BAB 15- PAPAN PENGUMUMAN

4 2 2
                                    

Anak tangga kecil, aku daki bergiliran. Menatap depan, memandang dua sahabatku. Terdiam, belum mengucap sepatah kata lagi.

Bagas berdiri di belakang kami berempat.

"Mereka berdua berkelahi lagi, Ratih?" Aldi bertanya disamping ku, selama aku berjalan naik keatas.

"I-iya. Mereka berdebat lagi."

"Begitu kah?"

Ratih menengok sebentar, dikembalikan terus melangkah.

"Aku berharap semoga mereka berdua bisa kembali normal lagi. Ketua kelas memiliki sifat pemarah, bukan berarti dia tidak suka teman-temannya."

Aku termangu mendengar.

"Dibalik ketua kelas yang memiliki sifat temperamen, dia sebenarnya jadi pembela untuk geng ini. Tidak mau harga diri teman-temannya di injak-injak."

"Tau kan sifat darinya? dia bersuara saat sahabatmu di injak-injak. Memang benar-benar berani, ketua kelas kita."

Jalanku melambat selama ia berbicara tentang dua sahabat di depan.

Kelas dipenuhi suara-suara yang sesak di kepalaku. Tujuh murid melihat seksama, kepada kelima orang, masuk dan bergabung.

Aldi dan Bagas menuju meja belakang. Aku dan Riana menduduki lagi kursi ini.

"Kau berdua, aku tinggal." Fatma berjalan tergesa-gesa.

"Oke, Fatma. Sampai bertemu nanti."

Kehidupan normal kembali berjalan lagi. Riana yang tak ceria dan Fatma masih saja emosi.

Sampai kapan pun, mereka akan terus begini.

***

Hari Kamis, terlewati cukup baik. Menjadikan dua hari lagi, akan aku gunakan untuk liburan. Entah kemana.

Belajar terus menerus, memburuk bagiku. Kapasitas otak, tidak dapat ditampung lagi.

Pelajaran matematika telah berlalu cepat, selama kami turut menunggu jam istirahat kedua.

Kantin depan, tidak ramai seperti sebelumnya. Ibu penjual makanan, masih menunggu pelanggan datang.

"Kau semua, tunggu di meja. Pesan apa kalian?"

"Bakso semuanya, ketua." Aldi menjawab cepat.

"Yakin, kau semua pilih itu?"

Aldi mengangguk.

"Baiklah." Fatma menjauhi kami berempat. Mendatangi dirinya di depan etalase makanan.  "Bu, kami berlima pesan bakso komplit dan lima es teh."

Satu meja ukuran sedang, terisi oleh geng peyot.

"Kamu mau liburan kemana Ratih?" Bagas melirik mata hitamku.

"Tidak ada kalau itu. Hanya di rumah saja." Rintih, aku menjawab.

"Kau di rumah terus, apa tidak bosan Ratih?"

"S-sedikit bosan."

Bagas melihat wajah Fatma. "Kamu tidak mau memberitahu rencana liburan, Fatma?"

"R-rencana liburan?"

"Iya. Fatma hendak mengajakmu main ke pantai. Tempatnya tidak jauh dari perkotaan dan tidak perlu melewati jalanan berliku-liku. Bersama anak-anak ini."

4,5,&6 (SERIES KEDUA) BERSAMBUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang