Don't worry

3.6K 313 33
                                    

Annyeong ..

Selamat membaca ..

:)

_______

.

Beberapa jam kemudian.

Lisa terbangun setelah sebelumnya ketiduran saat ia menangis selepas menerima telepon dari ibunya.

Alih-alih membaik setelah dibawa tidur, perasaan Lisa justru kini semakin kalut. Hatinya menggelap tertutup kabut keputus-asaan. Bahkan nampaknya Lisa mulai kehilangan akal sehatnya.

Lisa beranjak dari tempat tidurnya, lalu keluar dari kamar dan berjalan berjingkat-jingkat menuju dapur. Matanya seperti mencari sesuatu. Entah setan dari mana yang telah menguasai tubuhnya, Lisa tiba-tiba mengambil pisau yang tergeletak di atas keranjang buah di meja dapur, sepertinya pisau itu baru saja digunakan oleh Jisoo untuk memotong apel.

Setelah memastikan keadaan dapur sepi, Lisa segera menyembunyikan pisau tersebut di balik kaosnya dan buru-buru masuk ke dalam kamar sebelum Jisoo atau yang lain ( pelayan ) memergokinya.

Begitu sampai di kamar, Lisa berdiri menatap lurus ke arah cermin, dengan senyum getirnya ia memandangi setiap detail gambar dirinya melalui pantulan cermin. Tangan kanannya mulai gemetar ketika menggenggam erat pisau tersebut, lalu mengarahkan mata pisau itu ke dadanya. Air matanya pun sudah tidak dapat dibendung lagi, mengalir begitu saja, menggenangi seluruh wajahnya, membuat pandangannya menjadi kabur.

Dengan bibir yang bergetar dan suaranya yang serak, Lisa mulai meluapkan isi hatinya.

"Tuhan, aku pikir, setelah aku mengenal Jennie, aku akan segera menemukan kebahagiaanku. Nyatanya tidak Tuhan, aku justru semakin merasa tidak berguna hidup di dunia ini. Jika ayah kandungku saja tidak bisa menerima keberadaanku, lalu apa yang aku harapkan dari orang lain, dari paman Kim. Aku tahu paman Kim orang baik, tapi justru karena itulah aku semakin merasa bersalah, karena dengan bodohnya aku mencintai putrinya, putri satu-satunya. Jennie seharusnya mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku, seseorang yang lebih layak menjadi pendamping hidupnya. Bukan aku. Karena aku bahkan tidak punya masa depan".

"Lepaskan Jennie Lisa. Biarkan dia bahagia bersama orang yang tepat. Pergilah yang jauh. Tidak ada kebahagiaan untukmu Lisa, tidak ada kebahagiaan untukmu. Tidak ada gunanya kau hidup. Apa yang kau cari? Bukankah yang selama ini kau temui hanya luka, luka dan luka. Apalagi yang kau harapkan? Ini sangat konyol Lisa, sangat konyol. Kau harus mengakhiri semuanya".

Lisa memejamkan matanya sebelum akhirnya melayangkan pisau tersebut ke arah dadanya.


.

.

.

.

.

.

Brakkkk

.

.

Prakkkk

.

.

Arrrrrggghh

.

IT'S ME LALISA ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang