menatap kearahnya. Tatapan mata suaminya tetap tertuju pada langit-langit ruang ICU. Tidak lama setelah Kanaya menekan tombol darurat dokter dan beberapa perawat datang memeriksa kondisi Naka. Kanaya mundur beberapa langkah memberikan ruang untuk mereka.

"Bagaimana kondisi suami saya Dokter?" Tanya Kanaya setelah dokter Luke selesai

Dokter paruh baya itu menatap Kanaya sambil tersenyum "kondisinya baik dan sudah stabil tapi kesadarannya Masih belum kembali sepenuhnya dia masih butuh adaptasi, Jangan khawatir ini memang sering terjadi pada pasien yang baru bangun dari koma. Saran saya sering-seringlah mengajaknya untuk berbicara" jelas dokter Luke, kepala Kanaya mengangguk dengan semangat ia mengucapkan terimakasih kepada dokter Luke berulang kali sampai akhirnya laki-laki itu pergi.

Kanaya melangkah kembali mendekati Naka kali ini ia tersenyum bahagia meskipun Naka belum melihat kearahnya, tapi setidaknya melihat mata itu terbuka lagi sudah cukup lebih baik untuk Kanaya.
"Terimakasih tuhan" lirihnya pelan

Kanaya menunduk menatap mata Naka yang menatap kosong ke arah langit ruang rawatnya "Makasih mas karena sudah kembali" lirihnya di telinga Naka lalu Kanaya mendekat meninggalkan kecupan di pipi Naka

"Terimakasih karena sudah bertahan" tambahnya lembut. Kanaya terus saja melihat Naka yang tetap tidak mengalihkan tatapan matanya ia mengusap pelan pipi Naka berusaha menarik atensi suaminya tapi tidak berhasil

Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang