Semua orang di ruang perjamuan menatap segan kepada Hiashi dan Asuma yang berjalan bersisian, sedangkan Naruto berada di belakang mereka.
Bahkan kedatangan mereka ke ruang perjamuan bersama-sama sudah menunjukan secara jelas jika Hyuuga dan Sarutobi bekerjasama sekarang.
Hamura melemparkan tatap tajam begitupula dengan Toneri di belakangnya kepada daimyo yang baru memasuki ruang perjamuan tersebut.
Dalam sepersekian detik, Naruto dan Toneri bertukar tatap. Seolah tahu apa yang ada di kepala masing-masing.
Namun Naruto hanya mengulas senyum tipis, karena dia tahu dirinyalah pemenangnya.
Katana tak diperkenankan dibawa masuk ke ruang perjamuan jadi semua pimpinan samurai keluarga yang datang ke pertemuan itu datang dengan tangan kosong.
"Shogun sudah tiba." Seorang samurai memberitahu seisi ruang perjamuan dengan ketukan ujung katana di lantai kayu itu.
Semua orang berdiri, siap memberi penghormatan kepada Shogun negeri ini.
"Duduklah." Shogun melangkah masuk dengan cepat bersama seorang samurai kepercayaannya, satu-satunya orang yang diperkenakan membawa katananya masuk ke ruang perjamuan.
Semua berhenti membungkuk dan duduk di balik meja kayu lesehan yang disusun di sepanjang garis dinding.
Shogun duduk di tengah ruangan untuk menengahi diskusi para daimyo Kyoto. Dia mengedarkan pandangan dan mencari seorang yang sangat ia ingin temui di sini.
Naruto memalingkan pandangannya begitu Shogun menatap ke arahnya, bukan karena ia takut, namun karena ia muak.
Kakashi hanya mendengkus pelan melihat Naruto memalingkan pandangan dengan sengaja.
"Tuan rumah, silakan bicara." Kakashi mempersilakan Otsutsuki membuka pembicaraan.
"Pekan lalu, terjadi kecurangan dalam perebutan lahan yang dilakukan keluarga Hyuuga dan Sarutobi kepada Otsutsuki. Mereka memberi serangan tipuan di Utara dan membantai seluruh samurai kami yang tersisa di Selatan." Hamura berucap serius.
"Seberapa luas tanah yang diambil alih?" Tanya Kakashi.
"Sepanjang garis pantai di Selatan dan seluruh kebun rempah keluarga kami." Hamura berucap lantang.
Kakashi mendengkus. "kudengar Hyuuga sudah menguasai nyaris seluruh wilayah Kyoto, kenapa masih begitu serakah hm?"
Hiashi menggeleng. "Seperti penetapan peraturan keshogunan, tiap keluarga daimyo berhak memperebutkan tanah kekuasaan, tak pernah diatur seberapa luas peraturan tersebut."
"Jadi apa yang kami lakukan tak bisa disebut keserakahan." Asuma menambahkan, dia telah membaca kembali semua yang tertera di peraturan keshogunan soal kepemilikan lahan.
"Kalian pandai berkelit." Puji Kakashi selaku Shogun negeri itu. Seperti desas-desus yang sampai ke Kamafura, para Daimyo Kyoto adalah para bangsawan yang angkuh dan serakah, namun mereka adalah klan-klan Daimyo terkaya negeri ini.
"Aku tak bisa menyebut penyerangan di Utara adalah jebakan, Itu hanya strategi peperangan seperti yang kupelajari di Kamafura." Ucap Naruto seraya menarik sudut bibirnya.
Kakashi menenggak cawan sake di atas meja saat mendengar Naruto memberi pembelaan yang memang benar adanya, strategi tipuan itu memang ada dalam peperangan yang sah dan Kakashi akui, dirinyalah yang mengajari Naruto untuk itu. "kau benar, tandanya musuh terlalu lengah."
"Apa kau berpihak pasa Hyuuga dan Sarutobi?" Tanya Hamura dengan kemarahan kepada Shogun.
Seorang samurai kepercayaan Shogun menarik katananya dan menodongkannya ke arah Hamura yang menuduh sang Shogun tengah berpihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.