BAB 11- TOGETHER 👫

5 3 0
                                    

Hari-harinya dihabiskan untuk kegiatan rutinitas membosankan bagiku.

Setiap pagi, harus selalu membangunkan dirinya, sarapan, dan berangkat sekolah dengan siklus memutar. Terkecuali hari libur pun, tetap dihabiskan bangun pagi.

Pagi itu, hujan kembali menerpa daerah perumahan, hingga detik ini. Diteruskan gerimis panjang, membuat seragam putihnya ikut kebasahan.

Dia terus melangkah kaki hingga sampai area gerbang sekolah. 

Cat hitam bermotif logo sekolah besar terbuka lebar, sampai mengenai tembok yang mengelilingi.

Kedatangan dari siswi sembilan belas tahun, membuat arti bahwa perpisahan sementara, selalu ada.

Rombongan motor-mobil pengantar anak sekolahan, telah berdatangan, dan ditinggalkan kemudian.

Ujung sepatu sekolah miliknya, berdiri tepat dengan kubangan kecil ber-air. Melihat sesuatu yang dia rindukan, selama ia masih berdiri.

Seorang ibu mencium kening anaknya, sebelum ia masuk ke dalam dan berpisah.

"Kadang apa yang kulihat tentang kemesraan ibu dengan anaknya, aku juga ingin merasakan seperti itu."

Bibir Ratih membuka sedikit. Menarik pegangan ransel di dekat ketiak, merasakan sedikit berat.

Salah satu murid dari SMKN 1 UNGGUL melanjutkan berjalan masuk. Berbaris atur, langkah demi langkah. Menyalami lima guru, secara berurutan.

Pada akhirnya, Ratih berhasil mengikuti orang-orang di dalam. Awal yang lega, dia tidak dicurigai membawa benda tajam atau memakai seragam tak semestinya. Seperti dua siswa tertahan di sana.

Pandangan kosong, ia hanya menatap jalanan basah dibawah. Rasanya, semangat dalam hidupnya, telah melebur hilang. Tak bersisa.

Rute panjang, dia jejakkan kaki diatas tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rute panjang, dia jejakkan kaki diatas tanah. Jalanan panjang lurus, untuk para pejalan murid sekolah.

"Masih ada belokan di sana." Hidung berkedut. Bergerak menghela nafas panjang.

"Ratih." Celetuk, nada berat serak keluar dari mulut seseorang. Memanggil panggilan namaku.

Tentu saja laki-laki. Jika dia perempuan, sudah dikira bencong atau transgender.

"Bagas?" bola mata Ratih tertahan tidak berkedip. "Aldi juga ada disini?"

"Halo." Aldi meninggikan tangan, sebentar. Diturunkan lagi.

"K-kalian berdua, k-kok ada disini?"

"Kami malas menuntun masuk ke parkir sekolah."

4,5,&6 (SERIES KEDUA) BERSAMBUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang