Annyeong yeorobun ..
Neomu neomu saranghae ..
Happy reading y'all ..
:)
_______
.
Author POV
Beberapa menit setelah meninggalkan rumah Rosé, Lisa menepikan mobilnya lalu mengambil ponselnya dan menulis pesan untuk seseorang.
____
Mom, ini aku Lisa.
Apa momy ada waktu sekarang?
Aku ingin bertemu di Cafe biasa.
Aku rindu :(
____
Tidak lama ponselnya kembali berbunyi dan Lisa segera membukanya.
___
Aku akan datang.
___
Senyum Lisa jelas tergambar setelah membaca pesan dari ibunya. Dia lalu kembali melajukan mobilnya untuk kemudian pergi ke tempat yang dimaksud.
_______
.
Di Cafe.
Lisa datang lebih dulu dan memilih meja yang nyaman menurutnya. Lisa kemudian memesan secangkir kopi sembari menunggu kedatangan Diana.
Sekitar 10 menit Lisa menunggu, akhirnya Diana datang. Lisa pun melambaikan tangan agar Diana melihat keberadaannya. Karena itu jam makan siang jadi susana di dalam Cafe lumayan ramai. Diana segera menghampiri begitu melihat lambaian tangan Lisa, dan mereka duduk berhadapan.
Lisa kemudian memanggil pelayan setelah keduanya memesan beberapa menu untuk makan siang.
"Mom, sebelumnya aku minta maaf, aku baru bisa menghubungimu sekarang, ponselku tertinggal di mansion malam itu". Lisa membuka percakapan.
"Tidak apa-apa sayang, aku juga minta maaf, dady-mu sudah membakar ponsel itu".
"Aku sudah menduganya". Balas Lisa lesu.
"Lalu, tadi ponsel siapa nak?".
"Ahh, aku lupa memberitahumu mom".
"Apa nak?".
"Aku sekarang bekerja dengan paman Kim, sebagai supir pribadinya Jennie". Ucap Lisa sumringah.
"Eum, dan ponsel itu, Jennie yang membelikannya". Sambung Lisa masih dengan senyumnya.
"Aku senang mendengarnya nak".
"Lalu, kau tinggal di mana sekarang?".
"Aku, aku tinggal di sana mom, di mansion paman Kim".
"Karena_".
Ucapan Lisa terpotong saat pelayan datang membawa dan menyajikan pesanan keduanya. Lisa tidak lupa mengucapkan terimakasih dan setelahnya pelayan itu mengangguk lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME LALISA ( TAMAT )
Teen FictionMenjadi "anak yang tidak diinginkan" adalah bukan pilihan, namun takdir mengharuskan Lalisa menerimanya dengan besar hati. Membiarkan luka mengendap di dasar hatinya. Satu keyakinannya adalah bahwa setiap kehidupan pasti ada kebahagiaan menyertainya...
