Kunci Berdarah dan Labirin

128 8 3
                                    

sawadeeka. 

PERINGATAN! Di awal part masih cukup mengganggu ya, tapi tidak banyak.

*

"Jika sungguh jalan keluar, lalu bagaimana membukanya?" tanya Snack belum menemukan apapun. "Apa mungkin ada sesuatu di dalam mayat-mayat? Mungkin kunci, tombol, atau..."

Snack mendekatkan diri lagi ke mayat tergantung, ingin mengamati lebih dekat dan seksama. Mendapati ada yang berbeda di tiap-tiap rakitan membuat dia agak bergidik. Faktor lampu merah kerlap-kerlip ditambah posisi rantai tak bisa dijangkau membuat dia kesulitan memastikan. Namun, tak menyerah begitu saja, pandangan terhenti di kursi sudut yang bisa digunakan sebagai pijakan.

"Aku ingin mengecek bagian rantai," tutur Snack mendorong tubuh mayat dari samping hingga tersungkur ke lantai.

Ditarik kursi tersebut ke belakang mayat bergantung, menyimak lebih dekat sesuatu yang barusan didapat. Benar saja, ada kabel kecil atau teramat kecil yang dipasang mengikuti lekukan rantai kemudian masuk ke leher mayat. Sampai di sana kabel tersebut tidak lagi mengikuti rantai yang melilit tapi terpasang ke tulang belakang dan berhenti di tulang panggul.

"Kau punya indera penglihat dan peraba yang sangat bagus, Snack," puji Aoom sedari tadi mencermati lekuk ujung jari Snack mengikuti awal kabel. "Dan apa berarti kita harus membersihkan usus-usus ini?"

Engfa langsung mengerang jijik, tidak bisa membayangkan jemari menarik usus-usus keluar lalu harus mengobok campuran bahan-bahan busuk dan belatung. Walau buatan semata tetap saja belatung, darah, dan bebauan adalah nyata.

"Kalau tidak dicoba kita tak akan tahu apa maksud dari kabel."

Aoom memanggut paham, dua bola mata menebar melihat ada banyak kain di sini, sangat bisa digunakan untuk melapisi tangan. Dia pun menarik kuat kain bagian dua lengan jubah mayat wanita yang dijatuhkan dari kursi. Berbandang kain yang dililit ke tangan dan menahan jijik, Aoom menarik lepas usus-usus di perut.

"Ouugh," desis Pailiu membuang muka usai melihat belatung dan cairan lengket jatuh ke tanah.

"Sial! Benar-benar menjijikkan!" umpat Aoom usai menyingkirkan semua usus. Tapi bagai istilah di atas langit masih ada langit, dia melihat cawan berisikkan cairan merah kecoklatan kental di mana bagian tepi disinggahi belatung menikmati kebusukkan di sana. "Heuuggg!"

Kaki Aoom melangkah membawa tubuh menyingkir membentur dinding. Kepalanya berdenyut sakit, pandangan kabur sesaat dan bulu kuduk berdiri. Hawa netral tiba-tiba membuat dia merasa dingin.

"Biar aku!"

Engfa tak tega sekaligus ingin mendapat andil. Jadi diambillah lilitan kain di tangan Aoom dan dipindahkan ke tangannya. Sembari menarik napas panjang Engfa mulai menjangkau perut menyentuh ke area tulang belakang sejajar jejak yang diberikan Snack di balik punggung. Walau tertutup cawan berisi darah dan belatung, lewat indera peraba bisa dirasakan kalau tulang punggung yang menyatu dengan panggul dan ekor memiliki lubang. Di sana kabel tersambung lalu berhenti di bawah cawan.

"Benar-benar!" gumam Engfa.

"Araai?"

"Sesuatu dipasang di dalam cawan, tepat di antara sup darah belatung. Huh!"

"Lilitkan lebih tebal, P'Fa agar tidak tembus ke kulitmu," saran Pailiu terus membekap mulut dan menyipitkan mata tak tahan melihat isi mangkok paling menggelikan.

Lengan Engfa sontak keluar ingin melakukan saran Pailiu. Dia tidak sanggup membiarkan jemari tenggelam di kubangan makanan belatung. Setelah dirasa lebih tebal 2 hingga 3 kali lipat, Engfa menarik napas panjang dan memejamkan mata. Dimasukkan perlahan jemari ke dalam cawan yang ditaksir hanya setinggi 10 cm.

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang