kalaa (kalamelodyy_) meminta untuk mengikuti Anda.
Chindy Caily Inez, yang kerap di panggil Chindy itu mengerutkan alisnya, lantas ia bertanya-tanya melihat notifikasi ponselnya yang menampilkan seseorang meminta untuk mengikuti akun Instagramnya. Padahal Chindy sudah merahasiakan semua akun sosmednya, namun tetap saja masih ada yang mengikuti Instagramnya.
Chindy menatap nama Kala di layar ponselnya, ia melihat foto profil Kala yang menampilkan full wajahnya memakai seragam sekolahnya sendiri, tanpa basa-basi Chindy mengikuti kembali akun Instagram milik Kala.
Mungkin, pikir Chindy lebih baik ia memfollow balik dari pada sekedar mengkonfirmasi akunnya, lantaran banyak akun teman-temannya yang memfollow akun Kala. Chindy hanya ingin berkesan ia tak se-sombong itu di dunia virtual, walaupun pada kenyataannya Chindy memang terbilang sombong, bahkan ia sangat pemilih dalam berteman, apa lagi memilih pasangan.
Chindy itu...
Hanya malas berinteraksi secara dunia nyata.
Chindy tak terlalu menyukai orang yang bawel setengah mati, apa lagi yang terus-menerus membawa topik segudang ke dirinya, ia tak suka dengan seseorang yang terlalu banyak berbasa-basi. Bahkan jika memilih, Chindy ingin sekali memusnahkan manusia yang sangat suka berbasa-basi, terlalu banyak membuang waktu.
"Chin."
Merasa terpanggil, Chindy menoleh ke samping, menatap temannya dengan tatapan tajam penuh tanya.
"Ntar lo ikut nongkrong gak?" Tanya temannya, Reva.
"Nggak," Tegas Chindy, "Gue mau belajar buat besok."
"Hidup lo tuh penuh banget sama belajar! Sekali-kali kek ikut nongkrong sama kita."
"Gak bisa."
"Please..."
"Gue bilang gak bisa ya gak bisa!" Kesal Chindy dengan wajah datar dan tatapan tajam yang tak pernah luput.
Reva yang merasa di marahi itu menundukkan kepalanya, "Gak usah ngegas gitu dong! Takut nih gue."
Chindy merespon dengan tatapan malasnya, ia kembali melanjutkan membaca buku pelajaran yang sempat tertunda. Isi otak pikiran Chindy penuh dengan tanya, apa salahnya jika ia gila belajar? Toh, dirinya akan mendapati keuntungan, bisa memiliki ilmu yang tercukupi.
Teman-teman kelas Chindy sangatlah ribut minta ampun. Ini semua karena pelajaran fisika yang tak masuk kelas, alias mereka mendapati jam kosong, hal itu tentu membuat mereka kesenangan. Ada yang bermain game, ada juga yang bermain kartu di kelas.
Sedangkan Chindy? Membaca buku pelajaran.
Bahkan teman-teman kelas Chindy begitu bertanya-tanya dengan ke ambisan Chindy, mereka tak pernah melihat Chindy yang bersantai, atau bisa di bilang tidak belajar, keseharian mereka setiap melihat Chindy tak pernah luput dari buku pelajaran, apa lagi matematika, ia secinta itu terhadap pelajaran matematika.
"Saatnya istirahat."
Bel istirahat sekolah berbunyi, menandakan jam istirahat baru saja di mulai. Teman-teman kelas Chindy berhamburan keluar kelas, sedangkan Chindy masih berdiam di bangku kursinya sembari belajar.
"Kantin yuk, Chin!" Ajak Reva dengan semangat.
Chindy menggeleng tanpa menoleh, ia tetap fokus terhadap buku belajarnya. "Jangan ganggu gue lagi belajar."
"Aelah... Udah istirahat loh, Chin. Masa gak mau ke kantin? Emang lo gak laper?"
Reva mendekati meja Chindy, ia menundukkan kepalanya hingga benar-benar di samping kepala Chindy. Chindy langsung menepis kepala Reva, meminta untuk menjauhi kepalanya, ia merasa risih dengan kebawelan Reva.
"Jangan ganggu gue!" Tegas Chindy sekali lagi. Ia sudah menolak untuk kedua kalinya, semoga saja Reva menurut.
"Please deh, Chin. Tutup dulu itu buku pelajaran lo, kita ke kantin beli makan, atau gak beli minum juga gapapa sumpah!"
Reva masih bersikeras mengajak Chindy ke kantin, sejujurnya ia khawatir terhadap kesehatan Chindy, pasalnya Chindy sering kali menunda-nunda makan hanya karena ia yang gila belajar. Makanya Reva sebawel itu ke Chindy.
"Gak mau, Reva."
"Chin..."
"Enggak."
"Chindy..."
"ck, iya-iya!"
Chindy dengan rasa yang sangat amat kesal berdiri dari kursinya dengan malas, ia menutup buku pelajarannya lalu pergi tanpa sepatah kata apapun dari Reva. Reva menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan Chindy, dengan sabar ia menyusul Chindy yang sudah jauh meninggalkannya.
Dari kejauhan Kala memperhatikan chindy yang baru saja keluar dari kelas. Perhitungan Kala ternyata benar, dirinya sengaja menunggu di dekat kelas Chindy setelah 5 menit bel sekolah berbunyi hanya untuk melihat Chindy yang keluar dari kelas. Kala yang hanya sendirian itu mengikuti Chindy yang tak seberapa jauh.
Boom!
Mereka berdua berpapasan. Dengan mata Kala yang tak bisa berpaling dari mata Chindy, sedang Chindy menatap tegas pandangan ke depan tanpa melirik siapapun sama sekali. Kala tersenyum manis, hatinya berdebar tak karuan hanya karena melihat Chindy.
Rasanya isi hati Kala sangat berteriak, apa lagi Chindy yang menerima mengikuti akun Instagramnya. Pikiran Kala pun sudah melayang kesana-kemari, mungkin Chindy menyukainya balik, padahal Chindy belum tentu kenal dengan Kala di dunia nyata.
"Kimak." Ucap Kala.
***
Kala menunggu jemputannya di depan gerbang sekolah, sekarang sudah saatnya jam pulang. Tanpa sadar Chindy ikut menunggu di samping Kala. Kala melirik setengah mati, ia dapat merasakan aroma wangi rambut Chindy yang benar-benar sampai ke indera penciumannya.
'YA TUHANNN!! WANGI BANGEEETTT! APA GUE PELUK AJA YA KAK CHINDY?!' Batin Kala sembari tetap melirik dengan diam.
Kala diam-diam memotret Chindy dengan kamera depan, seperti akan berselfie, layar ponselnya sengaja ia redupkan agar terkesan Kala sedang bercermin. Setelah selesai, ia berpaling dari Chindy, di lihatnya foto itu yang ternyata mata Chindy melirik ke arah ponselnya. Kala langsung belabakan, ponselnya itu terjatuh saat tangannya melemas.
"Shit..."
Ponsel Kala terjatuh tepat di depan Chindy.
Chindy yang sedang asik bermain ponsel itu merasa terganggu, pandangannya ia alihkan ke ponsel yang terjatuh di depannya. Ia mengambil ponsel itu, lalu menoleh ke samping kiri-kanan. Tatapan keduanya bertemu. Kala yang memperlihatkan ke gugupan nya dan Chindy yang menatap tajam.
"Itu hape aku, kak." Ucap Kala yang sebisa mungkin suaranya tak bergetar, ia tersenyum manis dengan matanya yang ikut melengkung.
Chindy acuh tak acuh memberikan ponsel itu ke Kala, ia memperhatikan Kala sekilas, seperti tak asing dengan wajahnya. Lalu pandangan Chindy turun ke nama Kala di baju sekolahnya. Kala Melody, sekarang ia ingat.
Oh, ternyata ini Kala, ya? Tingginya yang 165 cm dengan kulitnya yang sawo matang, tak lupa rambut sebahu yang di urai dengan bebas.
Chindy tak menjawab sepatah kata apapun, ia kembali fokus ke ponselnya. Senyuman Kala cukup manis bagi dirinya yang tak bisa senyum. Chindy itu jika di suruh senyum mukanya akan sangat aneh, benar-benar aneh jika ia mencoba untuk tersenyum.
Pernah waktu itu chindy berpose tangan peace dengan senyuman yang ia coba, dan kesannya jika di lihat dari foto sangat terpaksa, senyum Chindy benar-benar buruk. Oleh karena itu ia lebih menyukai wajah datar yang sering di bilang orang-orang jika dirinya sombong.
Kembali lagi ke Kala. Sekarang anak itu memegang ponselnya dengan bergetar. Demi apapun, Kala tak akan membersihi casing ponselnya, kapan lagi kakak kelas yang ia taksir dari awal mpls itu bisa memegang ponselnya?
Ya Tuhan, Kala sangat ingin memeluk Chindy.
Tak berlangsung lama jemputan Chindy datang, yang tak lain ibunya sendiri. Kala hanya memperhatikan secara sekilas, ia memotret lagi punggung belakang Chindy. Kira-kira kapan Kala bisa meluluhkan hati Chindy?
***
gimana girls, suka ga sama alurnya ini? wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
11 MIPA 3
Подростковая литература[Cerita di deskripsi nyambung ke chapter 1] Pernah gak sih kamu naksir sama kakak kelas yang ngambil jurusan MIPA dan ternyata ada pelajaran matematika lanjut? Otomatis dia pinter matematika dong? Jelas. Ini tentang Kala yang naksir sama kakak kelas...