"Hanya butuh dua malam bagiku untuk mengosongkan wilayah Timur." Ucap Naruto dengan pasti, dan sesungguhnya sedikit pongah.
"Kapan kami bisa menempatkan petani untuk mulai menggarap tanahnya?" Hiashi bertanya seraya menatap samurai muda itu dengan serius.
"Datanglah besok pagi, penggarapan dapat dilakukan selagi kami menggali parit pemisah dengan wilayah Barat." Naruto pikir kegiatan pembangunan paritnya tak akan mengganggu petani bekerja.
"Akan ku kirim lima puluh orang petani kopi besok." Hiashi menulis di atas sehelai kertas dengan tinta dan kuas.
Naruto menatap pria tua itu dengan seksama. Dia adalah Hyuuga Hiashi, pimpinan klan terkuat sekaligus daimyo terkaya di seluruh penjuru Kyoto.
Sebab pemerintahan kekaisaran saat ini begitu desentralisasi di Kamafura, maka para daimyo dan keluarga bangsawan telah membangun istana-istana mereka sendiri di seluruh penjuru negeri.
Kediaman dengan pagar tinggi, lantai kayu yang berkilauan, dan ratusan pekerja miskin yang mempertaruhkan nasib kepada mereka. Bisnis mereka saat ini mayoritas dalam bidang pertanian dan perkebunan, tiap daimyo berlomba-lomba memperluas area kekuasaan dan dalam hal itu, mereka akan membutuhkan para samurai terkuat untuk maju memperebutkan lahan dan tanah kekuasaan.
Itulah yang Naruto lakukan untuk keluarga Hyuuga. Dia tidak bekerja sebagai samurai kekaisaran meski mendapat panggilan secara resmi untuk mengabdi, shogun terlalu sibuk mengurus Kamafura sedangkan dirinya di sini memilih memperkaya diri dengan bekerjasama dengan keluarga daimyo terkaya di Kyoto.
Ya, Naruto tidak ingin menyebut ini sebagai pekerjaan karena sesungguhnya hubungan yang ia jalin dengan Hyuuga adalah saling menguntungkan. Hyuuga membutuhkan dirinya dan ratusan anak buahnya untuk mempertahanakan kejayaan sedangkan dirinya membutuhkan Hyuuga untuk mendapatkan uang.
Posisi mereka sesungguhnya sama penting, namun Naruto merasa Hiashi terlalu memandang rendah dirinya selama ini.
"Bagaimana dengan bayarannya?" Tanya Naruto seraya menuangkan teh dalam cawan keramik di atas meja.
"Tiga ratus keping emasp, sesuai perjanjian." Hiashi sudah menyiapkan bayaran untuk pimpinan samurai itu.
Naruto mendengkus. "kau mengabaikan permintaanku, Hiashi-sama."
Hiashi berhenti menggoreskan ujung kuasnya di atas kertas, dia mengangkat wajahnya dan menatap Naruto. "putriku akan segera menikah dengan putra Otsutsuki musim panas nanti"
Naruto menatap tajam ke arah pria tua itu, dia dengar berita itu saat berada di Timur. "batalkan pernikahannya." pintanya dengan nada bicara yang tak biasa.
"Ternyata kau cukup serakah dan ingin jadi bagian dari Hyuuga hm?" Hiashi bertanya dengan kegeraman yang ia tahan mati-matian.
Naruto menatap datar dan bicara "bukan aku yang akan merubah nama belakangku menjadi Hyuuga."
Hiashi telah mengabaikan permintaan Naruto yang secara tiba-tiba meminta pernikahan dengan putrinya, tepat sebelum berangkat ke wilayah Timur. Keduanya tak pernah saling mengenal sebelumnya, jadi ia berpikir bahwa permintaan itu datang sebab Naruto menginginkan lebih banyak uang dari keluarga Hyuuga. "Hyuuga dan Otsutsuki akan menjadi keluarga besar sebentar lagi melalui pernikahan putriku, kuharap kau tak mengacaukannya karena pernikahan itu penting bagi keluarga kami."
Naruto menyesap teh di dalam cawannya dan tersenyum tipis. "apa hubungan Hyuuga dan Otsutsuki lebih penting daripada hubungan Hyuuga denganku hm?"
Hiashi sadar sepenuhnya seberapa penting Naruto bagi keluarga Hyuuga, meski bersikap kurang ajar, dia adalah samurai terkuat di Kyoto, bahkan dalam desas-desusnya, dialah prajurit terbaik negeri ini, namun dia telah menolak panggilan kekaisaran untuk bekerja kepadanya dengan alasan muak dengan kepemimpinan shogun saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.