BAB 26- SEMENTARA

2 2 5
                                    

Mas-mas muda dengan seragam satpam itu, menghentikan langkahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas-mas muda dengan seragam satpam itu, menghentikan langkahku. Aku terjebak, dengan keadaan berdiri.

Mas Angga membuat tatapan seriusnya. "Kamu yang pernah pindah itu kan? rumah kecil di desa."

Ratih belum bisa menjawab pertanyaan darinya. Mungkin dia memang pernah melihatku saat perpindahan, dan aku bahkan tidak tau ada dia disana.

"Bagaimana?"

Dia menanyaiku yang masih menutup rapat. Aku melihat kepadanya dan berkata, "iya. Benar, pak"

"Jangan panggil bapak. Aku saja belum menikah."

"Oh, ma-maaf kalau begitu." Aku menurunkan kepalaku.

"Jadi memang kamu ternyata, Ratih." Mas Angga terkekeh kecil. "Kamu masih ingat saya tidak?"

Aku ragu menjawabnya. Wajahku merengut setelah ia menunjuk dirinya sendiri.

"Ini aku... Angga Aryasatya, teman masa kecilmu. Masih ingat tidak?"

"Angga Aryasatya?" lirikan mataku melihat bulan putih. Menggantung dengan gerakan awan.

"Anak laki-laki yang setiap kali bermain di teras rumahmu."

Aku sadar sekarang. "Kamu, benar-benar anak laki-laki itu?"

"Iya. Aku yang kamu katakan tadi."

Ratih semakin tidak bisa menahan dirinya. Tertawa sendiri dengan mulut yang ditutup, membuat mas Angga melihatnya gemas.

"Terimakasih ya, untuk buah tangan-nya."

"Oh, o-oke." Aku mengangguk seraya melanjutkan obrolan tadi. "Saya kembali dulu ke rumah."

"Ayahmu itu ya?"

"Ka-kamu tau juga?"

"Iya, pastinya. Masih ingat kamu dibawa ayahmu naik mobil sebelum pamit dari desa."

Aku menggaruk sedikit tanganku.

"Apalagi sebagai satpam baru, sudah seharusnya paham dengan orang-orang di kompleks ini. Begitu juga denganmu, Ratih."

"Pa-padahal kamu baru bekerja hari ini sekarang."

"Soal ingatan, tidak perlu diragukan lagi." Mas Angga menatapku lagi. "Tapi, aku juga minta maaf tentang temanmu tadi. Dia tidak marah, kan?"

"Tidak. Ia tidak seperti itu."

Dia berhenti bercerita. Aku ikut diam, usai mas Angga membuka mulutnya.

Suara serangga yang sengaja menabrakkan diri ke arah cahaya lampu jalan, menemani kami sekarang.

"Baiklah, aku harus berjaga lagi." Angga memakai topi biru. "Tutup rapat rumahmu, sebelum tengah malam."

"Sa-sampai jumpa besok," Ratih berjalan lagi. Tidak melihat wajahnya lagi.

"Ratih." Angga menanyaiku sebelum kami berdua berpisah.

4,5,&6 (SERIES KEDUA) BERSAMBUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang