Flashback
Hinata berjalan kesana kemari di dalam kamarnya, dia dengar berita dari pelayan bahwa Naruto kembali dari peperangan dalam keadaan terluka parah, Tou-sama memintanya dirawat di mansion agar mudah menemui tabib.
Gadis itu merasa sangat khawatir di sepanjang sore, dia ingin melihat keadaan pria itu. Setelah begitu banyak dia berada di peperangan, baru kali ini dia terluka parah saat kembali.
Memang belakangan ini peperangan antar samurai terus terjadi, perebutan wilayah begitu gencar dilakukan dan Naruto nampaknya kelelahan sehingga petaka ini bisa terajadi.
Gadis itu meraih beberapa helai sapu tangan dari dalam laci kemudian melangkah keluar kamar. Katanya pria itu baru saja diobati luka di punggungnya, mungkin dia akan menggigil atau demam malam ini.
Hinata memutuskan untuk pergi menjenguk, sebab dia tak bisa mengenyahkan rasa khawatirnya, dia harap pria itu baik-baik saja.
...
Naruto berbaring telungkup di atas futton tebal, bibirnya terkatup rapat dengan gigi bergemelatuk menahan geram kesakitan, dan tangannya meremat bantal kuat-kuat.
Tabib baru saja pergi setelah memberinya obat penangkal racun dari katana yang ditebaskan di punggungnya dalam sebuah pertarungan besar semalam.
Keluarga Hyuuga memiliki seorang tabib yang mahir soal racun dan obat-obatan jadi ia dirawat di sini sementara waktu, itu perintah dari Hiashi-sama.
Naruto tak berpikir dirinya akan mati karena tebasan katana atau racun itu, namun obat sialan ini kenapa terasa jauh lebih menyiksa?
Tubuhnya menggigil dengan cara yang tak biasa dan keringat dingin membasahi keningnya. Katanya penangkal racunnya sedang bekerja.
Suara langkah yang agak terburu-buru terdengar dari lorong depan kamar di mana Naruto terkapar tak berdaya. Sebab ini pukul dua dini hari, maka suara langkah itu terdengar dua kali lipat lebih berisik, entah siapa, padahal tabib sudah berpamitan pulang tadi.
Naruto tak menoleh dan bicara, dia pikir tabibnya kembali. "apa kau baru saja menambahkan racun di atas lukaku hm?" gumamnya dengan pelan, dia pikir itu tabib.
Seorang gadis duduk bersimpuh di samping futton tempat pria itu berbaring. "itu adalah penawar racunnya."
Naruto menoleh saat mendengar suara lembut seorang gadis yang mengudara, bukan suara ringkih tabib tua yang sebelumnya membubuhkan obat.
"Tidurlah, kau akan merasa lebih baik besok pagi." Hinata menarik selimut dan menutup sebatas pinggul pria itu.
Putri Hyuuga, Naruto tidak tahu kenapa gadis itu datang ke sini dan duduk bersimpuh seolah menemaninya. "apa yang kau lakukan di sini?"
"Tak sengaja melintas, kudengar dirimu menggeram kesakitan." Hinata berdusta, padahal ia berdiri di kamarnya selama satu jam penuh dalam kebimbangan apakah harus menemui pria itu malam ini.
Naruto tersenyum simpul, padahal jelas dia mendengar suara langkah setengah berlari mengarah kemari, yang artinya gadis itu bukan sedang melintas, namun sengaja datang kemari dengan tergesa.
...
Hinata masih duduk bersimpuh di samping pria itu, mengusap keringat dingin yang terus keluar dari keningnya.
Rintihan pelan pun masih mengudara, nampaknya mimpi buruk dan kelelahan membawa pria itu pada kondisi ini.
Naruto separuh membuka mata. "kau boleh tutup mulutku jika aku meracau." dirinya bergumam separuh sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.