[ Area 15+]
[Sequel dari Sera's Transmigration: Perfect Mother]
[Cerita ini akan mendetailkan tokoh Alrik]
[Disarankan baca Sera's Transmigration: Perfect Mother terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini]
Dua hari sepeninggalan Sera dari dunianya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ceklek!
Ketiga orang itu akhirnya saling tatap setelah pintu apartemen terbuka. Raut wajah ketiganya nampak sangat kontras satu sama lain.
Sean dengan raut wajah risaunya, takut jika Sera akan mengamuk karena tindakannya ini. Semesta yang tampak sangat penasaran serta seperti tengah mencari-cari sesuatu.
Sedangkan Sera dengan raut wajah kesal bercampur risaunya, dia takut Alrik ada dalam bahaya. Yang lebih parahnya lagi, Sera takut dipisahkan lagi dengan anak dari Eidef dan Azura.
"Ada apa tiba-tiba datang berkunjung? Biasanya kalian selalu mengabariku dulu sebelum bertamu." Suara Sera memecahkan keheningan.
"Anu... Itu---"
"Barusan saja Sean berbicara tak masuk akal padaku. Tentang kau yang memiliki anak berusia 19 tahun." Semesta lebih dulu menyela ucapan putranya. Tatapannya menatap lurus netra putrinya yang tampak tak pernah terlihat gentar.
Sera terkekeh tipis sejenak. "Omong kosong apa itu? Anak berusia 19 tahun? Bagaimana bisa aku memiliki anak berusia 19 tahun di umurku yang juga masih 19 tahun? Orang gila yang mendengarnya pun pasti juga akan ikut tertawa sepertiku."
"Tidak usah menyangkalnya lagi. Aku sudah memberitahu Ayah semuanya."
Suara Sean itu merubah raut wajah Sera. Gadis itu sedikit terperangah. "Kau memberitahu Ayah? Tanpa sepengetahuan ku?"
Sean mengangguk kecil.
"Brengsek."
Umpatan itu sukses membuat sepasang Ayah dan anak itu terperangah tak percaya. Mata keduanya bahkan membulat.
"Apa maksud dan tujuanmu sebenarnya? Kau benar-benar ingin memisahkan ku dengan Alrik lagi?"
Kata Alrik yang terucap jelas dari bibir Sera membuat Semesta terkejut. Nama itu, nama yang sama yang Sean ucapkan di rumahnya beberapa jam yang lalu. Lalu barusan saja meluncur dari bibir Sera.
"Kenapa kau terlihat sangat membencinya? Apa yang sebenarnya sudah Alrik lakukan padamu sampai membuatmu sejahat ini padanya? Apa anakku pernah berbuat jahat padamu? Apa dia pernah merugikanmu? Bahkan tadi itu adalah pertemuan pertama kalian, brengsek."
Anak. Semesta mengejanya kembali dalam hati. Terus mengulang-ulang kata itu. Seakan tak percaya dengan semua ucapan yang teralun dari bibir mungil putrinya. Semua ini sukses membuatnya bingung.
"Bukan begitu---"
"Lalu apa?! Jika tidak kau tidak akan mungkin memberitahu Ayah tentang kehadirannya! Niatmu sedari awal memang ingin memisahkan kami berdua." Potong Sera. Wajah gadis itu memerah dengan tangan yang terkepal kuat di sisi-sisi tubuhnya. Napasnya pun terdengar tersengal. Sera tengah dikuasai emosi saat ini.
Dan Sean bingung bagaimana cara untuk melenyapkan emosi itu.
"Aku memberitahu Ayah karena hanya Ayah lah yang dapat aku percaya di situasi membingungkan ini. Kita berdua, tidak-tidak, maksudku kita bertiga hanyalah anak remaja yang baru beranjak dewasa. Kita bertiga membutuhkan peran Ayah."
Sera terkekeh sinis. "Apa maksudmu? Kau sedang mencoba membalikkan keadaan? Kau pikir aku akan langsung percaya begitu saja?"
"Tidak." Gumam Sean yang kini menunduk tak berani balas menatap kembarannya.
"Lalu kenapa kau memberitahu Ayah tentang keberadaan Alrik?!"
Semesta? Pria itu masih terdiam mencoba mengartikan keadaan yang tercipta saat ini.
"Karena sejujurnya pun... Aku ingin mempercayai ucapanmu padaku sebelumnya. Bahwa Alrik adalah anakmu yang datang entah dari mana. Melihat wajahnya yang sekilas mirip denganmu, membuatku sedikit mempercayai itu."
Sekarang gantian Sera yang terdiam. Ucapan Sean yang lebih mirip seperti sebuah gumaman itu ternyata dapat membuatnya sedikit tergertak.
"Kenapa kau... Ingin mempercayai ucapanku? Kau sendiri yang bilang itu tak masuk akal."
"Melihatmu begitu melindunginya membuatku sedikit mempercayai itu. Tatapan, ucapan, dan perlakuanmu padanya terlihat sangat mirip dengan tatapan ucapan, dan perlakuan yang selalu kudapatkan dari Ibu. Itu juga yang membuatku percaya anak itu adalah anakmu."
Mata Sera kini terasa memanas. Kristal bening mulai tergenang perlahan di kelopak matanya yang terlihat lelah.
"Tapi kau bilang... Kau akan memisahkan kami bagaimanapun caranya."
Sean mengangkat kembali wajahnya. Balas menatap mata berlinang Sera yang terlihat menyakitkan baginya.
"Kau bilang, kau akan menghalalkan segala cara untuk memisahkan kami berdua. Tak peduli sesulit apa cara kami untuk kembali bertemu." Lanjut gadis itu.
"Tadinya aku ingin sekali memisahkan kalian berdua. Namun melihat seberapa kalian saling melindungi, membuatku mengurungkan niatku. Melihat binar mata Alrik membuatku ikut ingin melindunginya. Sebenarnya siapa anak itu?" Ujar Sean setelah cukup lama terdiam.
Setetes air mata jatuh membasahi pipi Sera. Gadis itu meneguk kasar salivanya. Tenggorokannya terasa tercekat.