☄️ SEMBILAN BELAS ☄️

2.7K 248 43
                                        

Berkat mulut sialannya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berkat mulut sialannya ini. Dan berkat dirinya yang kembali lepas kendali dimakan kegilaan. Sera jadi berakhir di sini. Di tengah lapangan utama sekolah dengan posisi hormat bendera.
      
Pria itu ternyata benar-benar guru. Dan benar-benar memberinya hukuman berat. Sera baru boleh kembali ke kelas saat jam istirahat nanti. Itu artinya masih sekitar dua jam setengah lagi.
      
Sialan. Baru hari pertama namanya sudah dapat dicap buruk oleh murid lainnya di sekolah ini. Bagaimana dia akan menunjukkan wajahnya di depan anaknya nanti? Alrik pasti akan mencontoh tingkah buruknya ini tak lama lagi.
      
Anak itu memang berbakat sekali mencontoh perilaku seseorang.
      
"Mama!!!"
      
Baru nama itu memasuki pikirannya, sekarang sosoknya sudah berdiri di sisi tubuhnya. Ikut hormat pada bendera yang menjulang tinggi di depan sana.
      
"Apa yang kau lakukan? Kembali ke kelasmu."
      
"Tidak bisa. Baru bisa kembali nanti. Saat jam istirahat."
      
"Hmm?" Sera bergumam tak mengerti. Matanya masih menyipit menatap sisi wajah Alrik.

Wahh jika disandingkan dengan jarak dekat seperti ini, tubuh itu jangkung sekali dibanding tubuhnya. Padahal tinggi tubuh Sera masih dikategorikan sebagai tinggi yang proporsional untuk seukuran seorang wanita.
      
"Aku dihukum."
      
"Dihukum apa?" Hampir saja dirinya memekik kencang. Lantaran kaget sekaligus tak percaya.
      
"Hormat bendera."
      
"Iya aku tahu! Maksudku dihukum karena apa?"
      
"Tertidur di kelas."
      
Enteng sekali anak ini menjawab. Seperti tak melakukan sebuah kesalahan ataupun menyesalinya.
      
"Di mana Sean? Aku sudah menitipmu padanya tadi."
      
"Mencari gadisnya. Katanya dia melihat gadis itu melewati koridor kelas."
      
"Tahu dari mana?" Tentu. Sera tak boleh percaya begitu saja pada ucapan anak seperti Alrik. Karena anak itu memiliki akal bulus untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan segala keinginannya.
      
"Dari Gissella."
      
"Siapa Gissella?"
      
"Teman baruku."
      
Sera mengerjap. Mudah sekali anak ini mendapatkan teman.
      
"Jangan berani-berani lagi kau tidur di kelas Alrik."
      
"Lalu Mama? Kenapa bisa dihukum?" Sejenak Alrik balas menatap Ibunya. Lalu kembali menatap ke depan.
      
"Aku keluar lagi dari akalku. Sial sekali." Ujar Sera sembari menghela napas dalam. Lalu ikut menatap ke depan.
      
"Jangan berani-berani lagi kau dihukum. Ini panas bukan?"
      
"Hmm."
      
Ya ini panas. Matahari sedang terik-teriknya. Dan mereka dihukum berjemur di tengah lapangan luas berpayungkan matahari siang.
      
"Mama."
      
Suara itu kembali terdengar setelah sebelumnya suasana hening untuk waktu yang cukup lama.
      
"Hmm?"
      
"Kau bawa kompresan instan?"
      
Mata Sera membulat dalam hitungan detik. Lupa jika Alrik tidak boleh berhadapan langsung dengan cuaca sepanas ini untuk waktu yang lama. Gadis itu sontak menoleh panik. Menatap wajah merah Alrik yang berpeluh keringat.
      
"Kau kepanasan? Kepalamu sakit lagi?" Tangan itu tak lagi hormat. Mengukur suhu tubuh Alrik dengan membingkai wajah tegas itu.
      
"Panas sekali. Ayo ke UKS."
      
Tarikannya tertahan saat Alrik tak mau beranjak dari pijakannya. Kulit anak ini sudah terasa sangat hangat. Suhunya pasti diatas suhu normal yang aman.
      
"Nanti hukumannya bisa bertambah kalau kabur dengan sengaja."
      
"Kau masih memikirkan hal ini? Ayo, dasar nakal!"
      
"Kecuali, saat kita berdua berada di posisi kritis yang tak bisa dielakkan. Contohnya seperti ini,"
      
Brugh!
      
Tubuh besar itu limbung ke tubuh Sera. Membuat tubuh yang lebih kecil darinya ikut jatuh mencium tanah. Beruntungnya kulit tubuh Alrik tak tergesek sedikitpun dengan kasarnya tanah.
      
"Alrik!!!"
      
Anaknya pingsan setelah menyelesaikan ucapannya.

Not A World To Live In (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang