2

1.3K 215 50
                                    

Hinata duduk di hadapan ayahnya, sibuk menuliskan sesuatu di atas gulungan kertas yang dibentangkan. Dilahirkan sebagai anak perempuan padaa keluarga inti di klan ini sesungguhnya adalah sebuah kesalahan sebab pada akhirnya terputus sisilah murni keluarga inti Hyuuga.

Apalagi Hinata adalah putri Hiashi satu-satunya sehingga nanti Hyuuga tak lagi memiliki penerus dengan darah keturunan murni, maka cara terbaik untuk menyambung putusnya ikatan itu, Hinata haruslah menikah dengan seorang yang sama berkuasanya dengan Hyuuga dan memperluas ikatan keluarga dengan klan daimyo lain.

Anak perempuan tak diperkenankan mengurus bisnis keluarga, memang begitu adanya, namun Hiashi selalu melibatkan Hinata dalam pekerjaan ringan untuk membantunya sekaligus agar anak itu tahu soal bisnis yang dijalani keluarga mereka.

Seperti malam ini, Hinata diminta menuliskan lembar kepemilikan wilayah baru di Timur yang baru saja Naruto menangkan untuk keluarga mereka.

"Hinata." Hiashi mengembuskan tembakau dari corong kayu di tangannya.

"Ya, Tou-sama?" Hinata menghentikan goresan kuasnya dan mengangkat wajah untuk bicara dengan ayahnya.

"Tanah di wilayah Timur resmi menjadi milik keluarga Hyuuga." Hiashi memulai pembicaraan serius dengan putrinya.

Hinata tersenyum dan melihat kembali gulungan yang sudah selesai di tulisnya. "selamat, Tou-sama." ayahnya sangat menginginkan tanah di wilayah Timur sejak lama karena tanahnya begitu subur, tanaman kopi akan tumbuh dengan baik di sana.

Dia dengar puluhan petani akan dikirim ke sana besok untuk membuka lahan perkebunan atas perintah Naruto.

"Naruto memenangkan pertempuran melawan samurai dari keluarga Sarutobi, tak satupun samurainya mati dalam pertempuran itu." Hiashi akui dirinya terkesan. "Namun dia punya permintaan setelah memenangkan pertempuran itu."

"Sudah kusiapkan tiga ratus keping di dalam peti." Hinata mengangguk, dia tahu bayaran pria itu sekembalinya dari pertempuran dan menyiapkannya untuk dibawa.

"Untuk kali ini dia punya permintaan tambahan, Hinata." Hiashi menatap bola mata putrinya lekat-lekat.

"Apa itu?" Hinata menyerenyit, tak biasanya.

"Dia menginginkan kau jadi istrinya." Hiashi memberitahu putrinya.

Hinata terkesiap, dia hanya terdiam selama beberapa saat setelah mendengarnya. Setitik perasaan senang memenuhi sudut hatinya yang selama ini menyimpan sebuah kekaguman untuk pria itu. Namun ini terlalu tiba-tiba padahal sebelumnya mereka tak pernah saling bicara soal itu, bahkan nyaris tak bicara sama sekali.

"Entah apa maksud dari keinginannya itu." Hiashi tak akan membiarkan semua terjadi semudah desakan Naruto kepadanya tempo hari.

Hinata termenung, benar apa yang ayahnya katakan, entah apa maksud permintaan pria itu. Setelah delapan tahun menyimpan segalanya rapat-rapat, ia tak pernah berpikir pria itu pun mencintainya, ia terbiasa menelan kekagumannya tanpa diucapkan dan tak pernah sekalipun ia meminta balasan dari rasa kagumnya kepada pria itu.

"Temuilah dia secara pribadi dan tolak permintaanya dengan hati-hati. Dia tak akan memaksamu menikah jika kau tidak menginginkannya." Hiashi pikir Naruto akan berpikir sekali lagi soal permintaannya jika Hinata menolak secara langsung.

Hinata menundukan pandangannya. "Nanti aku akan menemuinya."

"Kau tidak menginginkan pernikahan dengannya kan, Hinata?" Hiashi memastikan sekali lagi, sebab putrinya nampak murung.

Hinata tak menjawab pertanyaan itu, bagaimana bisa bilang tidak menginginkan saat setitik rasa senang memenuhi hatinya begitu mendengar permintaan pernikahan dari pria itu?

Rise of the YokaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang