4. Selasa

1.2K 99 11
                                    

Di pagi hari dengan suasana yang tenang, bermunculan kendaraan yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Chindy berjalan tegas melewati trotoar samping sekolahnya, ia menyebrang dengan berhati-hati. Dari kejauhan Chindy melihat adanya Kala yang setengah berlari ke gerbang sekolah.

Chindy melenggang dingin melewati Kala dari samping, berjalan dengan terburu-buru tanpa melihat Kala sama sekali. Dari kemarin ia merasa di hantui oleh kehadiran Kala. Entah secara kebetulan atau tidak, ia selalu bertemu dengan Kala. Ada rasa risih dalam hati Chindy.

Tidak bisa kah Kala tak menatapnya dengan tatapan yang penuh kagum ke dirinya? Chindy benar-benar merasa risih, apa lagi Kala yang terus menatapnya setiap mereka berpapasan.

Chindy menatap tajam ke depan, ia berjalan dengan langkah besar menaiki tangga sekolah, kelasnya berada di atas. Terkadang Chindy merasa lelah, harus menggunakan ekstra tenaga tiap menaiki tangga.

Kaki Chindy berhenti di depan kelas, dirinya enggan masuk saat melihat keributan di tengah lapangan. Ia berdiri di pinggir pembatas lorong kelasnya yang di atas itu. Matanya tertuju melihat aksi pembulian yang di lakukan di tengah lapangan.

Reva yang entah datang dari mana langsung berdiri di samping Chindy.

"Anjay." Ucap Reva saat dirinya ikut melihat ke arah lapangan.

Chindy menatap Reva dengan penuh tanya, mengisyaratkan apa yang terjadi di tengah lapangan itu.

"Kala?" Tanya Reva yang langsung menebak isi pikiran Chindy.

Chindy menatap dingin Reva, ia melihat lagi ke arah lapangan, dirinya baru menyadari itu Kala yang berada di sana. Sebentar, Kala melakukan pembulian? Yang benar saja.

"Itu lagi gak di bully, Chin. Mereka lagi bikin video tentang pembulian buat di tampilin di aula nanti. Yaaa, buat hut smansa lah!" Jelas Reva yang masih asik menatap Kala dari kejauhan.

"Kapan tampilnya?"

"Senin depan," Jawab Reva, "Kan, hut smansa jadwalnya tuh pas pembukaan kita dengerin ceramah pidato kepsek dulu, terus penampilan vokal solo sesuai urutan masing-masing, terus baru deh lomba band akustik. Si Kala itu ikut band akustik, kan?"

Chindy mengangkat bahunya dengan tatapan enggan membahas. "Gak tau."

"Rasanya dia ikut deh," Reva membuka ponselnya, ia langsung mencari akun Instagram milik Kala, "Nah! Baru aja gue liat snapgram nya lagi upload video mereka latihan malem tadi."

Chindy masih setia melihat ke lapangan, ia melihat Kala yang melakukan aksi pembulian nya itu sangatlah aneh jika di lihat. Bayangkan, orang semanis Kala melakukan pembulian, terkesan lucu bukan?

"Lo tadi malem latihannya jam berapa?" Tanya Reva sembari memasukkan ponselnya ke saku seragam.

"Set delapan."

"Berarti sempet ketemu dong kalian malem tadi?"

"Iya. Dia nabrak bahu gue pas keluar."

"Anjir! Ciussss?"

Chindy tak menjawab ucapan Reva, tanpa sepatah kata ia melenggang masuk ke dalam kelas dengan tatapan dinginnya yang tak pernah lepas. Dari pada ia bosan melihat di luar, mending dirinya belajar matematika.

Jangan bilang hari ini jam kosong lagi? Apa lagi melihat Kala yang membuat video pembulian di lapangan. Huft, Chindy benar-benar bosan dengan sekolahnya yang selalu mendapati jam kosong. Semakin lama Chindy menatap buku matematikanya, ada rasa kantuk yang mulai menutup matanya.

Entah bagaimana caranya, Chindy tertidur di kelas dengan posisi punggungnya bersandar pada kursi. Chindy tertidur dengan terduduk. Bisa-bisanya.

Reva meringis melihat cara Chindy tertidur, ia berdiri di depan papan tulis, "Guys! Jangan terlalu berisik. Si ambis lagi bobo cantik tuh!" Tunjuk Reva ke arah Chindy dengan suara yang sedikit besar.

11 MIPA 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang