Menjadi "anak yang tidak diinginkan" adalah bukan pilihan, namun takdir mengharuskan Lalisa menerimanya dengan besar hati.
Membiarkan luka mengendap di dasar hatinya.
Satu keyakinannya adalah bahwa setiap kehidupan pasti ada kebahagiaan menyertainya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy birthday sayang nya aku .. Jennie Ruby Jane .. 🥳🐻💙🤍 Serius ini umur 28? Utututu masa ucu beut keg bayi .. 😘😘
Semoga panjang umur sayang bahagia selalu .. We'll always love and supporting you dear .. 🤘💕🖤
__________
.
.
"Sayang". Panggil Marco begitu masuk ke dalam butik.
Melihat kedatangan Marco yang notabennya adalah orang asing baginya, Liam berlari dan bersembunyi di belakang Diana, memeluk kakinya dengan erat.
Diana hanya tersenyum karena memahami situasinya. Tetapi dia membiarkan Liam agar beradaptasi dengan seseorang yang baru saja datang.
"Sayang, siapa dia?". Tanya Marco begitu menyadari keberadaan Liam.
"Anak dari salah satu pelangganku, ibunya sedang dirawat di rumah sakit, dia menitipkannya padaku untuk sementara waktu". Diana menjelaskan tanpa ragu-ragu.
Diana tahu betul siapa suaminya. Di balik sikapnya yang arogan, Marco sejatinya adalah sosok yang penyayang, terlebih kepada anak-anak.
Maka dari itu Diana tidak habis pikir mengapa Marco begitu membenci Lisa yang tidak lain adalah anak kandungnya sendiri.
Marco mengangguk-anggukan kepala lalu berjalan menghampiri Liam yang semakin mengeratkan pelukannya karena takut.
"Tidak apa-apa sayang, dia bukan orang jahat". Diana menggumamkannya seraya mengusap-usap tangan kecil yang melingkar di kakinya.
Marco berlutut untuk menghadap Liam dan mulai menyapanya.
"Hey nak, siapa namamu, hm?". Marco menampilkan senyum terbaiknya untuk mengambil hati Liam.
"Aku Liam". Jawab Liam singkat dan masih sedikit takut.
"Liam, nama yang bagus". Puji Marco lalu melanjutkan.
"Apa kakek menakutimu sayang?". Marco bertanya dan Liam menggeleng.
