Kejujuran Tina dan Pengakuan Engfa

203 16 0
                                    

sawadeeka. semoga kalian diberi kesehatan melimpah.

*

"P'Char!"

"Charlotte!"

"Nuu!"

Tertancap 3 paku tangan kiri dan 1 paku di ibu jari kanan. Belum selesai dengan tangan, kaki yang masih terbujur lurus turut jadi bulan-bulanan paku. Jleb sett jleb! Charlotte tersentak kaget dan kesakitan menerima dua serangan beruntun. Lantas membuat pikiran belum bisa berjalan harus bagaimana, Charlotte kembali diserang di bagian lengan. Jleb!

"AARRGHHH!"

Jleb! Lagi, tembakan mengenai betis kembali membuat Charlotte meraung kesakitan.

"Charlotte, meringkuklah lekas!" jerit Tina menitikkan air mata melihat darah kian banyak bercucur sampai mengairi papan aluminium.

Di ujung Engfa langsung turun merangkak cepat. Dihampiri Charlotte yang setengah mati mencoba meringkuk sembari menahan sakit, dingin, dan beban tubuh di tumpuan licin.

"Nuu, tenang! Kau bisa bertahan, mengerti?" tutur Engfa lembut. "Saat papan ini usai menembak, langsung merangkaklah dan aku akan menarikmu. Paham?"

"Ya, aku paham," sahut Charlotte mendesis sakit bercampur isakan.

Papan ketiga melesat tapi Charlotte agak ragu dan terus menangis, Engfa memanggut paham senantiasa di sebrang. Pastilah Charlotte perlu menenangkan diri usai serangan di badan di saat dia masih harus berjuang. Para awak di belakang pun tidak ada yang memaksa Charlotte segera bergerak, sebaliknya meminta dia hanya melangkah ketika benar-benar sudah siap.

"Tidak usah memaksakan diri, Char! Kami selalu menunggumu."

"Ya, P'Char, tidak perlu terlalu keras pada dirimu!"

"Maaf," desis Charlotte terisak.

"Jangan meminta maaf, kita semua dalam situasi berat."

Charlotte memanggut lalu memanah wajah Engfa. "Aku siap."

"Aku juga."

Tepat setelah paku dari papan ketiga melesat, Charlotte segera merangkak sambil memekik sakit. Bersamaan itu Engfa menarik kedua lengan Charlotte seraya mengubah posisi tubuh mengimpit ke samping untuk memberi ruang. Setelah badan mereka terkulai berlawanan, Engfa langsung menarik kedua paha itu agar kaki menekuk menghindari tembakan selanjutnya.

"Akhirnya!" seru para awak di belakang melihat Charlotte berhasil melewati tantangan ini.

Sesampai di luar, Aoom dan Meena bantu membopong Charlotte dan mendudukkannya di dinding goa. Kedua kaki juga tangan sudah bersiramkan darah. Sementara tidak ada air apalagi obat di sekeliling mereka. Berbandang sapu tangan di saku jaket Meena, mereka membersihkan darah dari tubuh Charlotte meski itu tidak cukup. Dalam sekejap sapu tangan Meena sudah berubah warna dan basah.

"Apa aku bisa keluar dari sini?" rintih Charlotte pesimis.

"Kau bicara apa? Kita datang bersama, keluar pun bersama. Jangan ikuti ketakutanmu!" tegur Meena menutup luka di kaki Charlotte, membuat telapaknya turut memerah.

Satu persatu berhasil keluar dengan selamat meski Pailiu sempat terluka di bagian jari telunjuk. Selebihnya mereka baik-baik saja dan mencemaskan keadaan Charlotte. Heidi yang juga memiliki sapu tangan lekas membekap luka di lengan Charlotte kemudian dililitkan dan diikat.

"Rintangan apa lagi sekarang?" desis Tina menyapu sekitar ruangan goa remang.

Goa kecil setinggi tak lebih dari 3 m, luas pun kira-kira hanya 7 m lalu ada lorong atau jalan terpancar cahaya biru semu putih. Tina menghampiri bibir lorong temaram dan samar-samar melihat ada balkon juga ruangan aluminium lagi diujung sana. Dia lantas berjalan posisi menyampingkan badan menghindari sarang, debu, dan bebatuan. Pailiu dan Snack sontak mengikuti agar Tina tak sampai sendirian lebih-lebih terjadi hal buruk.

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang