Kuil Ginkakuji berada di area pegunungan yang sepi, dingin, namun menenangkan. Banyak orang datang ke kuil itu untuk menyepi, bermeditasi, atau berdoa.
Naruto mengikat kudanya di salah satu pohon besar di daerah kaki gunung, dekat tangga kuil.
Seorang penjaga kuil menyambutnya seraya melangkah menuruni tangga.
"Selamat datang, Naruto-sama." Penjaga kuil itu membungkukan tubuh dengan sopan dan menyambut kedatangan samurai yang nampak gagah tersebut.
"Bagaimana bisa kau mengenalku?" Tanya Naruto, dia agak kebingungan disambut kedatangannya.
"Hiashi-sama yang memberitahu, menantunya akan datang untuk bermeditasi, aku diminta menemanimu selama berada di kuil." Penjaga kuil itu tersenyum ramah.
Naruto tidak tahu jika Hiashi ternyata begitu mengkhawatirkannya. Ayah mertuanya itu yang memintanya datang kemari, meski nampak acuh saat mengucapkannya dia ternyata meminta seseorang menemaninya di sini.
"Kuil ini memiliki tempat peristirahatan di belakang kuil, namun kebanyakan orang yang datang akan beristirahat seraya bermeditasi di bawah altar." Penjaga kuil itu dengan senang hati menunjukan lokasi-lokasi yang pas untuk bermeditasi dengan tenang.
Dia dengar pria itu datang kemari sebab istrinya baru saja meninggal dunia, dia datang untuk menenangkan diri.
Naruto menatap sekeliling, dia tak perlu memilih lokasi meditasinya begitu lama kala dia naik ke atas kuil dengan ribuan anak tangga dan mendapati tepian teras batu yang cukup luas, menghadap langsung ke arah hutan rimbun yang indah, dia ingin bermeditasi di sana.
Penjaga kuil itu duduk bersama Naruto di teras batu dan menikmati semilir angin musim semi yang mulai terembus hingga kemari.
"Pasti berat untukmu." Gumam penjaga kuil itu seraya menatap ke arah hutan.
Naruto hanya tersenyum sendu. "berat sekali, belum genap satu tahun usia pernikahan kami."
"Hinata-sama pernah datang kemari bersama ayahnya." Penjaga kuil itu bergumam, dia masih ingat wajah gadis itu.
Naruto tahu Hiashi sering datang ke kuil ini untuk bermeditasi, namun dia tidak tahu Hinata pernah dibawanya kemari. "dia menyukai ketenangan."
Penjaga kuil itu menggeleng "dia datang untuk mendoakanmu."
Naruto menoleh kala mendengarnya.
"Kau pergi berperang di sepanjang musim panas tahun lalu." Penjaga kuil itu masih ingat dengan jelas sebab dirinya yang menjaga kuil saat gadis itu duduk bersimpuh sepanjang malam di depan altar dan berdoa.
Naruto tidak tahu jika saat itu Hinata telah mengenali dirinya, sebab baginya hubungan mereka baru dimulai setelah kembali dari perang besar tersebut, saat dia terluka dan nyaris mati.
"Dia menyebut namamu di dalam doanya malam itu, Uzumaki Naruto." Penjaga kuil itu menoleh ke arah altar yang ada di belakang mereka. "dia bersimpuh di sana sepanjang malam, berdoa dan memohon keselamatan untukmu."
"Aku selamat dari kematian pada peperangan itu, mungkin sebab dia berdoa untukku." Naruto tak berpikir dirinya akan selamat setelah tertebas katana beracun malam itu, namun dirinya berhasil pulang membawa kemenangan meski terseok bersusah payah di atas tanah, lalu kembali ke Kyoto bersimbah darah dan separuh tertidur di atas kuda.
Penjaga kuil itu tersenyum tipis "berdoalah untuknya dan relakan kepergiannya, agar tidak berat langkahnya untuk pergi." dia dengar jasadnya belum ditemukan hingga hari ini. "mungkin sebab kau belum merelakannya, maka dia belum juga pergi dari danau itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.