Menjadi "anak yang tidak diinginkan" adalah bukan pilihan, namun takdir mengharuskan Lalisa menerimanya dengan besar hati.
Membiarkan luka mengendap di dasar hatinya.
Satu keyakinannya adalah bahwa setiap kehidupan pasti ada kebahagiaan menyertainya...
Kalo sampe di chapter ini masih ada yang nanya ini GxG apa bukan, awas ya, author cubit .. 😘😘 Gemes deh .. 😋😋
____
.
Jisoo menghentikan ucapannya ketika Lisa tiba-tiba menyembulkan kepalanya di balik pintu.
"Baby, ayo kita sarap_". Ajak Lisa masih di balik pintu, tetapi kalimatnya terpotong ketika pandangannya bertemu dengan Jennie yang tengah menangis duduk berdampingan dengan ibunya.
"Huh?". Lisa memastikan penglihatannya.
Lisa pun buru-buru menghampiri keduanya karena khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi pada kekasihnya itu.
"Hey, kau menangis?". Lisa duduk, merangkul dan mengusap-usap bahu Jennie lalu bertanya pada Jisoo.
"Aunty, Jennie kenapa?".
Jisoo tidak menjawab, hanya memandangi Jennie dan Lisa secara bergantian. Begitu juga dengan Lisa, tangannya tidak berhenti mengusap bahu Jennie, tetapi pandangannya masih terpaku menunggu jawaban Jisoo. Dan suasana pun menjadi hening selama beberapa detik. Sampai akhirnya..
"Aku tidak apa-apa, ayo kita sarapan". Celetuk Jennie memecah keheningan seraya menghapus sisa air matanya.
"Tapi aku belum mandi". Lanjut Jennie dengan tawa canggungnya.
"Kau_". Lisa menatap Jennie seolah tidak yakin dengan apa yang dia katakan.
"Aku tidak apa-apa hon, aku hanya rindu eomma, itu sebabnya aku menangis". Balas Jennie berbohong, memalsukan senyumnya.
"Ya sudah, eomma, Lisa, aku mandi dulu sebentar". Pamit Jennie dan bergegas pergi ke kamar mandi, meninggalkan Jisoo yang masih membisu dan Lisa yang masih tidak mengerti dengan situasinya.
