☄️ TIGA ☄️

5.5K 411 29
                                        

"Kenapa harus bertanya-tanya seperti itu? Keadaan kita yang terpuruk dalam waktu bersamaan terdengar cukup bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa harus bertanya-tanya seperti itu? Keadaan kita yang terpuruk dalam waktu bersamaan terdengar cukup bagus. Dengan begitu kita bisa mencari kebahagian dan rumah kita bersama. Tanpa salah satunya hanya menunggu dan berdiam diri tanpa melakukan hal yang sama. Itu terdengar cukup adil, kan Sera?"

Ucapan panjang Sean membuat Sera terdiam terpegun.
      
"Wahh... Lama tidak berbincang santai dari hati ke hati seperti ini, membuat diri mu terdengar lebih dewasa dari ku."
      
Sean tersenyum. Kali ini lengkungan bibirnya benar-benar terlihat. Sean benar-benar menunjukkan senyumnya.

"Aku memang lebih tua dari mu."
      
"Hei... Apa maksud mu? Selang waktu kita hanya beberapa menit. Itu tidak mempengaruhi kedewasaan kita berdua."
      
"Sera, ayo jalan-jalan. Aku ingin mulai mencari kebahagiaan dan rumah ku."
      
"Secepat ini?"
      
"Kau mau menunggu sampai kapan?"
      
"Tidak. Aku hanya... Senang. Akhirnya, aku bisa bepergian dengan mu. Tanpa aku yang harus meminta. Terimakasih Sean. Aku bahagia. Kau bisa merasakan itu bukan?" Tanyanya dengan senyum haru. Matanya kembali terasa memanas. Namun kali ini, bukan karena kesedihan.
      
"Hmm. Aku bisa merasakannya. Siap-siap. Aku akan menjemput mu. Pakai pakaian yang hangat. Saat ini musim semi. Dan tubuh mu belum pulih total."
      
Sera kembali membentangkan senyumnya. Suasana hatinya terus berubah-ubah. Sera mudah merasa menyesal, lalu merasa bahagia seperti tak pernah menyesali keputusannya.

"Aku mengerti. Aku menunggu mu. Tapi kita akan pergi kemana?"
      
"Taman?"
     
Senyum Sera mengecil. "Kemana pun itu aku mau. Asal tidak ke taman dan pantai."
      
"Ahh... Kau punya kenangan buruk tentang dua tempat itu rupanya. Baiklah aku mengerti. Kita pergi ke toko buku saja, bagaimana?"
      
"Aku juga punya kenangan buruk di toko buku. Bahkan lebih buruk lagi dari semuanya."
      
Teriakan Aluna yang memanggilnya Mama saat anak itu butuh bantuan untuk mengangkuti buku-buku dongeng pilihan anak itu, kembali hadir di ingatan Sera. Toko buku juga penyebab dirinya terlempar dan kembali ke dua dunia yang berbeda.
      
"Lalu kau ingin kemana?"
      
"Entah. Aku bahkan tak bisa ke tempat yang terletak di atap bangunan."

Karena dari sana lah semuanya dimulai.
      
"Mau ke rumah Ayah saja? Kau tidak mempunyai kenangan buruk di sana kan?"
      
"Ahh ya, benar. Hanya itu satu-satunya tempat yang bebas dari kenangan buruk. Ayo kesana. Sebelum itu bawakan beberapa cemilan untuk kita. Mau meminta Ayah untuk bergabung juga Sean?"
      
"Ajak saja. Dia mungkin sedang sibuk rapat saat ini. Tiga hari ini, Ayah terlalu bersemangat kerja. Dia mengabaikan pekerjaannya selama empat bulan penuh demi menjaga mu di rumah sakit."
      
Penjelasan Sean membuat Sera merasa bersalah. Namun hatinya menghangat disatu waktu.

"Begitukah? Kalau begitu kita kecualikan saja Ayah. Ayo bertemu berdua."
      
"Hmm."
      
Sean memutuskan sambungan telpon sepihak.

Not A World To Live In (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang