☄️ TIGA PULUH TIGA ☄️

3.5K 234 34
                                        

Satu sudut bibir Ciara tertarik ke atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu sudut bibir Ciara tertarik ke atas. "Siapa kau bertanya tak sopan seperti itu?"
      
Melihat keributan di depan sana. Kaki Eidef melangkah ikut bergabung pada ketiganya yang masih saling melempar tatapan tajam. Ciara, cerminan Aruna, kini tengah bekerja paruh waktu.
      
Hati orang tua mana yang tak teriris melihat anak yang selama ini mereka besarkan dengan penuh cinta kini harus banting tulang sendirian? Ya, walaupun di dunia ini Ciara bukanlah Aruna.
      
Namun hati Sera dan Eidef sukses dibuat meradang melihatnya.
      
"Boleh saya permisi? Pekerjaan saya masih menunggu di belakang."
      
Alrik merebut nampan di tangan Ciara dengan kasar. Meletakkannya sedikit menyentak di atas meja kaca di sampingnya.
      
"Di mana orang tuamu? Jawab pertanyaan Mama. Di mana mereka?" Gigi Alrik menggemeletuk kencang.
      
"Ada apa dengan kalian? Tidak jelas sekali."
      
"Akan aku cari mereka. Siapa pun yang menjadi orang tuamu, kupastikan mereka mendapat salam hangat dariku." Alrik berlalu dari sana dengan langkah lebar.

Sejauh ini Alrik memang memaksa Aruna berdiri sendiri tanpa bantuannya. Tapi melihat hal ini, Alrik merasa tak terima.
      
"Sera aku---"
      
"Bawa Aruna pergi dari sini. Aku akan menemui pemilik restoran ini. Berani sekali dia mempekerjakan pelajar." Tanpa menunggu Eidef menyelesaikan ucapannya, Sera sudah lebih dulu berlalu dengan langkah lebar dan tergesa.
      
Eidef hampir berlari mengejar langkah Sera saat otaknya kembali bekerja dengan baik. Secepat mungkin dia raih pergelangan tangan Ciara sambil membawanya mengejar Sera yang sudah hampir mencapai lift.
      
Mengabaikan pemberontakan gadis di genggamannya, Eidef menahan pintu lift yang hendak tertutup dengan satu tangannya yang menganggur.
      
Matanya menatap tajam Sera yang mengernyit di dalam lift. Tak suka dengan gerakan cepat Eidef yang memacu kerja jantungnya. Pria ini benar-benar gila, bagaimana jika tindakan cerobohnya itu menyakiti tangan hangat favoritnya?
      
"Kau gila?!"
      
"Kau gila?"
      
Seruan Sera dan nada Eidef yang menekan emosi mengudara bersamaan.
      
"Kau bisa membahayakan tanganmu!"
      
"Kau pikir remaja yang baru beranjak dewasa sepertimu bisa dengan mudah menemui pemilik restoran ini?"
      
Sera tersenyum miring kala Eidef mengabaikan seruannya. "Lalu aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana ketika melihat cerminan anakku melakukan pekerjaan berat disaat di duni lainnya aku mencoba mati-matian untuk membuatnya hidup nyaman di dunia?!"
      
"Kau pikir aku tidak frustasi?" Eidef tarik kembali Ciara memasuki lift. Kali ini gerakannya cukup lembut dari sebelumnya yang terkesan dikejar waktu.
     
"Aku juga sama kesalnya denganmu. Tapi berpikir lah lebih luas lagi. Kau itu pintar kan?" Nada suara dan tatapannya pun mulai menghangat kembali.
      
"Ciara bisa kebingungan melihat tingkah resahmu. Tenanglah. Ada aku yang akan membereskan semuanya untuk kalian." Satu tangan besar itu terangkat. Mengusap lembut sisi wajah Sera dengan sapuan hangat.
      
Sera sentak tangan besar itu dari pipinya. Kembali menatap Eidef dengan tajam. "Siapa yang membolehkan mu menyentuhku?"
      
"Hmm, tidak ada. Maaf,"
      
Sampai sini Ciara masih tak berani untuk bersuara. Dadanya berdegup kencang merasa ketakutan dengan situasi aneh yang dia alami.

Not A World To Live In (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang