Hari demi hari (Name) lewati dengan penuh ketakutan. Ia selalu mencoba menutupi perutnya dari Jaekyung, beruntungnya bayi di kandungan (Name) tidak terlalu menunjukkan tanda-tanda kalau ia beneran hadir, (Name) bersyukur setidaknya anaknya masih dalam keadaan sehat di dalam perutnya.
Ia juga senantiasa menemani Jaekyung selama latihan menjelang pertandingan. Saat ini Jaekyung sedang berada di fase semangat bertanding.
Pria itu jauh lebih baik daripada sebelumnya, bahkan banyak yang bilang kalau sifat Jaekyung perlahan mulai berubah semenjak bersama (Name).
(Name) senang melihat perkembangan Jaekyung, sejujurnya ia ingin terus melihatnya, namun (Name) sadar diri, ia harus segera meninggalkan Jaekyung karena (Name) harus merawat bayinya kelak.
Usia kehamilan (Name) semakin hari semakin bertambah, ia tidak mungkin bisa menyangkal lagi soal perkataan Jaekyung nantinya. Hanya saja selama ini (Name) mencoba untuk tidak stres memikirkan semuanya.
(Name) tersenyum manis lantaran Jaekyung menghampirinya sesudah latihan. Disana (Name) memberikan minuman isotonik untuk Jaekyung dan juga sebuah handuk.
"Terima kasih" ucap Jaekyung yang langsung di angguki oleh (Name).
"Kau sudah berusaha dengan keras, istirahat lah dulu" kata (Name).
Jaekyung mengangguk, ia kemudian duduk di samping (Name). Wanita itu mencoba menghapus keringat yang bercucuran di dahi Jaekyung menggunakan sebuah tisu.
"Semakin hari kau semakin menunjukkan secara terang-terangan tentang hubunganmu Jaekyung" suara dari sang pelatih menginterupsi mereka.
"Apa ada larangan soal itu?" tanya Jaekyung balik.
"Tidak, justru semakin bagus. Kau jadi terlihat lebih positif dibandingkan dulu"
Jaekyung berdecih, ia mencibir dalam hati, memangnya selama ini dia tidak pernah terlihat positif di mata pelatihnya sendiri? Padahal Jaekyung sudah berusaha keras memenangkan semua pertandingan.
"Nona (Name), awasi terus Jaekyung ya, biarkan dia selalu dalam mood terbaiknya. Sebentar lagi pertandingan penting akan di mulai" lanjut sang pelatih diakhiri cengiran lebar.
"Eh? Baiklah" jawab (Name) kaget.
.
.
.
.Sepulang dari tempat latihan Jaekyung, (Name) memilih untuk pergi ke toilet sendirian di rumah sementara Jaekyung sedang mengambil air minum di dapur.
(Name) kembali merogoh saku nya, dimana ia masih menyimpan foto perkembangan janin nya dari waktu ke waktu. (Name) tersenyum tipis, walau ia terpaksa melakukan periksa secara sembunyi-sembunyi dari Jaekyung, namun mengetahui kalau anaknya baik-baik saja (Name) senang.
(Name) kemudian mengecek kalender lewat ponselnya. Ia harus segera meninggalkan Jaekyung disaat usia kehamilannya mencapai 7 bulan, karena perutnya pasti sudah semakin terlihat membesar, sedangkan pada saat itu Jaekyung baru saja selesai melakukan pertandingan resmi. Setidaknya masih ada sedikit waktu untuk (Name) menemani Jaekyung.
"Maaf, Jaekyung. Aku lebih memilih anak ku dibandingkan kau sendiri" gumam (Name) pelan, nyaris tidak terdengar.
Setelahnya (Name) kembali menyakukan foto tadi. Ia pun membuka pintu toilet, dan disana rupanya sudah ada Jaekyung yang bersandar di ranjang. Jaekyung nampak menunggu (Name) sembari membaca buku.
"Kau sedang membaca apa?" tanya (Name) seraya berjalan mendekati Jaekyung.
"Sebuah buku novel yang tidak menarik sama sekali" jawab Jaekyung seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Straight [Joo Jaekyung X Reader] [✓]
Fanfiction[Completed] Masuk dalam kisah bertemakan Boys Love 'Jinx' membuat seorang gadis cantik bernama (Name) berupaya menjadi orang ketiga dalam hubungan asmara tersebut. Ia bertekad untuk meluruskan sesuatu yang berbelok. Akankah rencana nya berhasil? Ata...