Hari pertama menginjakkan kaki di Negeri Ginseng membuat (Name) merasa takjub melihat sekelilingnya yang penuh dengan salju turun. Walaupun seluruh badan nyaris membeku akibat kedinginan, namun ia tetap bersemangat untuk berkeliling sendirian di pinggir kota.
Gadis itu berasal dari Indonesia lebih tepatnya di sebuah pedesaan yang damai dan asri, ia tidak pernah mengalami hidup dalam empat musim sekaligus, makanya ia sangat antusias setibanya di negara ini.
Culture shock juga tentu ia rasakan ketika berpindah ke Korea Selatan, lagipula (Name) berada disini untuk bekerja sekaligus mencari pengalaman baru. Maklumlah ia tidak pernah pergi ke luar kota dan memilih untuk langsung pergi ke luar negeri.
Disaat hendak menyebrang jalan raya, (Name) melihat di seberang sana terdapat kedua pria tengah berbincang serius. (Name) awalnya tidak ingin mencari tahu apa yang mereka bicarakan, akan tetapi mendengar nada suara salah satu pria mulai meninggi membuat (Name) mau tidak mau mendengarkannya.
"Sudah kubilang itu bukan pacarku! Kau selalu saja menuduhku dengan hal yang tidak aku lakukan!"
(Name) melirik kearah pria tinggi yang mengenakan topi, mata (Name) mulai memicing lantaran melihat dia telah membentak seseorang. (Name) yang tidak tahan keributan segera mendekati kedua pria tersebut.
"Anu~ bisakah anda tidak membentak orang sembarangan? Selain mengganggu kenyamanan, hal ini juga tidak berperikemanusiaan" lerai (Name) menggunakan bahasa Korea sebisanya.
Keduanya menoleh bersamaan ke arah (Name). Terlihat pria yang tadi membentak tersenyum mengejek seolah-olah (Name) tidak berhak berkomentar apapun tentang urusannya.
"Urus lah hidupmu sendiri, nona! Aku sedang berbicara pada pacarku!" tegasnya pada (Name).
Mendengar kata 'pacar' keluar dari mulut pria tadi, mulut (Name) sontak menganga lebar. Ia kembali mengamati pria yang dikatakan pacar dari si pria kasar tersebut. Wajah pria itu cantik, memiliki surai coklat keemasan namun sayangnya dia tidak tersenyum sama sekali, wajahnya nampak sedih seakan ia memiliki banyak beban pikiran dalam hidupnya.
'Emang cowok sama cowok bisa pacaran? Kan dia cowok! Apa mungkin satunya cewek ya? Tapi dia tomboy gitu' batin (Name) bertanya-tanya.
"K-kamu wanita kan?!" tanya (Name) sembari menunjuk kearah sang pacar dari pria yang membentaknya tadi.
"Maaf tapi saya pria" jawaban tersebut sukses membuat (Name) semakin shock berat.
'Ada banyak hal yang belum aku ketahui di dunia yang fana ini...'
(Name) berdehem guna menetralkan wajahnya yang terkejut. Ia kembali maju menatap kearah pria bersurai hitam, bagaimanapun juga (Name) tidak membenarkan perlakuannya yang kasar pada sesama manusia.
"Tapi sama aja! Anda tidak perlu membentak orang lain sembarangan, terlebih lagi dia pacar anda!" tegas (Name) tidak mau kalah.
Pria itu berdecih pelan menanggapi sebelum akhirnya memilih pergi dari sana meninggalkan pacarnya sendirian. (Name) jadi heran, kenapa pacarnya tidak diajak pergi bersama? Bukankah mereka berpacaran?
"Terimakasih karena sudah membantuku" (Name) sontak menoleh kearah pria cantik menurutnya itu. Ia mengulas senyuman manis menanggapi ucapan tersebut.
"Tidak masalah, aku hanya tidak terbiasa hidup dengan keributan" jawab (Name) santai."Ah, begitu"
(Name) kembali melirik, kali ini menilai penampilan pria itu. Tubuhnya nampak kecil dan kurus, jauh berbeda dengan pacarnya yang seperti kembaran titan menurut (Name). Sejujurnya (Name) juga takut bertemu dengan pria seperti itu.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya (Name) berinisiatif. Si pria menoleh kearah (Name) diakhiri senyuman tipis.
"Kim Dan, kamu sendiri?"
"Aku (Fullname). Cukup panggil aku (Name). Ngomong-ngomong mau minum dulu?" balas (Name) sembari menunjukkan ke salah satu cafe kecil di belakangnya.
Kim Dan mengangguk setuju, lagipula ia juga merasa tubuhnya sedikit lelah dan mengantuk mungkin dengan meminum sedikit kafein ia akan merasa lebih baik.
Mereka berdua akhirnya mampir ke dalam caffe, setelah memesan kopi dan juga sedikit makanan manis mereka berbincang santai sembari menunggu pesanan tiba.
"Jadi, tadi itu pacarmu?" tanya (Name) penasaran.
Kim Dan menggeleng pelan, ia tidak menyangka kalau ia disangka berpacaran, padahal awal pertengkaran tadi disebabkan oleh Kim Dan yang menanyakan perihal mantan kekasih dari sosok pria yang mengaku dirinya sebagai pacar dari Kim Dan tersebut.
"Namanya Joo Jaekyung, dia seorang petinju terkenal di sini. Aku kebetulan punya urusan penting dengannya sehingga menyebabkan aku selalu berada di dalam kuasa nya.. Ya, kurang lebih begitu" jelas Kim Dan pelan.
"Tapi dia mengakui mu sebagai pacar"
"Aku tidak mau.." sanggah Kim Dan cepat.
(Name) menghela nafas berat, ia tidak mengerti maksud ucapan pria di depannya ini tapi yang bisa ia simpulkan sepertinya Kim Dan nampak tidak nyaman dengan Jaekyung. Hubungan yang rumit dan penuh teka-teki.
"Apa kau membencinya?" tanya (Name) lagi namun kali ini Kim Dan kembali menggeleng.
"Tidak juga. Aku tidak membencinya tapi aku juga tidak menyukainya. Hubungan kami awalnya hanya sebatas saling membutuhkan, tapi semuanya berubah setelah nenek ku meninggal"
Kim Dan terdiam sejenak kala pelayan cafe meletakkan pesanan mereka di atas meja. Setelah mengucapkan terima kasih, barulah Kim Dan kembali melanjutkan ucapannya.
"Aku mempunyai banyak hutang padanya, dan aku berniat membayar dengan hasil kerja keras ku tapi dia tidak mengizinkanku untuk bekerja, dia justru mengatur semua jadwal hidupku. Sejujurnya aku sudah tidak tahan dengan perlakuannya" tambah Kim Dan.
(Name) perlahan mulai menemukan titik terang. Ia merasa iba pada kehidupan Kim Dan, padahal mereka baru kenal beberapa menit lalu di pinggir jalan. Bisa (Name) lihat kalau Kim Dan nampak menahan air matanya yang hampir menetes sepersekian detik lagi.
"Apa kamu ingin keluar dari kekangan itu?" tanya (Name) serius, kali ini sukses membuat Kim Dan nampak terkejut.
"Memang ada caranya?" tanya Kim Dan balik.
Mereka berdua saling terdiam, memikirkan rencana apa yang cocok membebaskan diri dari kekangan singa yang lapar. (Name) juga sesekali melirik Kim Dan, sebenarnya ada pertanyaan lain yang mengganjal di benak (Name) akan tetapi, (Name) tidak bisa menanyakan hal itu karena terlalu masuk ke ranah privasi.
'Apa yang dilakukan Kim Dan selama ini untuk menebus hutang-hutangnya pada Jaekyung?'
"Baiklah, sudah kuputuskan!" ucap (Name) sembari menggebrak meja pelan.
Mendengar itu Kim Dan seketika nampak semangat, seperti melihat cahaya dalam kegelapan malam. Kim Dan sangat menanti jawaban (Name), apakah dia akan terbebas dari belenggu Jaekyung setelah ini?
"Aku akan menggantikan peranmu sebagai orang yang akan menaklukkan hati Jaekyung! Singkatnya, aku akan jadi pelakor sejati!" tambah (Name) diakhiri cengiran lebar sedangkan Kim Dan melongo tidak percaya.
"Hah?"
.
.
.
.Singkat aja, ini chapter pembukaan, selanjutnya akan ada berbagai rencana dari Main Character kita.
Sedikit catatan juga alasan aku menyebut nama Kim Dan secara lengkap pada cerita, agar tidak membingungkan para pembaca membedakan antara 'Kim Dan' (Nama orang) atau 'dan' (penghubung kata).
Kalau ada yang suka cerita ini, boleh tinggalkan jejak ya, terima kasih banyak❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Straight [Joo Jaekyung X Reader] [✓]
Fanfiction[Completed] Masuk dalam kisah bertemakan Boys Love 'Jinx' membuat seorang gadis cantik bernama (Name) berupaya menjadi orang ketiga dalam hubungan asmara tersebut. Ia bertekad untuk meluruskan sesuatu yang berbelok. Akankah rencana nya berhasil? Ata...