23

1.4K 186 17
                                    

Hinata menyentuh perut suaminya, pria itu sedikit membaik setelah dua hari penuh berbaring di atas futton dengan perut kesakitan, pria itu tak banyak bicara saat sedang sakit, namun dia terus menggenggam tangannya sepanjang hari minta ditemani.

"Aku sudah membaik hari ini." Naruto meraskan sakitnya perlahan mereda, namun semalam ia dengar suara german mahkluk lain di alam bawah sadarnya, nampaknya benar siluman itu mulai berada di dalam perutnya.

Hinata membantu suaminya bangkit duduk dan bersandar di dinding kayu di belakangnya. "apa yang terjadi padamu?"

Naruto menggeleng "mungkin karena kelelahan."

Hinata menyentuh wajah pria itu dengan lembut, dia nampak pucat sekali sejak jatuh sakit. "aku sangat khawatir padamu."

Naruto membelai surai wanita itu dengan lembut. "maafkan aku membuatmu khawatir, tolong jangan menangis lagi."

Hinata mengangguk, pria itu terus saja memintanya berhenti menangis, namun rasanya sulit sekali melakukannya saat ia melihat pria itu memuntahkan darah segar dari mulutnya.

Naruto mengingat saat dimana wanita itu mengobati luka katana beracun di punggungnya dulu, dia selalu menemaninya sepanjang malam seperti ini. "kau mengingatkanku pada masa lalu."

Hinata tidak mengingat apapun soal masa lalu.

"Kau selalu di sisiku saat aku sedang jatuh sakit." Naruto sangat bersyukur memiliki Hinata di sisinya.

"Seperti yang kau lakukan untukku." Hinata juga merasa bahwa Naruto selalu di sisinya saat ia sakit dan tak berdaya.

Naruto menarik lembut tengkuk istrinya dan meminta ciuman di bibir.

Hinata mendekat ke arah suaminya dan mengecup bibir pria itu yang tengah bersandar di dinding.

Keduanya memejamkan mata, hanya ciuman singkat sebagai ucapan terima kasih Naruto karena sudah dirawat selama dua hari terakhir dan digenggam tangannya saat sedang kesakitan.

Bagi Naruto rasa sakit yang ia rasakan selama dua hari ini tak sebanding dengan kesedihan yang ia rasakan saat istrinya pergi, ia masih ingat rasa dingin yang menusuk tulang kala ia berenang di dalam danau di tengah musim dingin lalu, kemudian pulang ke rumah dengan kehampaan bersamanya, itu jauh lebih mengerikan dari rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

Di tengah ciuman lembut itu, pintu kamar mereka di ketuk.

Naruto mengecup sudut bibir dan dagu lancip istrinya sebelum mengakhiri ciuman itu.

Hiashi membuka pintu geser setelah mengetuk dan mendapati keduanya baru saja melerai diri, sepertinya ia datang di waktu yang tidak tepat, namun mereka tak punya banyak waktu. "kita harus berangkat ke Kamafura malam ini, Naruto."

Naruto mengangguk, dia tidak ingin membawa perseteruan antara keluarga Hyuuga dan keshogunan, terlalu berbahaya sebab samurai mereka begitu kuat dan tanpa dirinya di sini, keshogunan bisa membantai semua samurai keluarga ini tanpa belas kasih. "aku akan bersiap."

Hinata sangat khawatir sebab suaminya masih nampak kurang sehat namun pria itu telah memberinya pengertian bahwa panggilan dari keshogunan tidak bisa dihindari dan dia berjanji akan segera kembali.

...

"Sial, mereka pergi ke keshogunan." Penyihir itu mengumpat pelan seraya menatap pantulan penglihatan di atas air di dalam kendi.

"Apa yang akan terjadi jika mereka pergi ke keshogunan?" Toneri berucap khawatir.

"Mereka akan mencoba mengendalikan kitsune itu juga, mereka memiliki tabib yang pernah mengendalikan kitsune." Penyihir itu menatap tajam ke arah kendi.

Rise of the YokaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang