"Selamat datang, Ratih."
Kata pertama yang disebutkan dari mas Angga, menyambut gadis berkerudung, selepas selesai sekolah. Mas Angga sebagai penjaga komplek, tentu selalu menyapa siapapun yang berkeliaran.
Ratih menghadap depan, lurus. Menemui teman masa kecilnya, berdiri tegak, dan melihat.
"Hari ini agak cepat kamu pulangnya."
"Iya," Ratih membalas cepat. "Saya masuk dulu."
Mas Angga menggerakkan kepala atas, bawah, kembali melihat gadis berseragam putih-abu di matanya, yang berjalan melewati gerbang.
Jalanan tanpa tanah, dijejali sepasang sepatu milikku. Rasa capek, bergelut pada seluruh tubuhku, hingga untuk berjalan saja, menjadi pegal-pegal.
Mataku berat memperhatikan ruang-ruang rumah, setelah baru saja masuk kedalam. Gelap, berubah terang. Tertinggal bunyi kulkas menyala, selama diriku berdiri.
Kulkas polos, ada didepannya sekarang. Tempelan stiker-stiker yang dimiliki, menempel di sana.
"Tidak ada yang bagus," Ratih berjongkok, mengecek kondisi isi kulkas.
Lima butir telur, es batu, beberapa tangkai sayur bayam layu, satu cabe merah, dan sisanya kosong.
"Nanti saja makannya," Ratih menutup rapat.
Kakinya bergerak lebih cepat. Anak tangga dinaiki olehnya, sampai menuju kamar tidur bagian dalam. Tidak banyak yang berubah. Tetap sama seperti pertamakali pindah.
Ratih melompat kasar pada matras kasur. BUG! BUG! Satu hempasan dirinya, bergerak empuk diatas. Meneruskan melepas tali ransel, berujung berbaring sebentar, untuk melepaskan apapun.
"Study tour tinggal bulan depan... Kalau tidak ada mereka, tidak akan ada foto-foto. Study tour menjadi hambar, bagiku."
Ratih tetap mengedip mata, pelan. Baginya, apapun itu memang lebih seru bisa bersama geng peyot.
Ratih menarik diri, sekarang. Anak itu telah duduk untuk sekarang. Rambut panjangnya menjadi kusut, pipinya mengerut. Bau badan, tercium keruh.
"Pikirkan nanti saja." Ratih bergerak mengambil baju rumah, menuju kamar mandi.
Selama ia mandi, sesuatu telah masuk di ponselnya. Menyala beberapa kali, dengan notifikasi acak. Pesan geng peyot, belum dibaca sejak anak itu pulang ke rumah ini.
***
Gadis sendiri, mengulik senyuman pendek. Saat ini, telah sendiri meratapi ketenangan malam di penghujung hari, selama seharian bersekolah. Tepatnya, setelah hampir 30 hari dia bersekolah di sana.
Hari selanjutnya, seminggu di depan, dia harus melakukan kegiatan studi tour, sembari mengawasi setiap pergerakan Sekar Wulandari.
Tangannya lelah mengangkat koper ukuran sedang—Ratih mengeluarkan dan mengambil tumpukan baju-baju untuk liburan ke Bali.
Gadis itu selalu bergerak pelan, selama menyiapkan kebutuhan. Alat mandi, peralatan baju ganti, beberapa seragam, satu alat tulis, diletakkan di dalam. Mengaitkan dengan tali penahan dari kopernya.
"Ting Tong... Permisi!"
Ketukan pintu, membangunkan dan mengejutkan kebosanan Ratih Maheswari.
Panggilan untuknya agar segera dibukakan. Pertama kali dia mendapatkan tamu, entah siapa yang ada di depan.
Gerakan kaki semakin lincah, karena orang itu sangat menunggu untuk dibuka. Anak tangga bergetar, seiring dia berjalan menuruni.
Lantai satu, telah dipakai oleh gadis tadi. Satu pintu ikut dibuka, dengan muncul orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
4,5,&6 (SERIES KEDUA) BERSAMBUNG
Teen FictionWATTPAD KEDUA "4,5,&6" *** Setelah libur sekolah berakhir, Ratih Maheswari, berusia sembilan belas tahun, akhirnya menaiki kelas menjadi kelas sebelas. Tahun kedua, ia masih gunakan untuk belajar, dan melanjutkan kehidupan di sekolahnya. Kehidupan...