Hanya dalam waktu singkat saja, nyaris seluruh wilayah Kyoto berada di bawah kekuasaan Hyuuga dan Sarutobi. Keuntungan dua belas kali lipat berhasil di raih dari penjualan rempah musim ini.
Perjamuan dan pesta begitu sering dilaksanakan di mansion Hyuuga untuk merayakan keberhasilan para samurai. Semua keberhasilan itu juga membangun hubungan Hyuuga dan Sarutobi sampai ke titik yang begitu erat.
Sehingga saat ini Hyuuga menduduki posisi tertinggi Daimyo terkuat dan terkaya di Kyoto dan Sarutobi berada di posisi ke dua, menggeser Otsutsuki yang perlahan kehilangan segalanya.
Lebih dari separuh lahan keluarga Otsutsuki berhasil direbut, samurainya silih berganti sebab habis di bantai samurai keluarga Hyuuga dan Sarutobi.
Semua mungkin terdengar luar biasa bagi Naruto, otak dan kepala dari semua keberhasilan telak tersebut, namun tidak bagi Hinata.
Dua musim berlalu sejak pertemuan para Daimyo dilaksanakan dan Naruto menjadi sangat sibuk pergi berperang, dia selalu pergi beberapa minggu, kemudian beristirahat selama dua atau tiga hari, dan kembali pergi, begitulah yang terjadi sepanjang musim panas dan musim gugur.
Hinata ada di rumah, menunggu pria itu pulang, terkadang bercinta dengannya sebelum kemudian ditinggal pergi kembali. Rasanya sungguh menyedihkan dan juga ia sangat ketakutan.
Ya, ancaman Toneri waktu itu telah menghantui Hinata hingga ke mimpi buruknya, jadi tiap keberhasilan yang Naruto raih adalah sebuah ketakutan baru bagi Hinata.
"Ayahmu sangat senang mendapatkan lahan baru di Utara." Naruto tersenyum ke arah istrinya yang duduk di tepian futton.
Hinata hanya tersenyum tipis untuk menanggapi. "apa kau akan pergi lagi?"
Naruto mengangguk. "lusa aku akan berangkat."
Hinata menundukan pandangannya. "berapa lama?"
"Kali ini mungkin satu bulan penuh." Naruto tahu ini gila, namun dirinya punya rencana besar.
Hinata terkesiap, dia mengangkat wajahnya dan menatap Naruto. "apa?"
"Aku harus pergi membereskan wilayah Utara, ayahmu berencana membangun mansion baru di sana." Naruto akhirnya beritahu rencana besar ini kepada Hinata, setelah Utara berhasil dikuasai, mereka akan merebut Kamakura seutuhnya dan mengusir keluarga Otsutsuki dari sana.
Untuk beberapa saat hanya keheningan yang mengisi kamar mereka. Naruto kembali sibuk membersihkan katananya dan memunggungi Hinata, hingga wanita itu kembali angkat bicara.
Hinata termenung menatap punggung suaminya. "Naruto, aku ingin kau ada di rumah sepanjang musim dingin." ucapnya dengan pelan, dia ingin pria itu tidak pergi dan menuruti ego ayahnya, dan Sarutobi.
Naruto meletakan katananya di atas kabinet lalu menghampiri istrinya di tepian futton. Lama dia pergi, tak mendekap wanita itu di rumah, mungkin istrinya itu merasa rindu. "ada apa hm?"
Hinata meraih tangan pria itu di atas pangkuan kemudian tersenyum tipis mencoba menyembunyikan alasan sesungguhnya. "aku rindu padamu, ingin habiskan musim dingin bersama-sama."
Naruto meraih sisi kiri wajah cantik wanita itu kemudian mengecup bibirnya dengan lembut. "musim dingin tahun depan aku pasti akan menemanimu, tapi untuk kali ini aku harus pergi, aku sudah janji pada ayahmu akan membangun mansion baru untuknya."
Hinata menggeleng "tak perlu memenuhi keinginannya, nanti aku bicara dengan Tou-sama." pintanya kepada pria itu.
"Ada apa denganmu hm?" Naruto tahu ada yang salah, wanita itu tak pernah begini sebelumnya, meski ia rasakan sedikit kejanggalan dalam reaksi wanita itu selama dua musim terakhir soal pekerjaan yang ia lakukan bersama ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.