[ Area 15+]
[Sequel dari Sera's Transmigration: Perfect Mother]
[Cerita ini akan mendetailkan tokoh Alrik]
[Disarankan baca Sera's Transmigration: Perfect Mother terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini]
Dua hari sepeninggalan Sera dari dunianya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tunggu. Bagaimana bisa dia milik Paman?" Mata itu mengerjap polos. Kali ini benar-benar polos tanpa dibuat-buat.
"Karena aku akan mengenalkannya pada Ayahku. Jadi jangan ganggu rencanaku." Kembali Sean melempar tatap ke depan sana. Pada anak-anak kecil yang tengah bermain di tengah taman.
"Bisa pertemukan kami?"
"Kenapa? Untuk apa?"
Ini patut diwaspadai. Bagaimana pun, keponakan masa depannya ini memiliki wajah tampan dan tubuh yang rupawan. Sean harus sedia payung sebelum hujan. Atau sedia ember sebelum bocor.
"Dia mirip dengan Adikku. Adik pertamaku. Maksudku, kembaranku."
"Hmm?" Ditatapnya sisi wajah Alrik dengan bingung. Ucapan anak ini memang selalu berbelit. Kadang-kadang Sean merasa sangat gemas.
"Dia mirip dengan Aruna. Untuk memastikannya aku ingin bertemu dengannya sekali lagi. Dengan jarak yang dekat. Kalau tak salah, namanya Ciara."
"Bagaimana kau bisa mengenalnya? Dia bukan siswi yang populer."
"Karena insiden kecil. Intinya bisa atau tidak?" Ditatapnya netra gelap Sean dengan serius.
"Baiklah. Besok. Di sekolah. Aku akan mengatur waktunya. Tapi harus aku awasi."
"Apa-apaan? Kau mencurigai ku? Ibuku bisa saja marah denganmu."
"Kenapa kau selalu berlindung di balik nama Adikku?" Lama-lama Sean kesal.
Sera selalu dijadikan tameng oleh anak tengil di sampingnya. Kapanpun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun. Sera adalah senjata paling ampuh bagi Alrik dalam mengancamnya.
"Paman. Ada satu hal yang pasti di hidupku. Mau tahu apa itu?"
"Tidak. Jangan katakan apapun. Aku tidak ingin tahu." Kembali Sean melempar tatapan ke depan. Malas sekali saat ketengilan Alrik sudah mulai tercium kembali. Sean lelah menghadapinya.
"Apa pun mau Alrik harus dituruti. Dan apapun itu harus kembali keperaturan suka-suka Alrik. Tahu kenapa? Karena semuanya harus sesuai dengan arti namaku. Si penguasa."
"Diamlah. Aku bilang diam!"
Alrik bersorak girang saat Sean kembali melotot marah padanya. Wajah Sean ketika kesal, benar-benar menghiburnya.
"Omong-omong Paman. Aku belum izin pada Mama untuk pulang telat hari ini. Jadi tolong terima saja jika tiba-tiba Mama marah-marah padamu nanti."
"Wahh sialan! WAHHH!!!"
Sejauh ini hanya Alrik lah yang dapat membuat tenakan darahnya naik. Alrik selalu memicu tekanan darahnya. Anak ini benar-benar istimewa. Siap-siap saja dia mendapat amukan Sera.
"Jangan pulang bersamaku. Pergilah lagi. Pulanglah sendiri dasar anak nakal."
"Tidak mau. Aku sedang irit. Aku akan pulang denganmu. Tapi sebelum pulang, bisa belikan aku satu es krim coklat lagi Paman? Satu saja kurang."
Sean mengumpat tanpa suara. Rahangnya mengetat sampai suara gemeletuk gigi terdengar sampai ke telinga Alrik. Membuat anak itu terkekeh senang.
☄️☄️☄️
Sesuai janjinya pada Alrik kemarin sore di taman komplek. Kini keduanya tengah duduk di taman perpustakaan. Menunggu Ciara sejak setengah jam lalu.