Hinata duduk bersimpuh di hadapan suaminya, pria itu masih belum juga tersadar sejak hilang kendali malam kemarin.
Wanita itu mengusap wajah suaminya dengan punggung tangan lalu membelai surainya dengan lembut, berharap cemas agar saat nanti kelopak mata tannya membuka, biru saphire lah yang ia temukan, bukan jingga mengerikan itu lagi.
Tangan dan kaki pria itu masih terikat di tiang besi, shogun tak ingin ambil risiko dan melepaskannya lagi, jadi sebelum kitabnya dibawa kemari, dia akan terus terikat di sana.
"Naruto-.." Hinata memanggil suaminya sesekali, mencoba membangunkan pria itu dari tidurnya, namun sejak ia berdiam semalaman di sini, hanya keheningan yang menemaninya.
Suara gesekan rantai besi di atas tiang membuat Hinata menoleh dan terkesiap mendapati pria itu menggerakan tangannya. "Naruto."
Hinata menatap suaminya penuh harap dan menunggunya membuka mata.
Naruto menggigil, entah kenapa dia merasa kedinginan begitu mendapati kesadarannya kembali dan telinganya berdengung dengan tidak nyaman, kemudian rasa sakit di sekujur tubuh perlahan terasa begitu nyata.
Saat kelopak mata tan itu terbuka, Hinata memeluk erat pria itu sebab biru saphire lah yang nampak di hadapannya, meski terlihat begitu lemah.
Naruto masih merasa lemas, namun dia sadar sepenuhnya, itu Hinata yang tengah mendekapnya dengan hangat di detik dia membuka mata. "apa aku melukaimu?" bisiknya di tengah dekap yang tak bisa ia balas tersebut.
"Tidak." Jawab Hinata seraya menyembunyikan lilitan kasa di sepanjang lengan di balik kimononya.
"Maafkan aku." Ucap Naruto penuh sesal, dia tahu mungkin kekacauan sudah terjadi akibat dirinya, namun Hinata tak sampai hati memberitahu.
"Jangan meminta maaf." Hinata kemudian melerai pelukan itu dan menangkup wajah suaminya. "tabib akan datang membawa kitab untuk mengeluarkan kitsune itu dari tubuhmu, bersabarlah."
Naruto terkesiap, dia kemudian menggeleng "jangan lakukan itu."
Hinata tidak mengerti, pria itu sangat tersiksa karena yokai dalam tubuhnya. "kenapa?"
"Tolong panggilkan shogun kemari, Hinata." Naruto harus bicara dengan Kakashi sekarang.
...
"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Naruto?" Kakashi bertanya dengan amarah tertahan di dadanya.
Kini Kakashi berada di ruang dimana Naruto masih terikat tangannya, namun kakinya sudah dilepaskan agar dia bisa duduk dengan benar.
"Aku sudah bicara dengan kitsune dalam diriku, dia tak menginginkan apapun dariku." Naruto sudah jelaskan apa yang ia alami dalam alam bawah sadarnya semalam.
"Kau tak boleh mempercayai mahkluk dari neraka, Naruto." Kakashi menolak keras keinginan Naruto untuk membiarkan kitsune itu menetap di tubuhnya.
"Dia melakukan penebusan dosa atas kematian ayah dan ibuku dengan cara membangkitkan istriku yang tengah mengandung, satu-satunya permintaan yang kitsune itu ajukan kepadaku adalah dia ingin hidup tanpa segel yang ayahku buat untuk mengikatnya." Naruto percaya pada kitsune itu sebab pernah dibantu lolos dari keputusasaan.
"Kau boleh mempercayainya Naruto, namun tidak denganku, selamanya aku tak akan mempercayai mahkluk dari neraka yang sudah membunuh guruku." Kakashi bicara secara pribadi sekarang bukan sebagai shogun.
Naruto mengerti Kakashi mungkin tidak akan percaya semudah itu, kitsune ini tak memberikan apapun kepadanya. "perubahan yang terjadi pada tubuhku dipicu oleh penyihir di Ginkakuji atas perintah Otsutsuki Toneri, aku harus membunuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.