6. Abang Pulang?

1.2K 87 4
                                    

Dua hari setelah kejadian antara Kala dan Chindy menjadi hal yang tak akan Kala lupakan. Kapan lagi Kala bisa berbicara dengan Chindy? Ia sampai merelakan rasa takut dan keberanian hanya karena Chindy.  Sungguh, Kala sangat menyukai interaksinya dengan Chindy.

Tepat di jam 3 sore, Kala dan Kinan memasuki ruangan musik yang mereka pakai untuk latihan, masih di tempat kemarin yang pernah mereka pakai latihan. Mereka ber-enam masih menggunakan pakaian sekolah, katanya sih malas berganti, mending sekalian saja.

Tetapi ada satu penghalang dalam mereka latihan ini. Yaitu kelas Chindy dan kelas Kala yang memperebutkan bookingan, lantaran Arka yang secara mendadak ingin menggunakan ruangan musik ini, padahal kelas Chindy sudah terlebih dahulu membooking ruangan musik ini.

"Hey," Ucap Kala menghampiri Chindy diluar ruangan musik. "Ketemu lagi kita."

Sedari tadi Kala sudah memperhatikan chindy yang keluar dari ruangan musik, itu semua karena mereka yang sedang berdebat di dalam. Sepertinya Chindy tak ikut adil dalam perdebatan mereka, sangat tidak cocok untuk Chindy berdebat.

Chindy hanya menatap dingin Kala, ia kembali memainkan ponselnya tanpa menghiraukan Kala sama sekali.

"Aku ramal, nanti kamu bakalan gak dingin lagi sama aku." Kala menatap Chindy dalam, ia menunjukkan senyum remehnya.

"Gak bakalan."

"Aku yakin seratus persen pasti bakalan terjadi."

"Stop ganggu gue." Tegas Chindy sembari melayangkan tatapan tajamnya ke Kala.

Kala menatap Chindy dengan tertantang, walaupun di hatinya terdapat rasa takut yang sangat tinggi, namun Kala tak perduli.

"Aku gak ganggu kamu."

"Jangan bikin ribet."

"Kapan aku bikin ribet?"

Chindy menatap Kala dengan dingin, di tunjuknya Kala dengan tatapan tajam. "Gara-gara temen lo, kita semua jadi ke tahan buat latihan!" Jawabnya sembari masuk ke dalam meninggalkan Kala sendirian.

Kala hanya tertawa kecil, ternyata seru juga mendekati Chindy secara ugal-ugalan seperti ini. Kala pun ikut masuk, terlihat Arka yang menghampiri mereka.

"Kita nunggu di ruangan ini aja. Gak lama kok, mereka latihan cuma setengah jam doang." Arka mengambil tempat duduk di pojok dinding. Untung saja ruangan musik ini cukup luas, dengan tempat duduk penonton yang sengaja memang di kasih.

Kala menurut akan perkataan Arka, ia merasa senang bisa melihat Chindy yang latihan gitar di depannya, bahkan pandangan Kala tak pernah putus dari Chindy. Kala mengambil tempat duduk di samping Arka, di sampingnya lagi terdapat Kinan beserta teman band nya.

Kala menatap Chindy dengan jantung yang tak berhenti berdegup kencang, tangannya sampai bergetar melihat betapa kerennya Chindy yang memetik gitar. Ya ampun, boleh kah Kala berdiri lalu menghampiri Chindy dan memeluknya saat bermain gitar? Kala saja sampai cemburu dengan gitar yang di pangku oleh Chindy.

Pikiran Kala benar-benar gila saat ini. Untuk kali ini saja, kewarasan Kala benar-benar hilang dalam melihat Chindy bermain gitar.

"Kak Chindy itu perfect, ya." Ucap Kinan di sebelah Kala, lantas kala menatap heran, pandangannya kembali melihat Chindy yang dengan santainya memainkan gitarnya.

"Perfect dari mananya?"

"Dia bisa main gitar, pinter, hebat di matematika, sering ikut olimpiade matematika. Mukanya kak Chindy juga cantik banget, tapi cantiknya itu di mata dia yang tajem, kayak ice princess. Gue yang normal gini aja naksir liatnya, sempurna banget lah dia!"

11 MIPA 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang