BAB 5- BE CAREFUL

6 4 0
                                    

"Perasaan paling menjengkelkan adalah berusaha untuk mengendalikan panik, secara mendadak." ~Ratih Maheswari.

***

Aku berlari menjauh dari dua temanku, telah menunggu lama di depan pintu.

Tangan bergetar panjang, saat Ratih Maheswari berpegangan kepada pegangan pintu bulat kamar mandi. Ku sentuh pintu itu, mulai bergerak kencang.

Pintu terhempas setelah gadis sembilan belas tahun, menutup. Ia segera mengambil air keran, yang ditemukan tepat di depan.

Tanganku bergetar, sampai air yang menampung di kedua telapaknya ikut bergetar, membuat pola.

"T-tidak. J-jangan begini..." Ratih membuat suara redup.

Matanya menutup, berdiri menghadap bawah dan melihat wastafel pencucian tangan.

Ratih terus terengah akan nafasnya.

Suara ketukan pintu, terasa mengganggu. "Hei, R-ratih? Kamu baik-baik saja? Aku masuk ya?"

"Jangan dulu, Na. Aku akan menyusul mu, nanti."

"Hei, aku tetap khawatir kepadamu didalam. Sudah sangat lama, kami menunggu didepan."

"J-jangan..."

Riana yang belum selesai mendengar jawaban dari Ratih Maheswari, mendadak membuka pintu.

"Riana?" Ratih menoleh kaget, dengan kehadiran Riana, berlari kecil, mendatanginya.

Riana membantu menenangkan, "oke-oke. Jangan banyak bergerak. Angkat dan turunkan nafas, secara perlahan."

"I-iya..." Ratih menyetujui ucapannya.

Gaya bicara gadis tembam, sebenarnya ikut bingung sekaligus panik, bagaimana ia harus membantu mengatasi diriku ini.

"H-hei, coba pikirkan sesuatu yang menyenangkan, atau seseorang yang kamu suka. Entah kpop atau siapapun itu. Tetaplah bernafas stabil."

Perkataan gadis tembam, menjadi teringat dengan wajah laki-laki itu, menjadi anggota geng kami. Bagas Raditya, rambut hitam.

Nafasku masih tersengal, sambil melihat-lihat sesuatu, bergerak kiri-kanan.

Uluran tangan dari Riana Ancara Tiara, membantu mengelus punggung Ratih.

Ratih Maheswari bernafas pelan. Dilanjutkan mencuci wajah berkeringat.

"H-hei, bagaimana?"

"Untuk sekarang, agak kembali normal. T-terimakasih banyak, Na." Ratih berpusing melihat wajah pipi tembam.

Riana memberikan tisu kepadaku, "hei, keringkan wajahmu dulu, Ratih."

"Terimakasih." Ratih menerima senang hati.

Ruangan kamar mandi, telah berdiri tiga pintu, menjadi tenang lagi. Kaca lebar, dihadapan kami berdua, telah melihat apa yang terjadi  kepada Ratih.

Panick attack, dalam dunia mental issues, sedang merebak di seluruh tubuh Ratih Maheswari.

Malang nasibnya, ia harus mengingat kejadian masa lampau, dan harus menerima fakta, melihat wajah Sekar, yang mengurungnya waktu itu.

"Hei, rapikan kerudungmu. Kita tidak ingin semua orang tau tentang apa yang terjadi disini." Riana membantu menyingkirkan sisa rambut basah, di dahi Ratih.

"Terimakasih banyak, Na."

"Baguslah, sudah lebih baik." Riana melihat penampilan Ratih.

Waktu istirahat pertama, mungkin tidak akan cukup bagi mereka berdua, hanya berdiam saja.

4,5,&6 (SERIES KEDUA) BERSAMBUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang