Hinata tidak pernah mengira bahwa dirinya akan berbagi sebegini banyak bagian dari tubuhnya kepada orang lain, disentuh, dan dibuai sepanjang malam dengan kalimat cinta yang dibisikan tiap kali pria itu tidak sabar.
Seluruh tubuhnya telah disentuh dengan cara yang begitu sulit dijabarkan dengan kata, namun meski jauh lebih kuat dan bertenaga, pria itu tak pernah menyakitinya sekalipun.
Seperti malam ini, mereka bercinta setibanya di rumah setelah Hinata menetap di mansion selama empat malam. Menyenangkan rasanya membagi hangat diri untuk satu sama lain lagi.
Naruto memejamkan mata, dia akui dirinya bertekuk lutut kepada istrinya, hanya di hadapan wanita itu ia bisa berbaring tak berdaya begini.
Hinata membelai helaian surai pria itu yang tengah memejamkan mata di atas pangkuannya, pria itu memforsir semua tenaganya di perebutan lahan lalu kembali ke rumah meminta dengan tidak sabar, dan sekarang dia berbaring kelelahan. "kau kelelahan."
Naruto membuka kelopak mata tannya dan mendongak untuk menatap istrinya. "hanya kau yang bisa melihatku begini."
Hinata terkekeh pelan "jadi ini adalah sebuah kehormatan?"
Naruto ikut terkekeh "tentu saja."
Hinata meraih sesuatu di balik futton, kalung batu yang ia temukan saat pria itu pergi. "aku menemukan ini tertinggal di hakamamu, bukankah ini milik samurai keshogunan?"
Naruto meraih kalung batu yang Hinata berikan dan menggenggamnya. "hanya kenang-kenangan semasa kecil."
"Apa benar kau menghabiskan masa kecil di keshogunan?" Tanya Hinata.
Naruto kembali memejamkan mata "ya, masa kecil yang kelam dan ingin kulupakan." satu-satunya hal yang ingin dia ingat dan bisa dia banggakan dari lahir dan besar di lingkungan keshogunan adalah kemampuannya menggunakan katana.
Hinata menyerenyit, ingin bertanya lagi namun dia melihat dari raut pria itu nampaknya dia tidak ingin membicarakannya. "Istirahatlah."
Naruto membawa wanita itu ikut berbaring di atas futton dan berhenti membicarakan masa lalu.
...
"Permintaan pertemuan daimyo Kyoto dari keluarga Otsutsuki." Hiashi memberikan gulungan kertas di atas meja kepada Naruto.
Naruto mendengkus pelan seraya membaca apa yang tertera di gulungan itu. "Ini adalah kali pertama setelah delapan tahun."
"Otsutsuki melaporkanmu kepada keshogunan karena merebut lahan dengan cara menjebak mereka di Utara." Hiashi mengembuskan asap tembakaunya.
"Shogun biasanya tidak peduli pada Kyoto." Naruto menarik sudut bibirnya, dia tahu alasan kenapa Shogun menyetujui pertemuan ini, karena dirinya adalah penyebab kekacauan tersebut.
"Dia akan datang ke pertemuan, bersiaplah untuk konfrontasi secara langsung." Hiashi melipat kembali gulungan undangan itu.
"Aku akan mendampingi keluarga Hyuuga dan Sarutobi sekaligus di pertemuan itu, tunjukan kerjasama yang baik, kita bisa beritahu semua orang bahwa mulai saat ini Kyoto berada di bawah kekuasaan kita." Naruto berucap percaya diri.
"Ya, itu bisa saja terjadi atau keshogunan akan semakin bernapsu membawamu ke Kamafura." Hiashi mengulas senyum tipis.
"Bekerja kepada kumpulan keparat yang sudah membunuh keluargaku." Naruto mendengkus pelan. "mendapatiku tak membalas dendam, seharusnya membuat mereka bersyukur."
"Shogun saat ini adalah gurumu dalam berlatih katana, sapalah dengan sopan, kau bagian dari Hyuuga sekarang, tunjukan tata kramamu." Ucap Hiashi untuk menutup pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.