"Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan, selama tidak merugikan orang lain." ~Bagas Raditya.
***
Februari, tanggal agak pertengahan pada tahun 2019.
Kegiatan pertama yang harus dilakukan hanyalah belajar dan belajar. Otak kami harus diisi dengan pelajaran berat sampai bel sore didengarkan di kuping kami.
Pukul setengah delapan menjadikan pengajaran darinya agak sedikit terlambat, usai acara rapat sebentar di ruang guru yang terpisah.
Ia mempersiapkan peralatan mengajar pada pagi yang siap memulai hari ini.
"Hei, kenapa tidak jam kosong saja ya?" Riana mengomentari selama guru bahasa Indonesia bergerak menuju mejanya.
"Kalau kamu menginginkan jam kosong pun, kamu yang terlalu enak sendiri, Na." Ratih menjelaskan.
"Hei, kan hanya mengandaikan saja. Tidak betul-betul terjadi."
"Kamu saja yang selalu menghalu."
Riana menggeser ponsel, bergerak samping di dekat lengan seragamku.
"Hari ini tidak ada PR, kan?"
Riana cepat "Hei, bahasa Indonesia tidak pernah memberikan PR. Hei, banyak-banyak bersyukur sekolah di sini."
"Iya juga ucapanmu, Na." Ratih menggerak bola mata ke atas. "Aku tidak ingat, kalau guru Indonesia pernah memberikan PR rumah."
"Hei, makanya selama pelajaran di kelas, jangan mengantuk terus." Riana mengatakan sebuah fakta.
Aku menutup mulutnya, setelah tertawa kecil tentang sisi burukku. "Iya, Na. Aku tidak melakukan lagi."
"Hei, yang benar tidak? Kamu bisa saja di tengah jalan, berubah pikiran lagi dan mengulang kebiasaan lama."
"Tidak tau juga, Na." Ratih menyengir kepada gadis tembam.
***
Kehidupan selama sekolah, berjalan lancar. Setelah pelajaran bahasa Indonesia berakhir, dilanjut materi dari guru bahasa Inggris. Diputus sementara pada istirahat pertama.
"Kau berdua jajan tidak?" Fatma melabrak dua siswi yang dikenalnya.
Barisan ketiga menjadi kaget mengetahui.
"Hei, pastinya kita jajan." Riana berdiri dari kursi kayu. "Hei, cepat ke kantin sebelum semakin penuh."
"Kau benar. Ayo cepat kau berdua!" Fatma berlari egois. Berlari lebih terdepan. Berseru menyuruh orang-orang didepan agar segera menepi. "Minggir, kau semuanya!"
Aku pun terpaksa bergerak aktif dengan dua sahabatku. Mau tak mau kulakukan demi bersama mereka.
Riana Ancara Tiara dan Fatma. Dua sahabat sekolahku yang masih setia jika aku mengalami masalah dalam diriku.
"Sahabat bukan hanya tentang siapa yang paling lama mengenalmu, tapi juga dia yang datang membantu, dan berkata bahwa aku ada disini."
Bangiku, aku sangat bersyukur memiliki gadis tembam dan ketua kelas dengan watak yang berbeda. Tidak banyak selain mereka. Dengan tambahan Bagas Raditya dan Aldi Mahendra.
Lantai demi lantai, kami lewati. Anak tangga disusur lebih jauh. Lebih menguras tenaga. Diakhiri dengan penantian area kantin halaman depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
4,5,&6 (SERIES KEDUA) BERSAMBUNG
Teen FictionWATTPAD KEDUA "4,5,&6" *** Setelah libur sekolah berakhir, Ratih Maheswari, berusia sembilan belas tahun, akhirnya menaiki kelas menjadi kelas sebelas. Tahun kedua, ia masih gunakan untuk belajar, dan melanjutkan kehidupan di sekolahnya. Kehidupan...