☄️ DUA PULUH TIGA ☄️

2.6K 228 14
                                        

Memanfaatkan peluang dengan sebaik mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memanfaatkan peluang dengan sebaik mungkin. Talitha membenahi semua barang bawaannya. Lantas mengendap berjalan keluar dari kamar. Menuruni satu persatu gundakkan anak tangga tanpa mengindahkan pertikaian di dalam kamar di lorong kanannya.

Keluarga Alrik benar-benar membuatnya takut.

"Tunggu, tunggu dulu Mama. Ahh hentikan!" Pekiknya saat Sera dan Ana masih sibuk beradu argumen untuk membebaskannya dari kemanjaan yang Ana berikan padanya.

Netra birunya menangkap sosok cantik yang baru mengendap dengan tangan yang menenteng sepatu putihnya menuju ke luar rumah.

"Wahh, sekarang kau berani membentakku?"

"Bu--- bukan begitu. Itu... AKU IZIN MENGANTAR TALITHA PULANG DULU!" Anak itu berlari keluar menghiraukan pelototan Ibunya.

"ALRIK AKU BELUM SELESAI MENGHUKUMMU! KEMBALI KAU ANAK NAKAL!"

"KITA SAMBUNG LAGI NANTI MA!!!"

Wahh sialan. Disaat begini Sera membutuhkan Eidef untuk menertibkan kenakalan Alrik. Dada gadis itu kembang kempis menahan kesal.

"Lihat! Ibu masih mau memanjakannya? Dia sudah terlalu dimanjakan Ayahnya!"

"Tahu dari mana kau? Kau bahkan belum bertemu dengan Ayahnya."

"Lihat saja sikap seenaknya itu. Itu sudah menggambarkan seperti apa orang tuanya memanjakannya. Jadi berhenti mencoba memanjakan anakku."

"Aku ini Neneknya! Aku juga berhak menyayanginya. Lagi pula bagaimana kau akan membesarkan anakmu dengan sikap keras kepalamu itu? Mereka bisa tertekan."

Sera terkekeh sinis. "Berhenti mengomentari bagaimana aku membesarkan mereka. Parenting setiap orang tua berbeda. Walaupun kau Neneknya, kau tetap harus menghormati parentingku pada anakku. Karena dia anakku."

Ahh sudahlah. Berdebat dengan wanita keras kepala berego tinggi seperti Ana hanyalah buang-buang waktu. Baiknya Sera kabur saja. Mengerjakan dan menyibukkan diri pada hal lainnya yang lebih bermanfaat.

☄️☄️☄️

"Talitha! Tunggu!" Kaki panjangnya berlari mengejar langkah cepat Talitha yang perlahan ikut berlari, namun menjauhinya.

"Talitha! Aku tahu kau mendengarku!"

"Jangan ikuti aku, keluargamu aneh sekali! Kau membuatku takut!"

Gerbang itu kenapa terasa jauh sekali dari pintu utama? Kenapa kaki jenjangnya masih belum dapat mengikis jarak ke gerbang yang berdiri menjulang di depan sana?

Hap!

Berhasil. Alrik berhasil menarik tas ransel galaksi Talitha. Membuat gadis itu sedikit kehilangan keseimbangannya berkat tarikan kuat Alrik. Dan kini tubuhnya kembali jatuh ke dalam pelukan pria itu. Pria yang memiliki netra terang yang menenangkan.

"Ada apa denganmu? Apa keluargaku memang semenakutkan itu? Apa salahnya mempunyai Ibu yang masih berumur 19 tahun? Dia bahkan lebih baik dari Ibu lainnya di dunia ini. Dia ibu terbaik."

Talitha terhenyak. Ibu terbaik? Maksud Alrik Ibu terbaik itu seperti apa?

Alrik melepaskan rangkulannya. Membiarkan gadis itu kembali menopang tubuhnya sendiri. Kepalanya menunduk, menatap tali sepatu yang tidak terikat sempurna. Helaan napas berhembus dari bibirnya yang sedikit terbuka.

"Setidaknya ikatlah tali sepatumu dengan benar. Kau bisa terjatuh nanti." Remaja itu bersimpuh. Mengikat tali sepatu Talitha dengan baik.

"Ohh... Apa kau memang sengaja membuat dirimu terluka agar aku kembali menggendong tubuhmu dan berlari kencang seperti hari itu? Apa itu terasa menyenangkan untukmu?"

Talitha mengedip menatap wajah yang terdongak padanya. Anehnya, mau dilihat berkali-kali pun, rasanya ada gelenyar aneh di dadanya. Pria ini baru hari ini dia lihat. Tapi kenapa terasa sudah ada hari lain di mana mereka bertemu.

"Berdiri kau, sebelum ku sikut wajahnya dengan lutut cantikku."

Not A World To Live In (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang