Menu Masa Lalu 2

156 13 3
                                    


"Jadi?"

"Apa yang kau lakukan?"

"Ini kisah yang panjang tapi akan coba meringkasnya. Dia memintaku menata data dan keuangan di kantor barunya yang bergerak di bidang trading serta menjanjikan upah US $ 200 setelah selesai."

"Tunggu, bagaimana dia bisa mengenal atau mempekerjakanmu?"

"Aku pernah jadi pegawai part time di perusahaan trading milik temannya. Setelah kantor itu hancur karena merugi, dia memintaku bekerja di tempatnya. Awal semua berjalan lancar sampai kemudian dia dan temannya yang adalah mantan bosku berseteru perkara uang lalu putus hubungan. Dia mempekerjakan kami bukan lagi sebagai pegawai melainkan budak karena harus mengembalikan uang yang dirugikan oleh bosku dulu."

"Memforsir satu atau segelintir orang untuk membayar kesalahan orang lain adalah kejahatan yang belum ada hukumnya. Tapi tetap saja kejahatan dan kebiadaban."

"Ya, benar sekali. Dia membuat aturan tidak tertulis semaunya tanpa ada materai atau tinta hitam di atas putih. Bahkan dia mengambil keuntungan banyak dari profit bulanan. Sampai kemudian ada dua pegawai bermuka dua, di depan kami dia menjelekkan Dosen Teresa tapi di belakang cari muka dan berniat mendepakku. Mungkin karena saat itu aku pemegang keuangan utama yang sangat kritis terhadap keluar-masuk uang."

"Kau difitnah?"

Vanessa menggeleng cepat. "Bukan aku tapi pegawai lain. Dosen Teresa bukanlah orang pintar, dia hanya haus pujian. Pegawai ini mencari muka berlagak paling berbakti, paling bekerja, sampai menumpahkan kesalahan trading pada teman sendiri. Dosen Teresa menelan semua itu mentah-mentah dan tidak mau mendengar penuturanku sama sekali mengenai kerugian. Sampailah aku memilih resign dengan alasan kuliah, tapi upahku harus ditunda."

"Sejujurnya aku tidak begitu peduli kapan dia akan melunasi upah atau berapa dulu yang dibayar, terpenting adalah pergi dari tempat yang diisi orang-orang tamak. Namun, keikhlasanku bekerja justru dinodai, pegawai itu dan Dosen Teresa sekongkol menunggak pembayaran upah sampai dua bulan. Bahkan dia memblokir akun-akunku."

"Karena geram aku mengecek email yang ternyata masih ada akses ke laporan lalu mengambil US $ 200.00 tapi bukan sebagai bentuk upah melainkan memberi dia pelajaran karenanya ada jejak sengaja kutinggal. Ternyata memang pada dasarnya dia tidak memiliki niat baik atau penyesalan sama sekali bahkan mengancam ini-itu yang mana justru mereka yang ketakutan kalau aku melakukan hal lebih."

"Kau tetap mengambil uangnya?"

"Aku mengembalikannya. Kalau sungguh ingin mencuri, mana mungkin kugunakan cara kolot hanya untuk US $ 200.00 dan meninggalkan jejak? Aku hanya mau tahu sejauh apa mereka mampu bertahan?"

"Sepertinya dia sedang tidak baik," tutur Pailiu tiba-tiba. "Sekitar dua bulan lalu ada kabar duka. Entahlah apa ini kantor yang sama atau tidak, jadi setahuku kantornya dijarah habis-habisan bahkan ada tiga pegawai dianiaya hampir mati. Tak lama kemudian dia bersama suami dan ketiga anak mengalami kecelakaan sampai dilarikan ke rumah sakit."

"Ya, kantor yang sama. Kantor yang hampir semua isinya adalah hasil curian atau pengambilan halus milik perusahaan tempat kerjaku yang lama. Mengapa kau tahu insiden itu, P'Pai?"

"Tetanggaku adalah karyawan pabrik mertua Dosen Teresa. Hahhh, semua anaknya bekerja di pabrik itu dan memimpin masing-masing divisi. Hampir semua karyawan tidak suka kalau Dosen Teresa ikut campur urusan keuangan pabrik. Selain pelit dan kasar, seringkali berlagak seolah dia pemiliknya."

"Ini tidak adil," seloroh Tina. "Kau tidak mencuri dan sekadar memberi pelajaran tapi dihukum atas itu. Bahkan upahmu tidak diberi. Soal kejadian di kantornya juga..." Tina menatap Pailiu karena belum mengerti alasan penjarahan. "Ehmmm, apa alasan kantor dijarah?"

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang