Bukan hanya Naruto yang membawa istrinya di pertemuan itu, para daimyo bersama samurai mereka selalu diperkenankan membawa istri, sebab pertemuan ini biasanya akan berlangsung selama beberapa hari.
Pertemuan para daimyo sama dengan pesta, meski nanti akan membicarakan hal serius namun perjamuan untuk pada daimyo tentu saja adalah perjamuan yang mewah.
Hinata sempat melihat raut ayahnya tidak begitu senang mendapatinya ikut dengan Naruto ke Kamakura sebab Hyuuga akhirnya harus merasa sungkan kepada Otsutsuki karena pembatalan pernikahan itu.
"Pergilah ke penginapan bersama Nyonya Kurenai, aku akan menemani ayahmu dan Asuma pergi ke ruang pertemuan." Naruto mengangkat pinggul istrinya, membawanya turun dari Kuda.
Hinata memegang lengan Naruto dan menganggum. "Aku akan beristirahat."
Naruto memberikan tasnya kepada pelayan yang akan mengantar istrinya dan istri Asuma Sarutobi ke penginapan.
Hinata merasa agak lega ternyata banyak wanita yang juga dibawa suaminya ke pertemuan ini. Sebelumnya ia tak pernah melihat Kamakura seramai ini, rasanya seperti pesta besar akan dilaksanakan.
Wanita itu mengikuti langkah pelayan ke area bungalow di belakang mansion, sesungguhnya Hinata sudah hapal benar area ini, dia pernah tinggal di sini selama lima musim lebih.
Otsutsuki memiliki area bungalow tepat di belakang mansionnya, biasanya untuk digunakan menjamu tamu-tamu.
"Bi." Hinata tersenyum ke arah wanita yang disebut Nyonya Kurenai oleh suaminya.
Sesungguhnya Hinata mengenal dekat Nyonya Kurenai sebab dulu pernah belajar banyak hal kepadanya.
Ya, Tou-sama sering mengirimnya berpergian untuk belajar agar nanti menjadi wanita yang keibuan namun tetap cerdas dan mandiri. Dia pergi belajar memasak, membuat perjamuan, tata cara minum teh, sastra, dan bahkan penafsiran serta pengobatan.
Wanita Hyuuga haruslah memiliki semua kemampuan tersebut untuk suaminya kelak.
Dan Naruto haruslah merasa beruntung mendapatkan semua hasil belajar Hinata selama ini hanya untuknya.
"Lama tak melihatmu, Hinata." Kurenai merangkul lengan Hinata, anak itu sudah ia anggap seperti putrinya sendiri, mereka banyak berbincang dulu, saat Hyuuga dan Sarutobi belum terlibat pertarungan sengit perebutan lahan.
Namun sesungguhnya perebutan lahan dan peperangan hanya berlaku bagi para samurai dan pria saja sedangkan para wanita tetap dapat hidup dengan rukun antar sesama keluarga klan daimyo, mereka semua adalah wanita terhormat, sering bertemu di acara-acara minum teh pagi hari.
Meski kebanyakan acara minum teh pagi hari digunakan untuk menggunjing suami sekaligus memamerkan harta kekayaan mereka masing-masing.
"Em, kurasa kali terakhir bertemu adalah dua tahun lalu?" Tanya Hinata kepada Bibi Kurenai.
"Benar, musim semi dua tahun lalu." Kurenai menghela napas lelah, banyak hal terjadi selama dua tahun berlalu. "Bahkan kau sekarang sudah menikah."
Hinata tersenyum dan mengangguk.
"Bagaimana rasanya menikah?" Bisik Kurenai dengan senyum penuh arti.
"Aku sangat bahagia." Ucap Hinata seraya balas tersenyum.
Keduanya terkekeh pelan, mungkin sekarang mereka bisa bicarakan soal topik yang sama, suami yang sibuk menggunakan katana dan berpergian selama berminggu-minggu.
Saat mereka memasuki area bungalow, seorang pria berdiri di salah satu bangunan beratap rendah, tengah menatap Hinata dengan tatap yang sulit diartikan, itu Toneri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.