Hinata berlari menuju rouka saat mendengar suara kuda mendekat, itu Naruto sudah kembali tepat pukul enam pagi, saat matahari belum meninggi, namun hangatnya mulai tiba di sini.
Dua orang samurai yang berjaga semalaman, membukakan pintu pagar untuk tuan mereka yang baru kembali dari pembantaian samurai keluarga Lim.
Naruto melepaskan cekalan pada tali kekang kudanya kemudian beranjak turun untuk menghampiri Hinata yang nampak begitu risau.
"Kau baik-baik saja?" Hinata memeriksa tubuh pria itu menatapnya dari ujung kaki hingga kepala, bercak darah membasahi kimono pria itu, nampak samar karena kainnya berwarna hitam, namun nampaknya semua cipratan darah di sana bukan berasal dari tubuh pria itu sebab langkahnya nampak tegap dan pasti seperti biasanya.
Selain wajahnya yang nampak lelah, dia terlihat sangat baik-baik saja.
"Semua baik-baik saja, Hinata." Naruto mengusap punggung gadis itu dengan lembut.
"Bagaimana dengan Tou-sama?" Hinata harus memastikan keadaan ayahnya, meski Naruto nampak lelah namun dia ingin tetap dengar keadaan ayahnya.
"Dia baik-baik saja hanya beberapa luka gores, tabib datang saat aku pergi, jadi dia pasti sedang diobati di mansion." Naruto mengusap sudut mata gadis itu yang berair mata.
"Bagaimana dengan semua samurai yang datang?" Hinata bertanya dengan suara bergetar, dia takut sekali mendapati semua kekacauan itu semalam.
"Mereka pergi tanpa membawa apapun." Naruto tak ingin membuat Hinata ketakutan, namun sesungguhnya mereka bukan pergi dengan selamat dari mansion semalam, namun mereka semua telah pergi ke neraka.
Hinata memeluk pria itu setelahnya "terima kasih sudah menyelamatkan keluargaku."
Naruto tak siap menerima pelukan itu, seluruh tubuh dan pakaiannya berlumuran darah. Namun dia tak bisa menolak pelukan itu maka ia membalasnya. "apa mereka menyakitimu?"
Hinata menggeleng "aku baik-baik saja." Bisiknya kepada pria itu. "terima kasih sudah datang."
Naruto tersenyum simpul mendengar gadis itu berbisik di telinganya, ucapan terima kasih yang begitu manis. "menginaplah semalam di sini, ayahmu memintaku menjagamu selagi para pelayan membereskan kekacauan di mansion."
Hinata mengangguk, setidaknya dia sudah mendengar bahwa Tou-sama baik-baik saja, dia percaya Naruto menyelamatkan dan melindungi semua orang di mansion seperti biasanya.
...
"Kau terlambat mengirimkan samuraimu ke sini." Hiashi berucao dingin kepada Toneri.
"Maafkan kami Hiashi-sama, samuraiku harus pergi ke Utara sebab ayahku merebut wilayah baru di sana." Toneri benar-benar tidak tahu jika penyerangan akan terjadi.
Hiashi mendengkus pelan. "nyaris kami semua mati di tangan samurai keluarga Lim."
Toneri hanya menundukan krpalanya tanda penyesalan. Memang dia berjanji mengirimkan samurai dari Kamakura lebih awal, namun ayahnya memerintahkan samurai keluarga mereka pergi ke Utara terlebih dahulu.
"Toneri, sesungguhnya di saat yang bersamaan kau melayangkan lamaran pernikahan untuk putriku, Uzumaki Naruto melakukan hal yang sama." Hiashi rasa dia perlu memberitahu Toneri soal ini.
"Apa?" Toneri tentu tahu siapa itu Uzumaki Naruto, dia adalah pimpinan samurai keluarga Hyuuga.
"Dia jauh lebih bersikeras meminta pernikahan dengan putriku daripada dirimu yang menganggap remeh pernikahan ini." Dengkus Hiashi seraya menyesap sake.
"Aku tidak pernah menganggap remeh pernikahan itu." Ucap Toneri dengan serius, dia jatuh cinta pada putri Hyuuga sejak lama dan menginginkan pernikahan sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.