Borgol Tak Bernapas

222 21 2
                                    

sawadee ka. semoga hari kalian berjalan baik. yang tidak baik, tak apa akan berlalu dan datang hari baru yang membaik. 

*

"Nuu, bangun! Nuu. Heidi, Tina, bangun. Semuanya, bangun! Nuu, sadarlah! Snack, bangun!"

Engfa berseru setengah menengadahkan kepala karena jika tidak suaranya hanya akan berputar di sekitar wajah. Ya, kepalanya terpasung dalam kotak kaca dari leher hingga beberapa senti di atas ubun-ubun. Jarak masing-masing sisi sangat kecil, tak lebih dari 5 cm, hingga ketika menengadah maka dagu membentur kaca depan dan kepala menempel kaca belakang. Sedangkan bagian atas tidak ditutupi kaca melainkan terpasang pengait besi dari tiap sudut sisi yang kemudian disambung dengan rantai yang tergantung sampai langit-langit. Lalu di pergelangan borgol melingkar sempurna.

"Ouuhhh?" Pailiu jadi orang kedua yang tersadar. Melihat kaca di sekitar wajah, dia tersentak panik, ditambah lagi ketika tahu kedua tangan diborgol. "Araai wa (apa-apaan)?"

"Pai, kau kah itu?"

"Siapa di sana? Dan apa-apaan ini?"

"Pai, tenanglah!"

"P'Fa, kau di sini juga?" Pailiu sedikit bangkit menoleh ke asal suara, benar ada Engfa di sana. Udara yang keluar dari mulut dan hidung ketika bicara atau napas membuat kaca buram. Sedikit sulit membuat dia bisa melihat siapa saja yang ada di sekitar kecuali Snack dan Vanessa yang berada di kanan-kiri. "Nong Nack! Bangun, Nong! Vanny, bangun! P'Fa, mengapa kita di sini dan dalam keadaan begini?"

"Mei ruu wa (entahlah)."

Engfa berdiri memerhatikan baik-baik ruangan. Dari desain kotak-kotak aluminium berukuran semeter, maka ruangan ini berbentuk kubus masing-masing sisi 6 m. Di langit-langit terjulur 9 rantai yang langsung terhubung ke kotak kaca mereka dan berjarak 2 m satu sama lain. Rantai Engfa sendiri tepat berada di sudut kiri dan di barisan kanannya ada Aoom kemudian Meena. Sementara di depan ada Charlotte dan di depannya lagi terkulai Snack. Barisan Aoom ada Heidi dan Pailiu, terakhir di barisan Meena terkulai Tina dan Vanessa.

Satu persatu dari mereka bangun dan tentu semuanya kebingungan bercampur takut juga panik dalam kondisi seperti tahanan kelas kakap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu persatu dari mereka bangun dan tentu semuanya kebingungan bercampur takut juga panik dalam kondisi seperti tahanan kelas kakap. Bahkan sekadar berkomunikasi mereka harus susah payah mengatur posisi kepala dan harus meninggikan suara.

"Bagaimana melepaskan ini?" pekik Charlotte menarik rantai membuat suara gemerincing tapi tidak berdampak apapun.

"Nuu, simpan tenagamu dulu!"

"HEEIIII, LEPASKAN KAMI!" jerit Tina berjingkrak menarik-narik rantai.

"Tina, tenang!"

TIINNNN! Bunyi bel dari speaker sudut atas kanan Meena membuat seluruh awak terkejut.

"Suara apa?"

"Heidi, aku takut!" Tina terus menggenggam pergelangan Heidi.

Krek, kreekkkkkk! Rantai di masing-masing kotak mereka tertarik hingga mereka yang dalam posisi duduk seketika bangkit berdiri tepat selurusan rantai masing-masing. Sedikit menekuk lutut akan membuat mereka serasa dicekik.

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang