Sesuatu Yang Ditanam dan Harus Dituai

144 12 6
                                    


"Sakit hati sangat manusiawi, kau bisa temukan dalam hal apapun termasuk jatuh cinta baik terhadap lawan atau sesama jenis," tutur Aoom mengusap punggung Charlotte. "Kalau P'Fa sungguh mencintaimu maka tak akan berpaling. Sekalipun berpaling dia akan kembali."


Engfa kembali tapi hubungan mereka tidak sama lagi. Charlotte sangat membatasi komunikasi, tak ingin terlalu percaya diri atau berharap lalu kecewa kedua kali. Di samping itu juga Charlotte lebih banyak menghabiskan waktu bersama Aoom dan Meena. Hanya mereka yang selalu mendukung dan berada di sisinya terutama dalam menjalani pengobatan mengatasi panic attack.

"Terima kasih telah berada di sisinya, Aoom," ucap Engfa menunjukkan bingkai foto Charlotte.

"Dalam persahabatan saling menjaga adalah hal membahagiakan, kau tidak perlu berterima kasih atas apa yang membuat kami bahagia. Dia sudah membaik seiring waktu." Aoom melirik Engfa sejenak kemudian menatap Heidi dan Tina. "Charlotte selalu memilikiku dan Meena dalam keadaan apapun." Lontaran Aoom lebih mirip senapan yang ditodongkan, tanpa ada tembakan telah cukup membuat jantung terhenyak. 

"Aku tahu kau menbenci kami, hal yang sama pun kulakukan kalau berada di posisimu, Aoom. Tapi... apakah tidak ada kesempatan untuk memperbaiki?"

"Heh!" Aoom terkekeh sinis. "Bukankah seharusnya kau sadar dia masih mencintaimu sampai detik ini? Charlotte membatasi diri bukan karena ingin melupakanmu, melainkan hanya takut jatuh di lubang sama. Kalau kau sungguh mencintai dia, tunjukkan saja dan bersabarlah! Tidak mudah mengobati luka-."

Belum selesai pada ucapan, Aoom terbatuk-batuk dan kembali mual. Dia sedikit berlari di ujung meja, siapa tahu memang harus muntah lagi. Sembari memegang tepian meja dan tembok, Aoom batuk berusaha mengeluarkan sisa-sisa isi perut. Namun, tidak ada lagi tersisa selain cairan.

Merasa sedikit lega, Aoom tak langsung bangkit tapi mendudukkan badan di lantai seraya menghadap ke kaki meja. Sepasang kaki lurus terjulur, butuh sedikit istirahat sesaat dari teka-teki. Apa daya, baru hendak memejamkan mata dia terusik pada titik-titik cahaya dari tiap bingkai.

"Apa itu?" batin Aoom mendapati semacam coretan di balik bingkai foto Charlotte saat Engfa memiringkannya untuk diletakkan kembali. "Tunggu!"

"Araai na?"

"Ada sesuatu di belakang!" tunjuk Aoom perlahan bangkit.

Diraih foto Vanessa, bingkai paling dekat dari tempat dia berdiri, terdapat tanda seru di belakang. Sambil kebingungan Engfa lantas membalikkan bingkai dan menemukan sepotong tanda semacam huruf. Kian penasaran dibalikkan pula bingkai fotonya sendiri, heran tapi semacam punya gambaran, digabungkan kedua bingkai. Seketika itu wajah tersentak kaget.

Aoom melihat huruf dari gabungan balik bingkai Engfa dan Charlotte tak kalah kaget. Mereka saling menatap sejenak bak bertelepati, tanpa aba-aba kedua tangan sigap membalikkan seluruh bingkai. Setiap pasang bingkai memiliki huruf yang bila semua digabung membentuk huruf 'กรรม!' ('Krrm!').

"Karma!" sebut Aoom dan Engfa bersamaan.

"Kalian menemukan sesuatu?" tanya Snack akhirnya bergabung seraya terus merangkul pinggang Pailiu. "Apa itu adalah kunci?"

"Entahlah," desis Engfa menggeleng pelan.

Semua paham bahwa keberadaan mereka di sini adalah karma dari perbuatan di waktu lalu, tapi yang tidak dipahami adalah apa fungsi bingkai tersebut? Mengapa baru ada di sini atau di tantangan kesekian? Ibarat memberitahukan sesuatu di mana mereka sendiri sudah mengetahuinya dari tiap bentuk pembalasan terutama di meja makan beracun tadi.

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang