[ Area 15+]
[Sequel dari Sera's Transmigration: Perfect Mother]
[Cerita ini akan mendetailkan tokoh Alrik]
[Disarankan baca Sera's Transmigration: Perfect Mother terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini]
Dua hari sepeninggalan Sera dari dunianya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☄️☄️☄️
Semesta mengerjap sejenak. Lalu tertawa geli. Entah apa yang anaknya ini tengah bicarakan. Dia pun masih belum paham.
"Kenapa Ayah tertawa? Apa ada yang lucu?" Tanya Sean kemudian.
"Ya. Kau lucu sekali. Aku tahu hubungan kita memang masih canggung. Namun, tidak harus sampai membicarakan khayalanmu ini untuk menjadi topik pembicaraan. Kau ini ada-ada saja Sean."
Kening Sean mengerut bingung. Jadi selama ini, Ayahnya hanya menganggap ini sebagai khalayannya semata untuk membuka topik pembicaraan dan sebagai obrolan pengusir sunyi?
"Tapi ini bukan hanya sebuah khayalan. Ini sungguh terjadi pada Sera. Anaknya yang entah dari dimensi mana tiba-tiba saja muncul. Namanya Alrik, ku akui dia sangat tampan juga cakap bicara. Dia juga... Terlihat dapat menjadi seorang teman yang baik."
"Jadi maksudmu, hal ini benar-benar sungguh terjadi?" Semesta tampak masih menanggapi hal ini dengan sangat tenang. Ya, masih menganggap ucapan Sean hanya omong kosong belaka. Tak lain hanya sekedar sebuah candaan.
"Hmm." Sean mengangguk ribut. Masih mencoba meyakinkan Ayahnya.
Ahh, kalian pasti bingung kan kenapa Sean tiba-tiba membicarakan perihal Alrik pada Semesta? Mari, aku beritahu jawabannya untuk mewakili Sean.
Sean pikir mereka bertiga, Sean, Sera, dan Alrik maksudnya. Mereka bertiga membutuhkan sosok dewasa dan sekuat Semesta untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang mungkin saja akan terjadi dikemudian hari.
Mereka bertiga juga masih tetap membutuhkan sosok penuntun dan pelindung yang dapat menjaga mereka dan menjamin keselamatan mereka. Jujur saja, saat ini Sean mulai mempercayai identitas Alrik sebagai anak Sera.
Sean juga seorang penulis fiksi. Tak khayal hal itu membuatnya juga beberapa kali membaca novel fiksi bergenre fantasi. Hal semacam ini mungkin saja dapat terjadi di kehidupannya maupun kehidupan orang-orang sekitarnya.
Tentang seseorang yang melintasi portal waktu, tentang seseorang yang terlempar ke dimensi lain, dan tentang seorang anak dari masa depan yang mengunjungi dunia masa lalu orang tuanya.
Bagi Sean si penulis cerita fiksi, hal ini tentunya bisa saja dapat terjadi.
Jadi, Sean memutuskan untuk memberitahu Semesta terlebih dahulu. Tidak mungkin dia memberitahu Ibunya, wanita itu sudah sejak lama menutup mata untuk Sera.
"Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Jika Sera mempunyai seorang anak berusia 19 tahun di umurnya yang juga 19 tahun. Kapan Sera menikah? Kapan Sera mengandung dan melahirkan anak itu? Bagaimana dia membesarkannya? Lalu, kenapa anak itu tak pernah aku lihat disaat aku lah yang hidup bersama Sera selama 19 tahun terakhir?"
Ucapan panjang itu, beserta pertanyaan-pertanyaan tersebut, masih tak dapat membuat Sean merasa terbungkam. Malah yang ada di benaknya sekarang adalah rasa frustasi yang kian membesar.
"Kalau begitu ikut aku. Ayo temui mereka berdua. Sera dan Alrik. Anak itu tampak sangat mirip sekali dengan Sera. Namun matanya... Berwarna sangat kontras dengan kita. Kau tidak akan percaya, kalau netra anak itu berwarna Biru laut."
Tatapan serius Sean yang tak pernah luntur sedikit pun dari awal perbincangan sampai detik ini, berhasil membuat Semesta merasa gentar. Pria berusia matang itu hampir mempercayai bualan putranya.
"Kau ingin aku menemui mereka berdua?"
"Iya. Ayo tamui mereka. Namun sebelum itu, berjanji dulu padaku untuk tak membentak ataupun menyakiti mereka berdua."
Semesta kembali tersenyum kecil. "Di mana mereka berdua sekarang?"
"Apartemen Sera."
Semesta tampak berpikir. Apa ini penyebab Sera menginginkan pulang lebih awal dari rumahnya? Ini alasan Sera sangat ingin tinggal sendiri di apartemennya? Karena anaknya? Namun bagaimana mungkin?
"Ayah. Percayalah padaku. Tak mudah bagiku untuk memberitahumu tentang hal ini. Sera pun tak tahu kalau aku akan memberitahumu tentang kedatangan anaknya dari masa depan. Hanya kau yang dapat kami percaya untuk saat ini. Kami bertiga hanya masih anak berusia 19 tahun yang membutuhkan sosok dewasa untuk melindungi dan menjamin keselamatan kami. Jadi kumohon, percayalah padaku, dan jadilah penopang serta rumah untuk kami."