Hinata tak mengingat dan mengenali siapapun saat dia terjaga. Naruto memberitahunya bahwa ini adalah rumah mereka, dan mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja di sini.
Naruto tidak tahu jika dalam perjanjian itu, Hinata akan kehilangan seluruh ingatannya setelah kembali dari kematian.
Namun Naruto tidak menyesali apapun, dirinya merasa sangat bahagia melihat wanita itu pulang ke rumah lagi.
Meski wajah cantiknya nampak pucat namun dia baik-baik saja, dia juga masih banyak terdiam mungkin karena kebingungan dan masih mencoba mengenali keadaan sekitar.
Yang terpenting wanita itu percaya bahwa ini adalah rumahnya dan Naruto adalah suaminya, perlahan-lahan dia akan terbiasa seperti dulu.
"Tanyakan apapun yang kau ingin ketahui." Naruto membelai pipi pualam wanita itu dengan punggung jarinya.
Mereka duduk berhadapan sekarang, namun wanita itu tak sekalipun menatapnya.
"Tolong beritahu soal diriku." Hinata tidak tahu harus memulai pertanyaan darimana saat dirinya tidak tahu apapun, rasanya terlalu hampa.
Naruto menarik lembut wanita itu agar kembali berbaring, masih terlalu pagi untuk mereka memulai hari. "akan kuberitahu."
Hinata mencoba mengingat dan memahami bahwa pria itu adalah suaminya, jadi tidak apa-apa berbaring di sisinya.
"Hinata, kau adalah istriku, kita menikah pada musim semi tahun lalu." Naruto meletakan satu lengannya di pinggul wanita itu, agar dia tidak beranjak lagi. "kehidupan yang kita jalani begitu hangat dan menyenangkan, aku bekerja kepada ayahmu sejak lama, kita saling jatuh cinta dan akhirnya menikah."
Hinata tersenyum tipis mendengarnya, itu terdengar manis.
Naruto senang sekali melihat wanita itu tersenyum meski begitu tipis dan masih nampak sendu. "saat ini kita belum memiliki bayi, jadi hanya ada kau, aku, dan para pelayan."
"Di mana ayahku?" Hinata bertanya lagi.
"Keluargamu tinggal di mansion, tak jauh dari sini, kau memiliki keluarga besar, namun ibumu sudah meninggal dunia sejak lama." Naruto memberitahu apa yang penting terlebih dahulu.
Hinata nampak sedih setelah mendengar bahwa ibunya sudah meninggal sejak lama, Naruto menyadari raut sedihnya, mungkin dirinya tak perlu memberitahu hal-hal menyedihkan sekarang, dia tidak ingin melihat Hinata nampak bersedih.
"Apa yang terjadi padaku?" Hinata bertanya lagi, dia merasa begitu hampa.
"Kau tenggelam di danau dan terjaga dalam keadaan seperti ini." Naruto tak akan beritahu segalanya sekarang, atau selamanya tak akan ia beritahu.
Hinata menyentuh perutnnya yang terasa sakit. "apa ada luka di sini?"
Naruto menyentuh punggung tangan wanita itu dan menggeleng, dia sudah memeriksa, tak ada luka dimanapun, seperti janji Dewa Inari kepadanya, dia akan mengembalikan Hinata secara utuh kepadanya, tanpa luka atau kekurangan satu apapun. "tidak ada luka, apa terasa sakit?"
Hinata mengangguk.
Naruto beranjak dari berbaringnya lalu menyingkap kimono wanita iti untuk memeriksanya lagi. Dia menelisik dan menyentuh perut wanita itu, dan tak ada luka di sana.
Hinata terkesiap, dia menahan lengan Naruto yang menyingkap pakaiannya untuk memeriksa.
Naruto menutup kembali kimononya saat menyadari wanita itu menahan lengannya. "ada apa?"
Hinata memalingkan wajahnya ke arah lain dan menggeleng.
"Apa kau merasa malu?" Naruto kembali berbaring di sisi wanita itu dan menariknya agar berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.