[ Area 15+]
[Sequel dari Sera's Transmigration: Perfect Mother]
[Cerita ini akan mendetailkan tokoh Alrik]
[Disarankan baca Sera's Transmigration: Perfect Mother terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini]
Dua hari sepeninggalan Sera dari dunianya...
Ya udah iya ini aku up. Maaf ya sangat terlambat begini. Jadi gak enak hati Author 😞
Tapi bohong 😆
Gak deng canda-canda.
Yuk yuk kita up yuk...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Orang tuamu tak apa?" Sera bertanya setelah keduanya membiarkan sunyi merajai cukup lama.
Kaki keduanya masih melangkah entah kemana. Mereka belum memiliki tujuan yang pasti.
"Hmm? Tak apa. Mereka tak peduli sekalipun rumahku hancur."
"Sejak pertama bertemu denganku, kenapa kau terdengar dingin sekali pada orang tuamu?"
"Aku hanya membalas sikap mereka padaku. Kenapa? Aku pasti terdengar seperti anak durhaka ya?"
"Bukan begitu. Hanya saja..." Sera tak lagi melanjutkan ucapannya. Sikap Talitha ini cukup mirip dengan sikap dingin Aruna pada Azura dan Eidef.
"Tenang saja. Alrik tak akan dalam masalah. Sebenarnya aku malah berterima kasih sekali padanya. Sudah lama aku ingin mendekor ulang rumah itu. Karena sudah terlihat cukup tua. Tapi keberanian ku masih belum terkumpul sempurna. Alrik merealisasikannya untukku."
"Baru kali ini aku melihatmu tersenyum."
Senyum Talitha langsung luntur seketika.
"Kemana mereka berdua? Bagaimana perlakuan keduanya padamu?"
"Kau ingin tahu sekali." Ujar Talitha setelah sejenak berdecak kecil.
"Dulu keluargaku juga begitu. Kau tahu? Aku ini pernah bunuh diri, lalu koma selama empat bulan. Karena itu sekarang aku satu sekolah dengan Alrik. Penyebab ku bunuh diri adalah keadaan keluargaku."
Wajah yang terpahat sangat sempurna itu menganga kecil mendengar rahasia kelam gadis di sampingnya. Siapa yang akan menyangka, gadis yang terlihat tangguh ini pernah mengalami kehidupan tragis seperti itu?
"Rasanya menakutkan saat aku koma. Lalu keadaan keluargaku perlahan mulai membaik. Lalu aku bertemu dengan Alrik. Rasanya sempurna. Aku menceritakan kisahku padamu, karena khawatir kau akan melakukan hal serupa sepertiku di masa depan karena faktor gencatan keluarga."
"Kau pikir aku ini bodoh sepertimu? Tidak pernah terpikir untuk melakukan bunuh diri. Tenang saja." Kembali Talitha membuang pandang ke depan.
"Siapa yang tahu tentang hal yang akan terjadi di masa depan? Dulu aku juga tak ada pikiran untuk mengakhiri hidupku sendiri. Tercetus begitu saja secara tiba-tiba."
"Itu karena kau bodoh."
Sera berdecak kesal. Talitha memang keras kepala. Susah diberikan gambaran yang mungkin akan terjadi jika diri dikuasai oleh pikiran setan yang selalu datang secara tiba-tiba.
"Ayahku selalu mengabaikan ku. Dia berpikir bahwa cintanya padaku tak bisa dipaksakan lebih lama lagi. Jadi dia memilih pergi dariku. Sebenernya aku cukup bersyukur dengan itu. Itu artinya aku tidak perlu merasa terbebani dengan kepura-puraan yang Ayahku buat."
"Lalu Ibumu?"
"Ibuku? Mmm... Mungkin dia tidak menyukaiku?" Talitha balas menatap Sera dengan tatapan bingung.
"Sama. Ibuku juga tidak menyukaiku. Aku ditelantarkan begitu saja olehnya. Waahh, dingin sekali sikapnya padaku."