[ Area 15+]
[Sequel dari Sera's Transmigration: Perfect Mother]
[Cerita ini akan mendetailkan tokoh Alrik]
[Disarankan baca Sera's Transmigration: Perfect Mother terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini]
Dua hari sepeninggalan Sera dari dunianya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☄️☄️☄️
Setengah jam kemudian mobil berhenti di sebuah restoran pinggir pantai. Sera dan Alrik terpaku pada deburan ombak di depan sana.
Pantai. Banyak sekali momen manis yang tercipta di sana. Membuat rasa rindu keduanya pada anggota keluarga mereka yang lainnya semakin menyeruak memenuhi dada.
Sean masih sibuk merogoh isian tasnya. Lalu mengeluarkan headband hitamnya dari tas.
"Kemari. Pakai ini." Tangan besarnya membingkai wajah hangat Alrik untuk menghadapnya.
Sejenak Alrik tampak tertegun melihat seberapa telatennya Kakak dari Sera memakaikannya headband untuk menutupi kompres instan yang menempel di keningnya.
"Sekarang terlihat lebih baik. Astaga dasar bocah."
Alrik berdecak malas menerima usapan acak Sean di puncak kepalanya.
☄️☄️☄️
Pantai menjadi pemandangan utama di restoran bintang empat ini. Semesta benar-benar membayar meja VIP yang merogoh kocek tak sedikit ini untuk mencairkan suasana.
Namun anak-anaknya masih setia membungkam. Alrik yang selalu menghindari tatapan lekat Anatasya padanya. Serta Semesta yang bingung mencairkan suasana dengan apa.
Alrik diam-diam menggeser sedikit demi sedikit kursinya mendekat pada kursi Ibunya. Tatapan Ana yang tak putus padanya benar-benar membuatnya tak nyaman.
"Berhenti menatapnya. Ibu membuatnya tak nyaman." Suara Sean memutuskan tatapan Ana pada Alrik.
"Dia... Tampan sekali."
Alrik mengerjap beberapa kali. Sementara Sera masih diam memperhatikan. Genggaman Alrik pada lengannya mengerat saat Ana melayangkan tangannya dan menusuk-nusuk ringan pipi tirus Alrik.
"Dia nyata," Gumam Anatasya. Tubuhnya bahkan sedikit condong ke depan untuk menjangkau tubuh Cucunya.
"Tapi kenapa dia sangat tampan? Bagaimana bisa Sera?"
Karena Ayah dan Ibu nya mempunyai wajah yang rupawan. Gumam Sera kesal. Eidef dan Azura memang perpaduan yang sangat sempurna untuk menciptakan bibit-bibit unggul.
"Luka apa ini? Kau jatuh? Bagaimana bisa sampai terluka di mana-mana?"
Alrik kembali mengerjap lamban. Neneknya sepertinya adalah orang yang cerewet.
"Ibu hentikan," Sean kembali memperingati.
"Tunggu sebentar. Sean, kau kalah tampan darinya." Ana mengulum senyumnya melihat wajah kesal putranya. "Lihat-lihat, rasanya aku ingin membuat satu seperti Alrik. Pasti menyenangkan mempunyai anak tampan."
Wajah Sean berubah datar mendengar khayalan Ibu nya. "Ibu ingin membuatnya dengan siapa?"
Anatasya dan Semesta membulat mendengar pertanyaan datar Sean.
"Mama, aku masih polos, sungguh."
Sera menunduk menatap datar Alrik yang tengah mendongak menatapnya dengan wajah polos yang dibuat-buat. "Dasar anak nakal."
"Aku ingin ice cream. Boleh kah? Tapi Mama, kenapa restorannya sangat ramai? Aku tidak suka keramaian."
Semesta yang mendengar gumaman Alrik pada Sera ikut menatap Alrik dari bangkunya. "Masih terasa ramai? Maaf aku tidak tahu kalau kau tidak suka keramaian. Jika tahu begitu aku akan lebih memilih membawamu makan siang di rumahku."
Mata dengan netra biru laut itu kembali mengerjap lamban. Sikap Kakek nya kepadanya berubah 180° hanya dalam waktu beberapa jam?
"Tidak apa. Tak masalah. Ayah dan Mama biasa membawaku ke tempat yang tenang. Ini kali pertamaku makan di tempat seramai ini. Aku hanya kaget itu saja."
"Sera maksudmu?"
"Ya. Dia kan Mama ku."
"Ahahahaha, iya benar. Aku hanya belum terbiasa dengan fakta masa depan itu." Semesta mengakhiri tawa hambarnya. "Tadi kau ingin icecream? Pesanlah. Pesanlah sebanyak yang kau mau."
"Benarkah? Apa boleh?"
"Tentu. Kenapa aku harus pelit pada cucuku di masa depan?"
"Tapi Kakek, di masa depan LittleUncle sangat pelit padaku." Adu Alrik.