"Setiap manusia, selalu mengusahakan yang terbaik, dengan caranya masing-masing." ~Ratih Maheswari.
***
Mungkin ini terdengar cukup gila, bagi Ratih Maheswari saat pertanyaan yang dikatakan oleh Bagas Raditya, terus terpikir di otaknya.
Aku telah lama meninggalkan geng peyot. Sebenarnya bukan meninggalkan, namun berpisah sementara untuk tujuan baik.
"Setiap manusia pasti akan selalu mengusahakan yang terbaik, sesuai kesibukan masing-masing."
Selama dirinya melihat orang-orang sekitar sisi kiri-kanan, aku terus memperbaiki pandangan.
Aku terus berjalan selama mengikuti jalanan lorong lantai satu. Berakhir mengganti arah kanan, menuju koridor yang telah berdiri perpustakaan.
"Mungkin sifat baik dan jahatnya orang, terolah dari pikirannya, dan... dari lingkungan tempat ia hidup berkembang."
Sekolah menjadi tenang. Terlebih, diriku mencari kegiatan lain, selama istirahat kedua berlangsung.
Ratih telah lama belajar di kelas ini. Kelas menyedihkan, dan agak sedikit menyenangkan.
Dirinya sudah pernah merasakan kepahitan, dianggap remeh, dan dilirik sinis oleh teman kelasnya. Disisi lain, dia juga bertemu dengan gadis tembam dan anggota geng peyot.
Tapi, semua keadaan berbalik cepat. Siswi satu angkatan dengannya, bernama Sekar Wulandari, terus mendesak agar kami terpecah belah. Dan aku, harus menerima ucapan itu.
"Pengumuman untuk semuanya." Fatma menyoraki kumpulan orang di kelas ini.
Tanganku menekan tombol mati ponselnya. Berujung memperhatikan sang ketua kelas.
"Kau semua diam dulu, aku ingin memberi kalian surat study tour."
Semua menggosip dari kuping ke kuping. Yang awalnya reda, timbul naik dan membuat berisik.
"Study tour?" aku mengatakan kalimat yang sama.
Fatma menampar papan tulis, "kau semua duduk saja." Fatma memangku tumpukan amplop. "Diam-lah, atau kau tidak mendapatkan ini."
Seharusnya surat itu bisa disebarkan bulan depan, tapi, entahlah mengapa dipercepat.
Satu surat mendarat pada meja kami berdua, tanpa gadis tembam yang mencari letak toilet.
Lem yang merekat, akhirnya dilepaskan, memunculkan surat terlipat sederhana. Satu jari, meraih dan membuka lipatan tadi.
"Destinasi wisata ... selama lima hari. Lokasinya ... Bali?" Ratih mengucek bola mata, gatal.
Gadis tembam telah kembali ke bangku. Membaca surat dengan cepat, memasukkan ke ransel.
Acara pembacaan surat study tour tadi, telah selesai. Dikembalikan kepada pelajaran seterusnya. Mata pelajaran bahasa Inggris, tampak semangat. Hanya kami saja, yang kurang semangat belajar.
Kelas sederhana tanpa dekorasi pajangan, terisi setidaknya dua puluh murid. Semua menunjukkan wajah serius.
Kegiatan terus berjalan tanpa berhenti. Menghasilkan tubuhku yang sedikit remuk, capek.
Siang ini, aku berjalan-jalan kecil. Menyusuri lantai demi lantai sekolah, lapangan basket, bangunan sekolah, masjid, dan berakhir pada area dalam perpustakaan.
"Silahkan antri login," petugas perpustakaan berjilbab menyuruh deretan sepuluh orang, termasuk aku sendiri.
Alat berbentuk kotak dengan sidik jari, ter-scan di jari jempolnya, "terimakasih," suara kakak muda, muncul dan bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
4,5,&6 (SERIES KEDUA) BERSAMBUNG
Teen FictionWATTPAD KEDUA "4,5,&6" *** Setelah libur sekolah berakhir, Ratih Maheswari, berusia sembilan belas tahun, akhirnya menaiki kelas menjadi kelas sebelas. Tahun kedua, ia masih gunakan untuk belajar, dan melanjutkan kehidupan di sekolahnya. Kehidupan...