Bisik-bisik dari berbagai macam murid terdengar di indera pendengaran Chindy. Kedua temannya berdiri di samping kiri dan kanan, sedang dirinya berdiri di antara tengah-tengah mereka berdua. Nampaknya terjadi sedikit pertikaian antara Reva dan Widi yang entah siapa memulai duluan, namun Chindy merasa geram dengan tingkah laku mereka.
Untungnya seluruh murid berkumpul di gedung aula. Mereka semua terhindar dari teriknya matahari yang mengenai kepala, akan tetapi semuanya tak dapat membohongi kalau disini benar-benar gerah.
"Rev." Tanya Chindy.
"Hm."
"Menurut lo jadi pacar yang baik harus kayak gimana?"
Reva memicingkan matanya, menatap aneh pada Chindy. Sungguh, pertanyaannya kali ini tak pernah terlintas di dalam benak Reva.
"Yaaa, kayak orang pada umumnya. Lo bisa ngasih dia pujian kayak kamu ganteng banget hari ini, atau sayaaangg kamu hebat banget. Atau nggak, tanyain hari-harinya gimana, ada yang beda gak hari ini. Terus hal yang paling wajib menurut gue ucapan pagi, malem. Pas bangun bobo di ucapin morning ganteng, terus pas malem di ucapin good night ganteng. Begitu, Chindy Caily Inez."
Selesai Reva berucap, ia kembali menjahili Widi di sampingnya, tanpa perduli adanya Chindy. Chindy menghela napas kasar lantaran merasa kesal atas tindakan Reva yang berkali-kali memukuli bahu Widi. Chindy mundur perlahan, memberi jarak pada kedua temannya.
Jadi begitu caranya menjadi pacar yang baik menurut Reva.
Reva menyenggol lengan Widi tatkala temannya yang seperti es kutub utara itu menjauh. Reva dan Widi saling pandang mata.
"Lo ngerasa aneh gak sih?" Tanya Reva.
"Chindy?"
Reva mengangguk. Keduanya sama-sama menoleh menatap Chindy yang tersenyum tipis dengan pandangan yang mengedar kerumunan siswa, seakan ada yang di carinya. Reva merasa aneh dengan perubahan Chindy yang benar-benar berbeda hari ini, matanya pun ikut menatap ke arah pandangan Chindy, penasaran dengan seseorang yang telah membuat Chindy seceria ini.
"Temen lo lagi kesurupan?" Canda Widi yang langsung di suguhi pukulan kuat di perutnya, "Sakit bego!"
"Jangan ngomong gitu cok, gitu-gitu dia temen kita. Tapi kalo kesurupan beneran sih, mending gue lari."
"Setan."
Reva tertawa menanggapi kekesalan Widi. Keduanya lagi-lagi memperhatikan Chindy yang mulai tersenyum lebar pada ponselnya.
"Dia lagi nonton bokep?"
Sebuah pukulan mendarat lagi mengenai rahang Widi yang tak bersalah.
"Goblok! Ini di aula anjir! Ya kali dia nonton bokep disini."
"Siapa tau?!"
Widi mengusap rahangnya yang sakit, untung saja lidahnya tidak tergigit.
"Mending lo samperin," Ujar Widi, "Kayaknya lagi kasmaran tuh anak."
"Sama siapa emang? Wow, kalonya pun iya, hebat banget tuh orang bikin Chindy baper."
Widi mengangkat bahunya menandakan ia pun tidak tahu. Setelah pertikaian kecil mereka, Reva dan Widi berujung mendekati Chindy langkah yang gontai, mata mereka sama-sama kepo terhadap ponsel Chindy.
"Buset, my precious cok!" Ejek Widi saat matanya tak sengaja melihat kontak yang pin oleh Chindy, "Lo punya pacar?! Kok gak bilang apa-apa ke kita?"
Chindy terasa mati kikuk, bingung harus menjelaskan bagaimana, mau mengelak pun pasti tak bisa. Apalagi yang di hadapi Chindy kali ini Reva dan Widi, rasanya tak mungkin mereka berhenti bertanya tentang my precious itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 MIPA 3
Teen Fiction[Cerita di deskripsi nyambung ke chapter 1] Pernah gak sih kamu naksir sama kakak kelas yang ngambil jurusan MIPA dan ternyata ada pelajaran matematika lanjut? Otomatis dia pinter matematika dong? Jelas. Ini tentang Kala yang naksir sama kakak kelas...